Dia Kembali

10.6K 394 13
                                    

"Ehh, itu."

"Itu apa?" Potong Rafif sebelum Rana menyelesaikan kalimatnya.

"Inget waktu kamu nolongin aku? Waktu aku masih pake putih abu-abu dan kamu masih pake seragam taruna." Rafif mengangguk sebagai jawaban.

"Aku mimpiin itu." Cicit Rana.

"Ya ampun sayang." Rafif langsung memeluk Rana erat.

"Udah gapapa kok sekarang." Rana mengurai pelukan Rafif lalu kembali menonton film.

Hening menguasai karena mereka
telah terlelap dengan posisi saling mendekap.

Keesokan paginya

Sebuah wajah damai nan tampan menyambut gue saat membuka mata pagi ini. Pemandangan ini udah jadi rutinitas buat gue. Terbangun dengan Rafif mendekap gue dalam pelukannya sepanjang malam.

Dia yang terlihat tegas saat mengenakan seragam kebesarannya akan menjadi sangat manis ketika seperti ini.

Perlahan gue mengusap wajahnya. Kadang gue berpikir, mungkin ini yang namanya jodoh gak akan kemana. Teringat waktu SMA gue suka iseng di akun taruna taruna, lalu bertemulah dengan Rafif yang ternyata temennya mantan gue. Lost contact, lalu kami bertemu dan terikat pernikahan.

"Engghhh." Lenguh Rafif terusik dengan kegiatan gue mengelus wajahnya.

"Jangan bikin aku bangun. Masih pagi." Ujarnya dengan suara khas bangun tidur.

"Ini hari minggu loh. Gaada niatan jogging seperti biasa?" Tanya gue menurunkan selimut kami sebatas pinggang.

"Engga. Dingin abis ujan. Mau sama kamu aja." Rafif menarik kembali selimut kami hingga leher lalu memeluk gue erat dibalik selimut, dan ia melanjutkan hibernasinya.

Ya memang benar, tadi malam hujan turun sangat deras. Membuat udara sangat dingin pagi ini. Ditambah semalam, gue lupa menaikkan suhu ac di kamar kami. Lengkap sudah. Bergelung dibalik selimut dengan pelukan hangat dari masku ini memang pilihan yang terbaik.

"Aku mau bikinin kamu makanan spesial nih. Yakin gamau bangun." Bisik gue ditelinganya.

"I love you." Ucapnya lalu mengecup singkat bibir gue dan membalikkan badannya. Gue pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi lah ya pastinya lalu melesat ke dapur dan mulai memasak.

Setelah berjam-jam di dapur, sayur nangka, kol dan kacang panjang, rebusan daun singkong, ayam pop dan tak lupa sambal hijau tersaji di meja makan gue kali ini.

Request masakan dari Rafif yang sudah amat sangat lalu ini baru bisa gue sajikan sekarang. Bukan baru bisa, guenya mager terus kemarin kemarin.

Karena Rafif belum juga turun, gue pun kembali ke kamar. Saat akan memasuki kamar gue mendengar suara Rafif yang sedang marah. Ntahlah, mungkin anak buahnya melakukan kesalahan. Tapi dia gak pernah sampe kayak gini.

"Brengsek!"

Prangg

"Sayang." Panggil gue buru-buru ke kamar saat mendengar makiannya suara benda dibanting.

"Arrgghh!" Gue lihat Rafif memekik sambil menjambak rambutnya. Gue pun langsung berlari ke arahnya lalu membawanya dalam pelukan gue.

"Brengsek!" Umpat Rafif didalam pelukan gue lalu gue merasa baju gue basah.

"Hey, sayang." Gue menarik wajahnya agar menatap gue. Dia, menangis dan gue bingung. Gue lalu kembali memeluknya berharap bisa membuatnya tenang.

"Kenapa dia harus kembali?" Lirih Rafif didalam dekapan gue. Lalu gue mulai merasakan napas teratur pertanda Rafif telah tertidur.

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang