Need a Time for Understanding

12.9K 1.9K 146
                                    





"Jungkook, bangun sayang. Ada Taehyung diluar."

Yang dipanggil menggeliat kecil sewaktu Mama Jeon mengusak halus puncak kepalanya. Ini baru jam delapan malam, sejak pulang ke rumah siang tadi dia langsung masuk ke kamar, mengurung diri. Yang berakhir tertidur dengan mata sembab bekas menangis.

Jungkook membuka mata, hanya untuk sekedar merapatkan selimut dan kembali beranjak tidur.

"Hei, bangun dulu sebentar Kookie. Taehyung nunggu kamu, yuk bangun?"

Mengerling malas, Jungkook kembali mengatupkan mata, "Gak mau. Suruh pulang aja."

"Kok gitu? Ayo dong bangun dulu, sebentar aja. Kasian lho dia nunggu kamu udah sejam."

Sedikit lirik kearah pintu kamar, dan ya, Taehyung berdiri disana. Menatap Jungkook dari kejauhan, dan memfigur satu senyum tipis sewaktu manik mata mereka berdua bertemu tatap. Dengan terpaksa membuatnya bangun dari kasur, lalu turun untuk menghampiri.

"Mama kebawah dulu ya?"

Keduanya balas mengangguk, lalu beralih saling tatap setelah Mama Jeon berlalu pergi.

Hening, canggung. Sebelum Taehyung menyahut lebih dulu, "Boleh ngobrol diluar?"

Yang cuma dibalas Jungkook dengan anggukan singkat.

"Pake jaket Jung, diluar dingin."

"Gak usah, sebentar doang kan?"

Dan Jungkook melangkah turun lebih dulu, membuat Taehyung menghela nafas tipis sambil memandangi gerik Jungkook yang mengacuhkannya.










Mereka disini, duduk bersebelahan di teras halaman belakang rumah Jungkook yang seminggu lalu menjadi tempat perayaan kecil satu tahun pertama mereka berdua.

Sekilas Taehyung tatap Jungkook yang ada disampingnya, merapatkan kakinya dan saling menggosok kedua telapak untuk menghangatkan diri. Taehyung senyum tipis, beralih melepas mantel hitamnya yang kemudian disampirkan ke tubuh Jungkook.

"Tuh, dingin kan."

Jungkook gak menyahut, cuma menatap sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangan.

"Mau apa lagi kak?"

"Kok tanya gitu? Emang aku gak boleh ketemu kamu lagi?"

Jungkook mendecak, "Ya boleh, tapi buat apa. Udah putus kan? Masih ada urusan lagi?"

Taehyung alisnya mengkerut, gak suka. "Jadi yang tadi siang ituㅡ"

"Serius. Emang kamu anggap aku bilang putus itu bercanda?"

"Gak gitu. Jung, denger duluㅡ"

"Apalagi? Kamu pasti cuma mau kasih alesan baru, dan akhirnya bilang aku lagi yang salah."

Taehyung hela nafas, jengah. Lalu balik badan menghadap Jungkook, beranjak menangkup pipinya dengan kedua tangan, yang nyatanya sia-sia karena berakhir ditepis halus.

"Jungkook, dengerin aku dulu. Sebentar aja, kasih aku waktu buat jelasin."

"Oke kamu marah, dan aku terima karena memang aku yang salah. Aku minta maaf karena itu. Aku minta maaf, karena aku gak bilang apapun soal aku yang ketemu Mika akhir-akhir ini, aku juga belum jelasin apapun tentang aku sama dia ke kamu. Tapi tolong, jangan menyimpulkan apapun dulu, kamu gak akan ngerti kalau aku belum cerita semuanya dari awal. Dan semuanya menyangkut tentang masa lalu aku, hal yang paling sulit buat aku ceritain ke orang lain."

Jungkook menggeser duduk buat saling berhadapan dan balas tatap Taehyung intens,

"Iya, aku emang gak ngerti, dan kenyataannya, aku emang gak pernah bisa ngertiin kamu. Tau kenapa? Karena kamu,"

Beralih tepuk bahu kanan Taehyung sebelum menyahut lagi, "...gak pernah ngasih aku kesempatan buat mengerti."

"Ini bukan lagi soal aku yang marah karena kamu peluk dia, atau kamu yang gak bilang setiap kali ketemu dia. Masalahnya sekarang tentang kita, aku sama kamu. Satu tahun, Taehyung. Kita pacaran selama itu, dan gak ada yang bisa aku pahami dari kamu selama itu juga. Banyak yang gak aku tau soal kamu, dan kamu gak pernah kasih tau itu semua."

Jungkook suaranya bergetar, matanya memerah dan berair. Pandangannya berpendar buram, dan Jungkook beralih menyeka pelupuk mata. 

"Aku gak tau masalah Mika itu apa sampai harus cerita sama kamu. Yang jelas aku tau, dia milih buat cerita ke kamu karena kamu juga percayain hal yang sama ke dia. Kalian berdua saling mengerti satu sama lain, dan aku disini, cuma bisa jadi orang bodoh yang gak ngerti apa-apa tentang situasi kalian berdua. Coba kalau kamu cerita dari awal sama aku, mungkin aku gak akan marah liat kamu peluk Mika saat dia lagi ada masalah, karena aku bisa ngerti posisi kalian itu gimana."

"Kalau kamu bilang aku gak akan ngerti, enlighten me then, Taehyung. Bukan malah membiarkan aku jadi orang bodoh diantara kalian berdua.  Entitas aku buat kamu itu cuma sebatas status pacar, gak lebih kalau soal hati. Kamu sendiri bahkan gak percaya buat sekedar cerita itu semua sama aku, buat apa lagi aku jadi pacar kamu kalo gitu? Mending kamu pacaran aja sama Mika, yang jelas bisa ngertiin kamu, ngerti masa lalu kamu, bukan orang bodoh yang gak tau apa-apa kayak aku."


"Gak gitu Jungkook, bukannya aku gak percaya kamu, tapiㅡ"


"Sayang itu gak sepenting saling percaya, Taehyung. Oke kamu sayang sama aku, tapi kamu gak percaya buat ceritain tentang masa lalu kamu sendiri ke aku, terus buat apa? Gak ada gunanya aku jadi pacar kamu. Mending sekarang kamu pergi."

Hening. Taehyung mengalihkan tatap, memilih membuang muka. Sedikit menelaah hati, menyadari bahwa letak kesalahannya memang bukan lagi tentang dia dan Mika, tapi tentang dia yang selalu menolak untuk melibatkan Jungkook lebih jauh kedalam cerita masa lalu.


"Kak,"

Gak ada sahutan apapun,

"Benerin dulu hati kamu, tanya sama diri kamu sendiri apa artinya aku buat kamu."


Dan Jungkook berdiri, melepas mantel hitam Taehyung dan mengembalikannya kepada si pemilik sebelum beranjak pergi.

Malam ini, bagi Taehyung maupun Jungkook, semua itu rasanya jadi hal yang lebih rumit. Bukan lagi soal perasaan cemburu atau marah, tapi lebih jauh dari itu, menyangkut soal hati, arti entitas masing-masing, dan cerita masa lalu.




























































Nayoloh. Aku sendiri bingung aku ngetik apa (?) hehe.

Ya pokoknya gitu, Mika itu punya bagian penting di masa lalunya Taehyung (will be explained in the next chapter), dan Jungkook marahnya karena Taehyung gak pernah ceritain apapun soal itu ke dia selama mereka pacaran.

LOVERS ㅡVKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang