Hari-hari Yerim selama hamil muda penuh dengan emosional apalagi ketika Jungkook harus pamit meninggalkannya selama beberapa hari demi pekerjaan yang selama ini membiayai hidup keduanya. Yerim yang tidak mau ditinggalkan menangis seharian hingga membuat Jungkook kelimpungan sendiri menghadapi sikap Yerim yang terpengaruh hormon masa kehamilan. Bahkan tuan Kim yak berdaya melihat putrinya yang berubah seratus delapan puluh derajat setelah menikah.
"Sudah yaa, Sayang jangan nangis, Kakak berat nih ninggalin kamu," bujuk Jungkook mengusap pipi Yerim yang basah karena terus saja menangis. Ia sama sekali tidak menyangka akan sesulit ini berhadapan dengan ibu hamil.
"Makanya tinggallah lebih lama lagi," jawab Yerim sesegukan.
"Tidak bisa begitu, Sayang, nanti kalau misalnya tidak kerja upah kerja tidak ada dan kalau tidak diupah, aku, kamu dan anak kita mau makan apa hayo,?" balas Jungkook lembut. Sebisa mungkin untuk lebih bersabar menghadapi istrinya.
"Ya sudah tapi belikan Yerim roti panggang isi ikan,"
"Apa,?" kaget Jungkook, " Sayang, jangan bercanda, ini masih subuh, mana ada yang jual bungeoppang," lanjut Jungkook memohon agar istrinya membatalkan keinginan tersebut.
"Tidak mau tau pokoknya kalau mau pergi harus beli bungeoppang dulu," rengek Yerim.
"Mana ada toko atau restorant buka jam segini, nanti saja yaa minta Ayah belikan,"
Yerim cemberut, "Kakak tidak sayang Yerim lagi yaa,?"
"Kenapa berpikir seperti itu coba?"
Yerim tidak menjawab berbalik meninggalkan Jungkook yang sudah rapi dengan setelan pakaian kerjanya. Wanita itu duduk diatas ranjang dengan kedua tangan melipat didepan dada yang turun narik menahan emosi.
"Ya Tuhan, drama apalagi yang kau berikan," Jungkook hanya bisa membatin karena jika ia mengatakannya sudah dapat dipastikan masalah akan bertambah lagi.
Jungkook membuang nafas lelah, Berulang kali melafalkan kata penyemangat didalam hati sebelum berjalan menghampiri Yerim. Akhir-akhir ini Jungkook lebih sering direpotkan dengan segala kemauan aneh istrinya dimulai dari mengingkan mangga yang baru dipetik dari kebun, makan bulgogi dipinggiran sampai ingin melihat taman bunga Smeraldo. Demi Tuhan! permintaan-permintaan itu membuat Jungkook hampir gila.
"Sayang," panggil Jungkook berlutut dihadapan Yerim, "Jangan seperti ini, Kakak benar-benar harus pergi sekarang dan mencari pesananmu itu sepertinya sulit," lanjut Jungkook.
Yerim masih saja betah dalam kediamannya. Mengabaikan Jungkook yang mengharapkan pengertian darinya. Jungkook mendesah, merasa sia-sia membujuk istrinya pun berdiri. Biar bagaimana pun ia harus menjalankan kewajibannya.
"Aku akan pergi sekarang, akan ku coba telepon Mamih nanti untuk membelikan pesananmu," ucap Jungkook berdiri, mendekatkan wajahnya mencium Puncak kepala Yerim sebelum berlalu dari kamar keduanya.
Yerim kembali menangis, kali ini tanpa suara. Ia begitu sedih harus ditinggalkan dengan cara seperti ini. Mengapa juga hormon kehamilan harus mempengaruhi dirinya sampai seperti ini hingga membuatnya terlihat kekanak-kanakan dimata suaminya.
----
Sudah dua hari berlalu Yerim tidak mendapat kabar dari Jungkook. Biasanya suaminya itu akan selalu berusaha menghubungi Yerim saat ia memiliki waktu luang tapi kini menelpon saja dan menanyai dirinya seperti biasa dilakukan Jungkook tidak lagi. Apa yang terjadi? Apa suaminya marah akan sikapnya waktu itu?
Suara tangisan Seungyoon terdengar membuat Yerim terlonjak lalu berlari kecil menyusul Seungyoon dikamarnya. Dilihatnya Seungyoon sedang menangis sendiri diatas box besar dengan pintu kamar terbuka lebar tanpa ada yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband (Sudah Dibukukan)
Fiksi Penggemar(Tersedia dalam bentuk cetak) Order Book/E-book bisa langsung chat Whatsapp.. Apa jadinya jika seorang gadis pemberontak, gemar melanggar perintah dijodohkan dengan seorang pria dewasa, tampan, mapan dan sukses diusia muda yang selama ini selalu m...