Memulai yang baru

12.1K 464 11
                                    

"Fath, kangen!" Pekik gue lalu menghambur ke pelukan Rifath.

"Aku juga sayang." Ucap Rifath lalu mengecup puncak kepala gue.

"Ayo pulang." Ajak gue.

"Aku gabisa sayang."

"Yaudah aku yang ikut kamu."

"Jangan, ada yang nunggu kamu."

"Gak ada yang jagain aku."

"Ada sayang." Ucapnya penuh keyakinan

"Siapa? Davin?"

"No. Bukan dia." Jawab Rifath membuat gue bingung.

"Siapa?"

"Aku tau, tapi aku gamau kasih tau kamu. Aku pergi dulu ya. I love you." Rifath mengecup bibir gue singkat lalu pergi.

Kringg kringg kringg

"Ahhh masih kangen." Rengek gue saat mimpi gue terganggu oleh alarm. Wait? Alarm?

7.00 AM

"Mampus telat!" Gue langsung berlari ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap.

15 menit

Gue telah siap dengan dress selutut lengan panjang berwarna maroon. Rambut pendek gue, udah tau lah ya. Tak lupa heels hitam dan tas kesayangan gue.

"Mah, pah. Aku berangkat ya." Pamit gue saat turun dari tangga.

"Sarapan dulu sayang." Ucap mamah.

"Ada meeting penting 30 menit lagi. Aku berangkat ya." Gue lalu bersalaman pada mamah dan papah.

Gue mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Please, Semanggi jangan macet ya Tuhan. Mau mati aja kalo disana macet."

25 menit kemudian

"Hampir aja." Ucap gue lega saat sudah berada di depan ruangan rapat.

"Hai, Ran." Kayak kenal nih suara.

"Loh, Davin?" Tanya gue sedikit bingung.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil mengulurkan sebotol minuman dingin.

"Tadi buru-buru dari rumah. Takut telat. Btw, thanks ya." Jawab gue lalu meminum minuman yang dia berikan.

"Kamu ngapain?"

"Aku mau meeting."

"Meeting?" Hari ini gue juga meeting, bareng Trans Pranama. Jangan bilang.

"Aku rasa kamu udah tau jawabannya." Ucapnya santai lalu merangkul gue memasuki ruang rapat.

1 jam berlalu

Rapat selesai dan kerjasama kami telah dimulai. Masih tidak menyangka kalo Davin adalah CEO nya. Gue kira CEO nya bakalan bapa-bapa ya kalo engga mas-mas yang udah gitu deh. Lah ternyata modelan si Davin.

"Masih bingung?" Tanyanya saat berada di ruangan gue. Ya, dia ngajak gue makan tapi di ruangan gue. It's okay lah.

"Ya, aku kira CEO nya tuh bakalan"

"Tua, botak atau buncit gitu?"

"No. Tapi, ah udahlah. Kamu mau makan apa?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan.

"Up to you."

"Aku mau masakan padang deh."

"Boleh."

Gue pun memesan makanan yang gue inginkan. Tapi, gue merasa daritadi Davin merhatiin gue.

"Didi" Gue gak asing sama panggilan ini, tapi dimana dan siapa yang manggil gue ini.

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang