Aa Mau Nikah?

6.1K 283 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, gue semakin deket sama Kian. Kiandara, sekretarisnya ayah hehe. Status? Apasih kita ini, Ki? Ehh harusnya yang nanya gitu kan Kian ya, kok malah gue.

Skip

"A, jangan lupa hari sabtu nikahannya mas Tria." Ucap ayah disela sela makan malam kami.

"Wiih, mas Tria udah mau nikah aja ya A. Lo kapan?" Tanya Revan kok ngeledek ya.

"Lah, yang pacaran aja siapa." Ujar gue.

"Siapa yang pacaran?" Sahut bunda. Mampus kan panik nih adek gue pasti haha.

"Tuh, adek yang pacaran bun."

"Engga." Elak Revan.

"Engga salah lagi toh?" Sahut ayah.

"Sama siapa a?" Tanya bunda.

"Masa gatau sih bun." Jawab gue santai sementara Revan udah menatap tajam ke arah gue.

"Tyarany pasti." Ujar ayah dan gue angguki dengan antusias.

"Kapan peresmiannya dek?" Kini bunda yang bertanya dengan nada menggoda.

"Apaan deh. Kok peresmian." Jawab Revan sok acuh dan melanjutkan agenda makannya. Sementara gue dan ayah hanya menertawakan si Revan yang salah tingkah.

"Mending di resmiin dek. Jangan di gantung gantung, nanti diambil orang nyesel loh." Kini ayah yang bersuara.

"Lo sih a." Omel Revan pada gue.

"Kok gue."

Setelah makan malam penuh godaan untuk Revan, esok paginya kami semua kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Ayah, gue dan Revan ke kesatuan masing masing dan bunda sibuks dirumah.

"Yah, bunda perginya ditemenin Dara aja ya." Ucap bunda sebelum ayah, gue dan Revan berangkat.

"Jadi nih pergi kesana?"

"Jadi deh. Sayang soalnya. Tapi sama Dara. Dia gak ada niatan ayah mau bikin sibuk kan?"

"Engga. Mau jam berapa?"

"Jam 10 ya."

"Mau kemana bun? Kok sama Kian?" Tanya gue kepo.

"Kian?" Tanya bunda bingung.

"Panggil sayang aa buat mba Dara loh bun." Sahut Revan meledek banget.

"Ohh udah punya panggilan sayang. Mau peresmian juga biar kayak adek?"

"Nah kena juga kan lo." Kini gue yang meledek Revan.

"Mau peresmian yang gimana? Langsung?"

"Apasih yah."

"Udah udah. Ga berangkat berangkat nih." Titah bunda.

"Oke bunda." Jawab gue, ayah dan Revan serempak.

Kami berangkat menggunakan kendaraan masing masing. Akhirnya gue bisa kembali memakai mobil hadiah dari ayah, Revan juga memakai motor hadiah dari ayah.

"Selamat pagi masque." Sapa rekan gue yang tak lain tak bukan, Axel.

"Hm."

"Dih sombong banget masih pagi." Nyinyirnya.

"Lo kenapa sih masih pagi?" Tanya Axel.

"Mager." Jawab gue seadanya.

"Mager mulu idup. Eh, Vin. Adek lo jadian ya sama si dokter cantik itu?"

"Ha? Tau darimana lo?"

"Pacar gue dokter di rumah sakit tempat tugas pacarnya Revan. Pacar gue dokmil juga kalo kalo lo lupa." Jawab Axel.

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang