"Congratulations, captain." Ujar gue tepat ditelinga Rifath.
"Rana." Ucapnya lalu memeluk gue erat.
Hari ini, Rifath resmi menyandang gelar 'captain' gelar kebanggaan. Di umur yang masih 20an Rifath sudah bisa menjadi seorang captain. Bangga pasti.
"Maaf ya, aku bilangnya gak bisa dateng." Ucap gue masih berada di pelukannya.
Semalam, waktu dia ajak gue dateng ke acara ini. Gue nolak dia mentah-mentah dengan alasan besok ada tugas deadline yang perlu gue selesaian dan memutus telpon dia sepihak. Gue yakin, semalam mood dia langsung hancur. Tapi, tadi dia terlihat biasa aja cenderung bahagia, syukurlah.
"Aku marah sama kamu." Ujar dia datar tapi tidak melepas pelukannya.
"Ada sih orang marah, tapi meluk." Sindir gue.
"Aku gak bisa marah sama kamu sayang, astaga. Aku gak ngerti lagi." Ujarnya sambil mencium kening gue berulang kali.
"Fath, malu ih." Ucap gue mencobal melepas pelukan Rifath. Sementara dia cuma cengengesan gak jelas.
"Mah." Ujar Rifath.
"Selamat ya, sayang. Mamah bangga sama kamu." Ujar tante Riana, mamah Rifath. Lalu memeluk Rifath erat.
"Hai, Rana." Sapa tante Riana.
"Halo, tante. Apa kabar?" Tanya gue lalu bersalaman dengan tante Riana.
"Baik kok. Makasih ya udah mau nemeni, Rifath." Ujar tante Riana.
"Iya, tante. Gapapa." Ucap gue.
"Hm, Fath. Sorry banget, mamah gak bisa lama-lama. Mamah minta maaf. Papah nunggu di Perth. Kamu tau kan, sayang?" Tanya tante Riana dengan penuh kehati-hatian.
"Iya, mah. Gapapa. Aku seneng, mamah udah sempetin dateng." Jawab Rifath lalu memeluk tante Riana erat.
"Yaudah kalo gitu. Mamah pamit ya. Tante duluan ya, Ran." Pamit tante Riana.
"Iya tante hati-hati." Ujar gue lalu tante Riana menghilang dibalik pintu ruangan ini.
"Selalu seperti itu." Gumam Rifath nyaris tak terdengar.
"Masih ada aku sama mamah ku, Fath." Ucap gue mengusap bahunya. Sedikit memberinya ketenangan.
"Hm, aku besok langsung flight loh." Bisik Rifath. Wahh, keren juga nih calom imamque. Gercep.
"Gc banget ya haha." Respon gue sambil tertawa.
"Mau join?" Tanya Rifath.
"Kayak bisa." Jawab gue mengingat gak semudah itu dapet tiket pesawat.
"Free ticket for you." Ujarnya sambil mengibaskan tiket tepat didepan wajah gue.
"Demi apa?" Tanya gue kaget. Niat banget nih abang-abang.
"Prepare yourself." Jawab nya lalu menarik tangan gue keluar.
"Let's go home, baby." Ucapnya sambil membukakan pintu mobil.
"Thank you, sir." Ujar gue buru-buru masuk dan menutup pintu mobil.
"Aku gak setua itu astaga." Omel Rifath kemudian melajukan mobilnya ke arah rumah gue.
"Umur kamu berapa?" Tanya gue oot banget.
"Ck, kenapa nanyain umur, hm?" Tanya Rifath balik.
"I need your answer." Ucap gue memandangnya lekat-lekat.
"Ni juu go." Jawabnya.
"And me, seventeen you know? it's mean, aku harus hormatin yang lebih old hahaha." Ucap gue kemudian tertawa melihat ekspresi nya yang menahan amarah. Lucu, aku sukak.