Aturan ketiga untuk jatuh cinta adalah belajarlah untuk jujur.
Agar diketahui mana yang benar dan mana yang salah. Perihal dirimu sendiri, juga orang lain. Terkait perasaanmu, juga perasaan orang lain. Kepada pikiranmu, juga pikiran orang lain. Dan untuk hatimu, juga hati orang lain.Karena tidak pernah mudah untuk mencintai seseorang dibalik sesuatu yang kamu sembunyikan darinya, atau kebohongan yang kamu ungkapkan untuknya. Entah itu hitam, putih, atau abu-abu.
"Hei, bro! Eh, lo kenapa? Sakit?"
Ini Jimin, yang langsung panik setelah si pemilik apartemen membuka pintu kamar. Mendapati wajah pucatnya dan kondisinya yang acak-acakan, serta seminggu hilang tanpa kabar.
"Taehyung, lo kenapa anjir? Rhinitis lo kambuh ya? Ih, lo demam, kenapa gak bilang kalau lo sakit?"
Sementara yang dihujani pertanyaan hanya memilih menelungkup kembali diatas kasurnya, menyelimuti diri hingga terbalut sampai ke leher, lalu nyaris terpejam lagi. Jimin masih sama, panik. Menangkupkan telapak tangannya di dahi sahabatnya itu, lalu memegangi kedua pipinya berkali-kali sambil mengomel panjang lebar.
Ya, gitu. Sebobrok-bobroknya pertemanan mereka, tetap aja Jimin adalah orang yang selalu paling panik setiap kali Taehyung sakit, atau sekedar mabuk gara-gara kebanyakan minum. Sedikit banyak Taehyung memang selalu bersyukur karena dari sekian banyak orang di dunia ini yang lebih benar jalan hidupnya dan lebih baik sikapnya, Jimin malah memilih Taehyung sebagai sahabatnya. Membuat nama Taehyung masuk kedalam daftar nama orang-orang penting di kehidupan Jimin.
"Jim, aduh bentar, gue pusing."
"Ya salah lo bego, sakit gak bilang. Mati sendirian rasain lo."
"Lo kesini mau numpang marahin gue apa mau ngasih gue makan?"
"Heh, dikira gue emak lo apa pake acara harus ngasih lo makan segala."
Dilanjut dengan Jimin yang sibuk membuka beberapa bungkus makanan yang salah satunya adalah bubur hangat, lengkap dengan susu stroberi favorit Taehyung.
"Sini bangun dulu,"
Taehyung menggeliat, balik badan memunggungi Jimin. "Gak mau, pusing."
"Bangun bangsat cepetan!"
"Ck. Iya iya, sebentar."
"Kenapasih lo? Terus, seminggu ini kemana aja? Gue bela-belain beli pulsa cuma buat telfon lo, gak ada yang lo jawab satupun. Sialan."
"Gak kemana-mana, gue diem di apartemen seminggu kemaren. Gak mau ngapa-ngapain, mood ancur banget."
Jimin alisnya mengerut, "Melankolis banget ya hidup lo, kayak orang patah hati aja."
"Ya memang iya, bego."
"Kenapa? Lagi ada masalah sama Jungkook?"
Dibalas gelengan singkat sebelum menyahut, "Putus."
"Eh, seriusan? Kok bisa?"
Dan satu suapan bubur terakhir dari Jimin, sebelum Taehyung mengendikkan bahu dan mengalihkan tatap.
"Gue yang salah sih emang, kelewat bego gue jadi orang. Labil, memang gak pantes buat dia yang sebaik itu."
Setelah taruh mangkuk buburnya diatas nakas, Jimin beralih duduk di ujung kasur menghadap Taehyung, lantas menepuk halus bahunya.
"Bro, kebiasaan. Kalo lagi jatoh ya bangun, atau kalau gak bisa bangun sendiri, minta temen lo bantuin buat berdiri lagi. Jangan malah pasrah menjatuhkan diri sendiri. Kenapa, coba cerita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERS ㅡVKOOK
Fanfiction[COMPLETED] Kalau udah terlanjur sayang, Jungkook bisa apa? bxb. Taekook. Minyoon (side-pairing). #1 in bottomjungkook #1 in toptaehyung