Penyelamat (Revisi)

15.4K 599 3
                                    

"Pokoknya abis ini gue mau langsung pulang." Ujar gue setengah emosi. Gimana engga, tugas yang udah gue bikin susah susah, gue bikin sepenuh hati sesuai kriteria dia tapi ditolak mentah-mentah dan dia malah minta gue buat banyak banyak belajar dari, ahh gak sudi gua nyebut namanya.

"Kenapa sih lo gak iyain aja? Apa salahnya coba. Lo kenapa sih sama Ryan?" Tanya Dhiya.

"Jangan pernah sebut nama si bre***** itu didepan gue." Ucap gue berapi-api.

"Itu masalah lalu, Rana ku sayang. Dia udah minta maaf kan?" Tanya Dhiya.

"Dia minta maaf di mulut doang. Gak sampe sehari dia ngelakuin itu lagi ke gue dan nyaris bikin gue bener-bener hancur." Jawab gue melemah. Teringat bagaimana bre***** nya Ryan sebagai cowok.

"Ha? Kenapa lo gak cerita?" Tanya Dhiya panik.

"Bahkan dia hampir aja mau ngulangin lagi 2 hari lalu." Jawab gue lirih.

"Cerita ke gue. Sekarang." Pinta Dhiya.

"2 hari lalu, gue pulang sendiri. Lo sama yang lain udah balik duluan. Rifath gak bisa jemput karena mamah nya sakit. Akhirnya, gue gak jalan ke arah pulang. Tapi ke arah rumah Rifath. Berhubung waktu itu udah sore, ya gue jalan aja ke persimpangan. JJS lah. Tiba-tiba dia dateng dan langsung narik gue ke mobil dia. Gue udah berusaha berontak, tapi lo tau kan dia gimana. Gue gak mau mati konyol. Gue gak tau dia mau mau bawa gue kemana. Sampe akhirnya gue sama dia tiba di daerah yang bener-bener jauh dari keramaian. Disana lebih banyak sawah dibanding rumah warga. Terus dia narik gue buat masuk ke dalam satu tempat, itu ternyata gudang padi. Jujur disitu gue bener-bener takut. Akhirnya pas dia keluar, gue hubungin Rifath. Gue kasih tau posisi gue dimana. Tapi sialnya, dia keburu masuk. Langsung deh hp gue dia ambil. Dia langsung ngiket gue di tiang tengah gudang itu." Ada jeda sebentar dan gue menghela napas panjang.

"Dia memperlakukan gue seperti 2 tahun lalu." Ujar gue mencoba menahan tangis.

"Udah, Ran. Gausah dilanjutin. Jangan. Yang penting sekarang lo baik-baik aja." Ucap Dhiya menenangkan gue.

"Gue tau pak Rayn itu om nya Ryan. Gue paham kenapa dia minta gue belajar sama Ryan. Dia ya sama aja kayak Ryan. Papah udah gak ada, Dhi. Kenapa mereka masih ganggu gue? Kenapa harus gue? Kenapa harus keluarga gue? Kenapa harus papah gue, Dhi. Kenapa? Hiks hiks gue capek. Mereka gak pernah berhenti. Gue sama mamah gak mau mati konyol di tangan mereka,Dhi hiks hiks gue capek hiks." Jelas gue panjang lebar dan sudah tak bisa menahan air mata lagi.

"Semua akan baik-baik aja, Ran. Ada gue, Meisa, Riri. Kita akan selalu ada buat lo sama mamah lo juga. Jangan lo pendem sendiri, Ran. Gue yakin lo gak akan kuat. Berbagi sama kita." Ujar Dhiya memeluk gue erat.

Gue beruntung. Sangat-sangat beruntung. Punya sahabat seperti mereka. Perhatian dan selalu ada. Selalu dukung gue kapanpun dan dimanapun. Gue gak tau lagi hidup gue akan gimana kalo gak ketemu mereka.

Kringg kringg kringg

"Lo balik sama siapa, Ran?" Tanya Meisa.

"Rifath katanya mau jemput gue." Jawab gue lalu duduk di lobby.

"Oh okedeh kalo gitu. Gue duluan ya, udah dijemput sama kak Manda." Pamit Meisa.

"Oke, hati-hati ya. Salam buat kak Manda." Ucap gue.

"Oke, dah." Ujar Meisa lalu menghilang dibalik gerbang sekolah.

Pilotrusuh💕 is calling

"Hai"
"Halo sayang, maaf ya aku gak bisa jemput."
"Kenapa?"
"Tiba-tiba aja jadwal penerbangan aku berubah."
"Oh okedeh."
"Gapapa kan? Please jangan marah sama aku. Next time aku pasti jemput kamu."
"Iya gapapa. Semangat ya. Hati-hati, banyak nyawa yang kamu bawa."
"Iya sayang. Makasih banyak ya. Sekali lagi aku minta maaf. See you."

Klik

Oke, berarti gue harus pulang sendiri hari ini. Ah, males pulang. Tapi kalo gak pulang bingung mau ngapain disini.

Gue memutuskan untuk jalan sampai persimpangan. Setelah itu baru gue memesan ojek online. Lumayan lah jalan jalan sore.

Brughh

"Ehh, sorry mas." Ujar gue lalu membantu pria itu membereskan bukunya.

"Gapapa kok. Saya yang salah ngerapihin buku berdiri di trotoar." Ucapnya. Setelah itu gue langsung pergi tanpa melihat dia.

Rafif Pov's

Akhirnya liburan. Hari ini gue memutuskan untuk pergi ke toko buku. Menambah koleksi novel. Gak salah kan cowok suka baca novel? Udahlah gapapa.

Gue baru keluar dari toko buku sore hari. Gue memilih untuk jalan kaki hingga persimpangan setelah itu baru memesan ojek online. Kapan lagi gue bisa menikmati udara sore ibukota. Langka.

Brughh

"Ehh, sorry mas." Ujar si cewek lalu membantu gue membereskan buku.

"Gapapa kok. Saya yang salah ngerapihin buku berdiri di trotoar." Ucap gue. Setelah itu dia langsung pergi tanpa melihat gue. Tapi gue lihat dia sekilas dan gue yang dia mantannya Reno. Ranadia. Ketemu dia lagi gue. Walaupun dia gak sadar. Udahlah.

"Tolongg tolong!"

Terdengar suara seorang wanita berteriak minta tolong. Setelah gue lihat, itu adalah Ranadia. Dia bawa seseorang memakai pakaian serba hitam ke gang sempit. Gue pun buru-buru lari mengejarnya.

Kenapa dia dibawa ke gedung tua? Gak bisa dibiarin nih.

Bugh

Gue memukul seorang yang menculik Rana.

"Lo siapa? Apa urusan lo?!" Tanyanya berteriak.

"Lo mau bawa kemana temen gue ha?" Tanya gue datar dan terjadilah baku hantam antara gue dan penculik itu. Berbekal ilmu beladiri yang gue dapat di Akpol, gue berhasil membawa kabur Rana karena sudah melumpuhkan si penculik itu.

Bisa gue lihat dia sangat ketakutan. Gue pun berinisiatif untuk memeluknya. Dan tanpa diduga dia membalas pelukan gue.

Oh ayolah jantung, kenapa lo marathon? Cuma meluk cewek asing. Normal dong normal. Ucap gue dalam hati. Gue deg-degan ini.

"Are you okay?" Tanya gue pelan.

"I'm okay. Thank you." Jawabnya pelan.

"Kak Rafif." Ujarnya tak percaya saat melihat gue.

"Yeah, it's me." Jawab gue santai.

"Kok bisa?" Tanyanya lagi.

"Liburan." Jawab gue lalu dia mengangguk.

"Makasih." Ucap dia.

"Santai. Emang udah seharusnya." Jawab gue.

"Ngomong-ngomong kok kamu bisa diculik gitu sih?" Tanya gue hati-hati.

"Rival bisnis." Jawab Rana dan gue mengangguk tanda mengerti.

"Kamu mau pulang ga?" Tanya gue.

"Iya." Jawab dia.

"Oke, aku anter." Ujar gue lalu memesan taksi online dengan tujuan rumah Ranadia. Sepanjang perjalanan gue dan Rana hanya diam. Ya, gue maklum. Pasti Rana masih syok.

"Makasih ya, kak." Ucap Ranadia saat telah turun dari taksi. Lalu taksi gue pun melaju pergi.

Terima kasih penyelamat
-Ranadia

Tulisan yang terdapat pada post it di tas gue. Gue yakin itu Rana yang bikin.

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

Selamat membaca

Makin gak jelas ya? Maafkan si amatir ini yaa
Kritik dan saran kalian sangat dinantikan.

Makin gak jelas ya? So pasti. Gadeng. Doakan saja semoga saya bikinnya gak ngawur *reader: udah ngawur kali bro.*

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang