You're My Painkiller

13.5K 1.7K 82
                                    


Jungkook mengira, bahwa senyum Taehyung di hari pertama setelah papa pergi adalah suatu tanda bahwa Taehyung sudah mulai bisa menerima. Juga di malam itu, ketika dia dan Taehyung menginap di rumah papa bersama mama dan Kak Lea, Jungkook mengira bahwa Taehyung mulai terlihat membaik dengan melihat tawanya kembali setelah bercerita banyak hal kepada keluarganya.

Jungkook kira kebahagiaan Taehyung malam itu akan bertahan lama, dan menjadi titik awal untuk kembali menguatkan hati. Tapi nyatanya dia salah, setelah seminggu lamanya kembali ke Seoul, rasa kehilangan itu terasa jauh lebih melingkupi. Taehyung masih sama, sering melamun dan terkadang juga menangis dalam hening ketika kembali memikirkan tentang papa. Bahkan di malam hari dia sering sekali diam sambil memandangi foto papanya, lalu menangis sendirian. Ya, mungkin memang sesakit itu kehilangan papa, sosok panutannya yang sejak kecil dipuja bak pahlawan bagi Taehyung. Terlebih lagi  Taehyung memang sedang  merindukan papa kemarin, mungkin sakitnya bertambah menjadi dua kali lipat.

Dan malam ini, masih sama seperti seminggu yang lalu, Jungkook ada di apartemen Taehyung untuk menemaninya.

"Hei sayang, kok diem disini?"

Ini masih jam dua malam ketika Jungkook tak sengaja terbangun dan mendapati Taehyung sedang melamun sendirian di balkon luar, diantara dingin angin malam yang dia sumpahi saat itu sedang benar-benar jahat menusuk kulit. Lantas Jungkook beranjak menghampiri, lalu menyampirkan sebuah kain selimut tipis untuk membalut tubuh Taehyung sebelum dia mati kedinginan malam ini.

"Hei. Gapapa, lagi pengen disini aja. Kok kamu bangun?"

Jungkook memeluknya dari belakang  seraya menyampirkan kepalanya di bahu kanan Taehyung, lalu mengusak halus disana. Sesekali juga memberikan kecupan halus di perpotongan leher Taehyung yang ditanggapinya dengan sebuah senyum tipis.

"Disini dingin, masuk yuk? Nanti kamu sakit kak."

Hening. Tidak ada jawaban selain sayup angin malam itu. Lantas sebelah tangan Jungkook beralih mengelus pipi Taehyung sambil mengeratkan peluknya.

"Kak,"

"Tau gak? Rasanya sakit liat kamu kayak gini terus. Mungkin papa juga sama, dia gak akan suka kalo si jagoan kecilnya ini terus-terusan sedih karena ditinggal papa."

Maka disini Taehyung sedikit menoleh, lalu tersenyum tipis sebelum membubuhkan satu kecupan singkat di puncak hidung Jungkook yang masih bersandar di bahunya.

"Sorry for taking too long to be sad. Aku cuma ngerasaㅡ apa ya? Menyesal, mungkin?"

"Menyesal karena?"

"Karena selama ini aku belum bisa bikin papa bangga, bahkan mungkin bahagiain aja engga. Sejak mama sama papa pisah, aku bahkan gak pernah lagi bilang sayang sama papa. Dia pasti kecewa banget ya sama aku?"

Jungkook melepas pelukannya untuk membuat mereka saling berhadapan, lalu kembali menarik Taehyung dalam rengkuhnya. Dia senyum tipis, tulus sekali, seraya mengelus lembut di puncak kepala.

"Kak, sebenci apapun kamu sama papa waktu itu, aku yakin kalau papa gak akan pernah kecewa sama kamu. Dia selalu sayang sama kamu kok, dan dia juga tau kamu sama sayangnya meskipun kamu gak bilang. Dan sekarang, mungkin waktunya papa buat melihat kebahagiaan kamu dari jauh. Tapi papa masih nunggu buat kamu bikin bangga, kak. Jadi, kalau kamu sedih terus, kapan kamu bisa bikin papa bangga?"

"Sedih itu diperbolehkan kok, yang gak boleh itu kalo sedihnya terlalu lama. Aku disini kak, aku selalu disini sama kamu, soalnya aku berharap bisa jadi alasan kamu buat menghapus rasa sedihnya. Aku kangen kamu, kangen senyumnya kamu yang liat aku bete setelah kamu jailin. Aku kangen kamu yang dateng ke cafe buat sekedar ketawa-ketawa sama Jimin, atau sengaja godain kak Yoongi sampe dia marah. Aku kangen digelitikin kamu setiap aku susah bangun pagi. Tapi aku jadinya ikut sedih kalo kamu kayak gini terus."

"Hehe, maaf ya kak. Kok aku jadi ikutan mellow gini. Kamu sih ah,"

Beralih mencubit hidung Taehyung gemas, lalu Jungkook mengusel manja di perpotongan leher Taehyung. Membuat Taehyung lantas tersenyum, sebelum ide jahil untuk menggelitiki si buntalan kelinci tiba-tiba terlintas.

"Aduhㅡ ih kakak geli, a-aduh sakit, udah ih, geli! Akhㅡ"

Dan Jungkook baru saja berniat untuk kabur sebelum tangan kokoh Taehyung menariknya kedalam pelukan, lalu menggelitiki pinggang kurusnya sampai dia sendiri tertawa dan menggeliat kasar dalam peluknya. Lantas entah sejak kapan Taehyung menggendong tubuhnya paksa untuk masuk ke kamar, dan berakhir tergeletak berdua diatas kasur dengan nafas terengah setelah sesi perang gelitik barusan.

Senyum Jungkook mengembang setelahnya, beranjak mengubah posisi jadi menyamping untuk saling hadap. Balas memandangi Taehyung yang memasang senyum kotak kearahnya sambil menetralkan nafas berdua.

"Hei, jangan senyum kayak gitu!"

"Lho tadi katanya kangen liat aku senyum, gimanasih kamu."

"Ya kangen memang, tapi senyumnya biasa aja. Gak usah ganteng-ganteng."

Taehyung sekilas ketawa, "Kenapa? Takut khilaf ngajak balikan ya saking gantengnya?"

Dan dibalas Jungkook yang mendecih sambil mencebikkan bibirnya. "Ih, apasih. Gak, siapa yang mau balikan emangnya?"

"Ya emang siapa yang ngajak balikan hayo?"

"Sebel ah, aku pulang nih besok."

Diikuti dengan Jungkook yang berdiri dari kasur dan berniat menjauh, yang total gagal karena Taehyung tiba-tiba menarik tangannya, lalu dengan sengaja membuat tubuh Jungkook jatuh diatas tubuhnya yang terlentang di kasur.

Jungkook kaget, matanya membulat dan bibirnya mengerucut bingung. Gemas. Dan yang namanya Taehyung mana tahan jika pemandangan menggemaskan itu ada didepan mata dengan jarak yang terlalu dekat. Kemudian berakhir dengan Taehyung yang membubuhkan satu lumatan halus di bibir Jungkook, yang lama kelamaan justru berubah jadi lumatan kasar yang saling menuntut. Melepas rindu, mungkin. Dan entah sejak kapan juga Taehyung membalik posisi mereka berdua, yang jelas sekarang Jungkook ada dibawah kungkungannya, masih dengan ciuman intens keduanya.

Bahkan Jungkook tersenyum disela-sela kegiatan mereka berdua, juga tangannya melingkar manis di leher Taehyung, meremat tengkuknya sesekali ketika mengimbangi lumatan Taehyung di bibirnya.

"Kak, nghㅡ udah."

Baru setelahnya, Taehyung melepas tautan mereka, lalu tersenyum tipis sambil mengelap bibir Jungkooknya yang memerah. Lalu beranjak mengusak halus surai hitamnya, masih dengan posisi Taehyung yang mengungkung Jungkook.

"Malaikat kelinci,"

Jungkook berdehum, melempar tatap sambil memasang senyum manis. Rindu juga ya, panggilan favorit yang sudah lama menghilang.

"Maafin aku."

"Buat?"

"Semuanya. For all mistake I made. Aku janji aku bakal memperbaiki semuanya. Aku janji mulai sekarang aku bakal ceritain apapun ke kamu, gak akan ada yang aku sembunyiin lagi. Maafin aku,"

Jungkook mengangguk kecil, lalu membubuhkan satu kecupan lembut di bibir Taehyung sebelum menyahut.

"Maafin aku juga. Dan janji sama aku, jangan sedih lagi ya?"

Kali ini giliran Taehyung yang balas mengangguk, "Aku janji, ohㅡ and thank you so much."

"Thanks for?"

"For being my painkiller. Makasih banyak, Jungkook. Should I say I love you?"

"Yea, I love me too."

Satu kecupan singkat di bibir Taehyung lagi,

"The me who loves you, as always."

Dan berakhir dengan satu pemandangan yang kembali menjadi biasa, dua insan yang saling memagut bibir. Membiarkan keduanya kembali saling menelaah hati lewat satu rasa yang tak terucap kata, yang disampaikan melalui kalimat rindu sebagai penghilang rasa sakit layaknya sebuah anti-depresan, atau  lewat kalimat sayang layaknya suatu psikotropik, yang selalu berhasil membawa efek menenangkan dari segala kalut dalam hati.





















Hai! Rindu gak? Engga ya, yaudah gapapa :(

LOVERS ㅡVKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang