Setelah kematian Arsya semua berjalan baik-baik saja. Rana dan Rafif kembali pada kesibukan mereka masing-masing dan masih bersama hingga detik ini.
"Sayang." Panggil Rafif yang baru saja turun dari kamar mereka.
"Ya." Sahut Rana yang masih berkutat dengan sarapan mereka.
"Aku dapat kiriman ini kemaren di kantor. Tapi buat kamu." Rafif menaruh sebuah kotak di meja makan.
"Loh buat aku kok sampenya ke kantor kamu?" Heran Rana lalu menaruh sarapan mereka di meja makan.
"Gatau. Nanti coba kamu liat." Ucap Rafif lalu mereka memulai acara sarapan.
"Wah, pesenan aku." Girang Rafif melihat ada chicken cheese.
"Gatau enak atau engga."
"Enak aja kalo kamu yang masak."
Setelah selesai acara sarapan dan bersih-bersih, Rana dan Rafif bersantai di ruang keluarga sambil menonton kartun.
"Sayang, kamu gak mau liat isinya?" Tanya Rafif yang memeluk Rana dari samping.
"Bentar aku ambil." Rana pun mengambil kotak yang tadi diberikan Rafif lalu kembali duduk di sebelah Rafif.
"Buka gih."
"Takut hehe."
"Yeh, takut tapi ketawa." Lalu Rana membuka kotak itu perlahan.
"Arrrgggghhhh." Pekik Rana lalu melempar kotak tersebut.
"Sayang hey, look at me." Ucap Rafif menenangkan Rana yang menangis kejer sambil memeluknya. Ternyata isi kotak tersebut adalah seekor anak kucing dengan leher nyaris putus dan penuh darah.
"Siapa yang kirim hikss, sayang hikss aku takut." Ucap Rana disela-sela tangisnya.
"Udah, tenang ya. Ada aku oke." Rafif berusaha menenangkan Rana dengan mempererat pelukannya.
"Kita ke kamar ya, istirahat." Rafif lalu membawa Rana ala bridal style ke kamar mereka.
"Jangan kemana mana." Titah Rana menahan tangan Rafif yang hendak pergi.
"Nee. Aku disini." Rafif pun membaringkan tubuhnya disebelah Rana lalu Rana memeluknya erat kemudian terlelap.
"Halo."
"....."
"Sorry ganggu nih, Tra."
"....."
"Tolong yang kirim paket buat gue dengan nama tujuan ke Rana dicek nya saha nu ngirim."
"....."
"Cari tau aja dulu. Kalo udah tau lo ke rumah gue. Nanti gua kasih tau semuanya."
"....."
"Nuhun nya. Tiati lo."
Rafif Pov's
"Jangan please, jangan" Racau Rana disela tidurnya.
"Sayang."
"Engga, engga. Jangan please arrghh." Pekiknya lalu bangkit.
"Hey hey, kenapa?" Tanya gue menangkup wajahnya.
"Itu hiks mereka hikss hikss."
"Hey, jangan cerita dulu oke. Jangan nangis." Gue berusaha menenangkannya dengan memeluknya erat.
"Jangan pergi." Lirih Rana dalam dekapan gue.
"Engga, aku gak akan pergi. Istirahat lagi oke." Lalu gue membaringkan tubuh Rana sambil mendekapnya.