43. Stalker-Path

1.8K 226 55
                                    

Caroline terbangun disebuah kamar bernuansa ungu. Ia yakin itu bukan lah rumah nya pun sebuah kamar di rumah sakit kendati jarum infus dan alat bantu pernafasan masih melekat di badan nya. Ia melihat sekeliling ruangan itu yang menurutnya sangat bangus. Sebuah lampu gantung berukuran sedang menghiasi langit-langit kamar itu. Sebuah lampu tidur berbahan kristal menyala disamping kanan nya. Caroline bisa melihat sebuah jendela besar yang tirainya dibuka, memperlihatkan sebuah kolam renang bernuansa biru. Namun yang paling menarik perhatian nya adalah sebuah foto seorang anak perempuan berukuran cukup besar bertengger di sebelah kanan diding ruangan itu. Anak perempuan itu terlihat sangat mirip dengan Caroline namun Caroline sangat yakin anak perempuan didalam foto itu bukan lah dirinya.

Caroline mulai berpikir jika dirinya mungkin sudah mati dan sekarang ia telah berada di surga. Jika tidak, mengapa ia bisa berada diruangan indah ini setelah ia kehabisan nafasnya? Sebuah pintu berwarna putih gading tiba-tiba terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk dan dengan ramah menyapa Caroline.

"Eeeh.. Non udah banguun.." Sahut wanita itu.

"Non mau makan apa? Nanti si mbok bikinkan.." Lanjut wanita itu sambil menaruh beberapa baju yang Caroline yakin bukan miliknya didalam sebuah lemari besar disisi kiri ruangan itu.

Caroline menatap heran wanita itu tanpa mengatakan apapun. Otak nya masih mencerna semua ini. Ia hampir saja mengira wanita itu adalah malaikat kalau saja ia tak ingat jika malaikat biasanya memiliki sayap.

Wanita paruh baya itu sepertinya sadar dengan Caroline yang mematung karena bingung, "Atau non mau makan sama Papa dibawah?"

Caroline menghela nafasnya. Ia semakin yakin bahwa ini adalah surga. Jika tidak, mengapa ia bisa punya Papa? Alasan paling logis untuk otak kecilnya adalah karena Papa nya sudah ada disurga terlebih dulu dan kini ia menyusulnya.

Caroline dengan santai menarik alat bantu pernafasan dan jarum infus yang melekat dibadan nya. Perilaku yang membuat wanita paruh baya itu sedikit berjengit hanya sepersekian detik namun setelah itu wajahnya kembali tersenyum. Seolah-olah kejadian itu adalah sesuatu yang harus ia maklumi dan itu adalah hal yang normal.

"Papa mana?" Tanya Caroline singkat.

Wanita paruh baya itu tersenyum dan menggandeng tangan Caroline menuju kesebuah ruangan yang menurut Caroline lebih bagus lagi dari ruangan sebelumnya. Tempat seorang pria tengah menatap tajam Caroline dari tempat duduknya. Caroline berhenti saat ia bisa melihat jelas wajah pria itu. Wajah pria itu familiar.

"You wanna eat?" Tanya pria itu sambil menatap lekat Caroline.

Caroline menatap curiga roti tawar dan sebotol selai berwarna coklat pekat yang ada di hadapan pria itu.

Pria itu tersenyum, "Aman kok.. Ini selai coklat.."

Caroline memberanikan diri untuk mendekat, "Papa?"

"Yes baby?"

"Kita udah di sulga?"

Pria itu mengerutkan keningnya, "No, baby.. I believe we're not.."

"Yes we al! See? Line have no Papa and then now Line have a Papa!"

**Translet: Ya kita udah disurga! Lihat? Line ga punya Papa tapi sekarang Line punya Papa!

Pria itu menghela nafasnya, "Kata siapa Line ga punya Papa?"

"Ibu.. Ibu bilang Line ga punya Papa dan Line ga boleh bahas tentang Papa.."

Pria itu kini mengepalkan kedua tangan nya, "I'm your father...."

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, Caroline mengangkat kedua tangan nya kearah pria yang mengaku sebagai Papa nya. Pria itu tentu mengerti dan ia langsung mengendong Caroline.

UNNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang