Pilot Andalan

19.1K 790 15
                                    

Pagi yang cerah ini terasa berbeda karena pemandangan yang berbeda. Kamar hotel gue mengarah langsung ke kantor Balaikota Semarang. Sabtu pagi di Semarang tak seramai di Jakarta. Lengang, bahkan bisa dibilang sepi. Padahal ini udah jam 7 pagi. Disaat gue tengah menikmati indahnya Semarang di pagi hari, terdengar suara ketukan pintu. Mau gak mau gue yang harus bukain, karena Dhiya sama Riri lagi ambil makan dan Meisa lagi mandi.

Krek

"Pagi." Sapa mas Arras.

"Eh, mas Arras. Kenapa?" Tanya diambang pintu.

"Udah sarapan belum?" Tanya dia.

"Belum, lagi nunggu temen masih mandi." Jawab gue.

"Kalo udah langsung ke lobby ya, nanti keluar lift belok kanan. Disana tempat makannya." Jelasnya.

"Oke." Ucap gue.

"Jangan sampe lupa makan. See you." Ujar dia dan langsung pergi.

Jujur, dia itu jadi aneh semenjak
1. Tiba-tiba duduk di sebelah gue.
2. Always nyari topik buat ngobrol sama gue.
3. Tidur di sebelah gue. Disitu gue juga tidur sih, tapi herannya pas gue bangun tubuh udah dibalut pake jaket yang ada logo tour&travel punya dia dan dia cuma pake kaos maroon doang.
4. Dia selalu bawain gue makanan kalo lagi berhenti buat makan. Jadi, gue tuh kalo sampe resto duduk dulu gak langsung ambil makanan. Dan disitu, dia tiba-tiba dateng bawain makanan.
5. Akhirnya dia selalu duduk sama gue sampe di Semarang.
6. Pas sampe hotel, dia nungguin gue sampe masuk lobby dan bawain carrier gue sampe depan kamar.

Sejujurnya gue gak tau dia kenapa, tapi menurut gue itu udah lebih banget dari yang seharusnya seorang tour leader lakukan.

Setelah sarapan, kami semua diberikan free time sampe jam 12 untuk kemana aja. Yaps, sesuai rencana kemarin, Rifath bakal jemput gue.

9.15 am

"Ran, ikut ga?" Tanya Riri.

"Mau dijemput gue." Jawab gue sambil mengecek chat dari Rifath.

"Oh, lu mau dijemput sama mas pilot ya?" Tanya Dhiya dengan nada menggoda.

"Demi apa?" Tanya Meisa kaget.

"Dia lagi RON di Semarang." Jawab gue kemudian kita semua masuk ke dalam lift.

"Mau kemana lo sama mas pilot?" Tanya Dhiya.

"Gatau tuh, dia gak ngasih tau." Jawab gue.

"Gamau bareng kita aja?" Tanya Riri.

"Kemana?" Tanya gue sedikit penasaran.

"Nonton di mall belakang hotel. Abis itu mau ke kampung pelangi." Jawab Meisa kemudian kami semua keluar dari lift dan berjalan menuju lobby.

"Ke kampung pelanginya menarik tuh. Tapi gue males kalo nonton." Ujar gue lalu duduk di kursi yang tersedia di lobby.

"Yaudah lo ke kampung pelangi sama mas pilot aja haha." Ujar Dhiya.

"Nah iya tuh bener, sama mas pilot aja. Biar romantis gitu." Sahut Riri.

"Biar nanti foto lo disana kayak ala-ala prewed gitu hahaha." Sahut Meisa dan diikuti gelak tawa Dhiya dan Riri.

"Apaan sih. Udah sana pada berangkat." Usir gue tak tahan lagi dengan mereka.

"Ngusir nih? Situ siapa? Yang punya hotel?" Tanya Riri sakartis.

"Kalo diusir dari pesawat masih gue terima deh, kan yang bawa mas pilot lo haha." Ucap Dhiya dan mereka semua kembali tertawa.

"Suka banget lo semua nge bully gue." Ujar gue.

"Seneng aja gue liat doinya mas pilot menahan amarah." Ujar Meisa.

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang