Perizinan orang tua? Clear

10.7K 495 5
                                    

"Hm, kita pernah ketemu gak sih sebelumnya? Saya gak merasa asing lihat kamu." Ucap Rana yang kini tengah duduk berdua bersama Rafif di taman rumah sakit.

"Lupa ya."

"Berarti kita pernah bertemu?"

"Gimana kita ulang aja perkenalannya, supaya kamu inget." Jawab Rafif lalu mengulurkan tangannya

“Rana." Ucap Rana sambil berjabat tangan dengan Rafif.

"Kamu, gainget sama saya?" Tanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ha?" Tanya Rana bingung.

"Sandikaraf." Ujarnya berbisik di telinga Rana.

"Akhirnya kita ketemu ya." Tambahnya.

Seketika Rana mengingat sesuatu
“Hai, gue Rana." Ucap gue sambil berjabat tangan dengan temannya Reno.

"Kamu, gainget sama saya?" Tanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ha?" Tanya gue bingung.

"Sandikaraf." Ujarnya berbisik di telinga gue.

"Akhirnya kita ketemu ya." Tambahnya. Gue yang shock hanya memasang wajah kaget.

"Rafif temennya Reno? Yang akpol itu kan? Kamu juga yang waktu itu nolongin saya?" Tanya Rana bertubi-tubi.

"Yap. That's me."

"Waktu cepet banget berlalu ya."

"4 tahun lalu saya masih pake seragam pesiar. Sekarang saya."

"Jadi?" Tanya Rana.

"Apa?" Tanya Rafif balik.

"Gimana sekarang? Davin? Gue bingung tau ga sih."

"Gimana ya. Hm, saya lebih seneng kamu menyebutkan diri sendiri dengan sebutan 'saya' atau mungkin 'aku' akan lebih baik."

"Ehh, sorry sorry."

"Aku bingung. Pernikahannya bulan depan dan semuanya datang begitu cepat."

"Kalo kamu masih tetap ingin melangsungkan pernikahannya. Hm, mau menikah denganku?" Ungkap Rafif.

"Ha? Hm, ini gimana?" Tanya Rana bingung.

"Aku bukan cuma mau menuruti permintaan Davin. Ini juga murni dari hati aku. Setelah pertemuan pertama kita, aku coba cari tau kamu. Tapi, kegiatan di akademi buat aku agak susah menyisihkan waktu buat deket sama kamu. Dan entah kenapa, saat Davin minta hal ini, aku merasa emang kamu buat aku. So, will you marry me?" Jelas Rafif sementara Rana hanya spechless mendengarnya.

"Ntah kamu mikir aku main-main atau gimana. Tapi aku rasa, kita bisa memulainya." Jawab Rana.

"Jadi?"

"I will."

"Fif, Di." Panggil Davin.

"Di? Lo manggil siapa bro?" Tanya Rafif mendengar Davin menyebutkan nama "Di"

"Rana." Jawab Davin yang kini duduk disebelah Rana.

"Kok?"

"Panggilan sayang dari gue. Lo cari sendiri panggilan sayang lo buat dia."

"Ceh, lo ikhlas nih Rana sama gue? Seorang Ranadia yang selalu lo ceritain ke gue."

"Ini yang terbaik, Fif. Gue akan jauh lebih brengsek kalo gak mau tanggungjawab atas anak yang dikandung Disya."

"Aku tetep sahabat kamu kan?" Tanya Rana.

"Harusnya aku yang nanya gitu, Di. Itu pasti dan akan tetap seperti itu." Jawab Davin lalu memeluk Rana.

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang