"Aku pilih Arsya," Ucap Rafif tapi sedikit menggantung. Bisa dilihat tante Syka tersenyum senang mendengarnya sementara Rana hanya diam karena inilah yang dia inginkan.
"Terima kasih, Fif." Sahut tante Syka kegirangan.
"Loh tante ngapain bilang makasih?" Rafif bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya pertanda heran.
"Tadi kan kamu bilang pilih Arsya." Jawab tante Syka sedikit bingung.
"Rafif maksud kamu apa?" Kini Rana yang bertanya sambil memandang Rafif heran.
"Tante jangan langsung ambil kesimpulan."
"Maksud kamu apa, Fif?"
"Aku pilih Arsya"
"Tuh kan kamu pilih Arsya." Potong tante Syka.
"Aku pilih Arsya buat pergi jauh dari kehidupan aku dan Rana." Ucap Rafif tegas seakan tidak bisa dibantah.
"Rafif?" Heran Rana.
"Maksud kamu apa?" Tante Syka tersentak dengan pernyataan Rafif.
"Aku mau Rana, jalanin kehidupan bersama Rana tanpa ada Arsya." Ujar Rafif penuh penekanan.
"Jadi, kamu lebih pilih dia dibanding Arsya?" Tanya tante Syka kaget.
"Jelas tante. Rana istri aku dan Arsya hanya teman kecil aku tante."
"Mah." Terdengar suara om Ardi yang baru saja masuk.
"Pah, gimana Arsya pah?" Ucap tante Syka berlinang air mata.
"Mba, tolong jangan ganggu pernikahan anak saya." Kini bunda Sasa yang bersuara. Di ruangan Rana sudah lengkap ada bunda Sasa, ayah Fadi, mamah Nadya dan papah Rafa.
"Tapi Arsya gimana mba?" Tanya tante Syka dengan suara bergetar.
"Jika mba mengatakan harapan Arsya tidak banyak, apakah dengan menikah dengan Rafif akan menambah harapannya? Semua kembali pada Arsya, sejauh mana dia mau berusaha. Biarkan Rafif dan Rana bahagia. Mereka baru memulai kehidupan mereka. Saya mohon mba." Tutur ayah Fadi.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besar nya mba, mas, jika permintaan istri saya diluar nalar. Sekali lagi saya mohon maaf." Ucap om Ardi.
"Maaf jika saya lancang dan ikut campur pak, bu. Ini menyangkut kehidupan anak-anak saya. Seyogyanya jika bapak dan ibu menginginkan kesembuhan putri anda. Bisa dari anda sendiri pak, bu. Sebagai orang tua, kehadiran bapak, ibu lah yang sangat dinantikan putri anda. Bukan dengan hadirnya orang lain apalagi dengan mengorbankan orang lain." Tukas papah Rafa.
"Sekali lagi saya mohon maaf om, tante. Ini keputusan saya. Dan yang seperti saya bilang, keputusan saya tidak bisa diganggu gugat."
"Baik, nak. Sekali lagi om mewakili tante dan Arsya minta maaf sebesar-besarnya pada semuanya yang ada disini. Saya permisi." Pamit om Ardi bersama tante Syka.
"Pah, mah, yah, bun. Bisa tolong tinggalin aku sama Rafif bentar?" Tanya Rana pada orang tua mereka. Orang tua mereka hanya mengangguk lalu pergi.
"Sayang." Panggil Rana pada Rafif.
"Ya?"
"Kamu udah pikirin matang-matang keputusan kamu tadi?"
"Kita jauh lebih berharga dibanding dia yang tiba-tiba aja dateng dan mau merusak segalanya."
"Makasih udah mau mempertahankan kita." Ucap Rana memeluk Rafif.
"Pasti." Sahut Rafif.
"Assalamualaikum, akhi ukhti. Jangan mesra mesraan disini. Mending balik aja gih." Terdengar suara seorang laki-laki.