I'm comeback. Maafkan jika banyak typo yang tidak diharapkan.
......
"This is your captain speaking."
Terdengar suara yang biasa gue dengar. Rifath. Dia yang kali ini jadi kepala di penerbangan gue.
Kalo kalian bertanya gimana rasanya sih naik pesawat terus pilot nya pacar sendiri?
Mau bilang biasa aja tapi seneng, mau bilang seneng tapi biasa aja. Lebih ke terkesan aja. Disaat lumrahnya lo akan bertanya-tanya siapa sih pilot nya? Gue cuma bilang dalam hati 'yaelah pilot nya si Rifath". Gak jauh beda rasanya sama penerbangan biasa. Cuma ya, lebih berkesan aja gitu wkwk. Lo harus cobain sendiri supaya tau rasanya.
Penerbangan berjalan lancar, dan gue menikmati penerbangan kali ini. Sesekali gue kepikiran si Rifath ngapain ya disana, apalagi kalo udah auto pilot mode on. Gue penasaran gimana keadaan di cockpit. Mau kesana tapi, ntar didepak gue dari pesawat.
Entah udah berapa lama kemudian, ada pengumuman kalo pesawat akan segera mendarat. Duh, penasaran gue sama hasil landing yang selama ini di bangga-banggain sama Rifath. Pernah waktu itu dia bilang 'kalo aku yang landingin pesawat nanti, akan aku pastiin kalo landing nya akan semulus kulit bayi' ya, kalian tau sendiri lah kulit bayi mulusnya kayak apa. Nah bentar lagi bakal ada pembuktian nih.
Gue udah bisa liat area bandara sekarang, berarti bentar lagi ban pesawat akan nyentuh daratan. Dan, wahh gila beneran si Rifath. Goncangannya gak separah semua penerbangan yang gue laluin. Bahkan ini landing terbaik. Walaupun gak semulus kulit bayi juga sih. Emang dia nya aja yang ribet, alay hadu. Tapi parah sih, terkesima gue.
Setelah pesawat benar-benar berhenti. Para penumpang mulai bersiap turun, terkecuali gue yang masih sibuk memandangi kondisi bandara yang cukup ramai. 15 menit berlalu, semua penumpang telah turun, gue lihat di ujung aja tinggal ada pramugari, pramugara dan co-pilot. Lah si Rifath kemana?
Akhirnya gue pun berjalan menuju pintu keluar, pas didepan pintu pesawat seperti biasa para awak akan mengucap terima kasih.
"Rana ya?" Tanya si co-pilot
"Eh, iya." Jawab gue sedikit kaget. Tau darimana anjay.
"Ditunggu sama capt Rifath di dalam." Ucapnya.
"Hm?" Gue bingung banget bingung. Terus pramugarinya pada ngeliatin gue gitu.
"Masuk aja, udah ditunggu. Saya duluan ya." Ucapnya lalu pergi dan disertai para pramugari yang masih memandang gue penuh tanya.
Dengan langkah ragu, gue masuk ke arah cockpit. Duh, takut gue. Takut ke gap orang lain.
"Hai." Sapa Rifath yang duduk tenang di singgasana nya.
"Aku tunggu di luar aja deh." Ujar gue yang masih diam di ambang pintu.
"Kenapa? Kesini dulu deh. Aku mau kasih tau sesuatu. Penting." Dengan pasrah gue pun berjalan ke arahnya, dia menepuk kursi co-pilot disebelahnya, yaudah gue duduk disitu.
"Why?"
"Close your eyes, please." Titah Rifath.
"Mau ngapain hm?" Tanya gue.
"Just close your eyes." Gue pun memejamkan mata dan tak lama gue merasa tangan gue digenggam dan ada sesuatu yang melingkar di jari manis gue.
"Open your eyes." Sesuai instruksinya, gue pun membuka mata. Dan, parah si beneran cincin dan cantik banget.
"Fath." Lirih gue, dia memajukan wajah hingga tepat berada didepan wajah gue.
"Happy anniversary." Ucapnya tepat di depan bibir gue dan bibir mulai menempel di bibir gue.