Sebuah cerita

14.7K 496 11
                                    

Matahari pagi ini menyinari sepasang manusia yang kelelahan akibat bergulat tadi malam. Ya, mereka Rafif dan Rana. Posisi nyaman mereka membuat enggan beranjak.

"Eunghh" Lenguh Rana membuka matanya. Saat menoleh ke kanan, terpampanglah wajah Rafif yang damai. Perlahan Rana mengusap wajah Rafif dan berhenti tepat dibibirnya. Ingatan Rana pun melayang ke kegiatan mereka semalam.

"Kenapa? Mau lagi?" Tanya Rafif tiba-tiba dengan suara serak.

"Hm, apasih. Aku mau mandi." Rana berusaha untuk bangun tapi Rafif malah mempererat pelukannya.

"Mau mandi." Rengek Rana.

"Hayu, bareng." Ucap Rafif kegirangan lalu bangkit dari tidurnya.

"Kamu gila." Cibir Rana lalu dia pun bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi dengan wajah meringis.

"Yakin bisa sendiri?"

"Iya." Rana kini telah berada dibalik pintu kamar mandi, sementara Rafif menunggu di luar dengan sedikit cemas.

30 menit kemudian

Rafif mulai mondar-mandir karena Rana tak kunjung keluar. Akhirnya Rafif pun memutuskan untuk masuk, dan untungnya pintu kamar mandi tidak dikunci.

"Rana!" Pekik Rafif melihat Rana yang tergeletak di dekat bathup. Buru-buru Rafif membawa Rana ke rumah sakit.

10 menit kemudian

"Andrea, tolongin." Ucap Rafif pada Andrea. Ya, Andrea adalah teman SMA nya yang kini telah menjadi seorang dokter.

"Iyaiya. Lo tenang, tunggu didepan aja." Andrea pun menutup pintu ruang pemeriksaan sementara Rafif menunggu diluar.

"Eh bocah. Sini lo." Panggil Andrea dengan nyolot.

"Apasih? Istri gue lagi gitu lo manggil kayak mau ngajak ribut."

"Sini masuk." Ajak Andrea lalu mereka pun ke ruangan. Disana Rana tengah terbaring damai di brankar dengan jarum infus yang berada di tangannya.

"Nih, gue mau nanya. Jawab jujur."

"Ada juga gue yang nanya sama lo. Gimana keadaan dia."

"Yang bisa jawab lo sendiri."

"Kenapa si sebenernya?" Tanya Rafif amat sangat penasaran.

"Lo apain tuh anak semalem sampe bisa kayak gini?"

"Ha?"

"Ha, Ha aja lo. Kenapa itu?"

"Ya, privasi keluarga. Lo gak perlu tau."

"Nah yaudeh. Intinya, lo kalo 'main' ati-ati. Jangan sampe masuk rumah sakit gini. Alus dikit apa jadi cowok. Jangan mentang mentang lo di akpol di kerasin urusan ginian lo keras juga. Lawan main lo gak seimbang soalnya." Jelas Andrea lalu dia pergi meninggalkan Rafif bersama Rana.

"Bego bego. Duhh Rafif kesan pertama lo buruk banget sih." Omel Rafif pada dirinya sendiri.

Rafif Pov's

"Mau apa?" Tanya gue saat Rana alhamdulillah udah sadar.

"Minum." Gue pun membantunya untuk minum.

"Maaf ya. Kamu jadi harus kayak gini." Gue menggenggam tangannya sambil sesekali mengecupnya.

"Gapapa, semuanya baik-baik aja kok." Jawabnya sambil tersenyum lalu gue pun langsung memeluknya.

"Hm, aku mau pulang." Ucap Rana sambil melepas pelukan gue.

"Aku tanya dulu ya." Gue pun keluar untuk menanyakan pada Andrea, apakah Rana boleh pulang atau tidak.

"Yuk."

Taruna IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang