"Hooo anak manajemen, pantes cantik."
Jungkook mengerling malas, gak niat menjawab gara-gara sibuk kunyah mie ayam sambil gigit pangsit.
"Tingkat dua kan ya?"
Anggukan kecil Jungkook jadi jawaban, dan Taehyung merengut setelahnya.
"Aku terus nih yang nanya, lagi pdkt apa wawancara kerja sih ini?"
Akhirnya, untuk pertama kali setelah dua hari kenalan, Taehyung bisa liat si malaikat kelincinya balas ketawa sewaktu mereka ngobrol. Taehyung nyaris oleng, hampir keselek pangsit.
Manis banget, Taehyung fix jadi bucin.
"Terus maunya apa?"
"Tanya balik dong,"
"Ya, oke. Jurusan apa?"
Jungkook bergumam datar, mengalihkan pandangan dari mangkuk mie ayam kedua yang hampir habis.
"Teknik elektro, tingkat tiga."
"Hooo, panggil kakak jangan nih?"
"Jangan, panggil sayang aja kalo bisa."
Dan selanjutnya satu sumpit mie ayam melayang kearah jidat. Taehyung meringis ngelus jidatnya yang merah bekas lemparan sumpit, Jungkook jadi ikut meringis. Ya, salah siapa sebenarnya?
"Fakultas ekonomi bisnis ya? Sama Jimin dong?"
Jungkook balas tatap, posisi mereka masih duduk di warung mie ayam dekat kampus. Habisin minuman yang tinggal setengahnya.
"Jimin siapa?"
"Temenku, yang waktu itu ke cafe bareng."
"Oh, itu. Gak pernah liat tapi,"
"Ya, kamunya kutu buku. Ke perpus terus, gak pernah nongkrong liat orang-orang ganteng."
Jungkook mendelik, "Sialan. Memang gak suka nongkrong, ribet."
Iya, digodain kamu aja udah ribet.
***
Jam sebelas siang, setelah makan mie ayam sampai si manis kenyang, mereka lanjut jalan ke cafe biasa. Taehyung nyaris kaget, berulang kali tatap motor yang diparkir tepat disebelahnya. Afro ㅡscoopy hitam kembaran ichi, dan Taehyung jelas tau si pemiliknya pasti ada di dalam cafe.
"Ngapain lu bangsat?"
Nada datar yang kurang ajar, sambil nepuk bahu si sohib yang sibuk gangguin cowok putih mungil didepan meja kasir. Si pemilik afro, seperti biasa, ngintilin doi gula batunya yang lagi kerja.
Jimin balik badan, sukses kaget sewaktu Taehyung ㅡdan si malaikat kelinci, pergokin dia lagi godain si gula batu.
"E-eh, Taehyung? Ngapain kesini?"
"Mau pergokin sohib gue lagi deketin anak orang tapi gak bilang-bilang,"
"Eh?"
"Mau apa lu? Gitu ya sama gue, sini ikut."
"A-aduh sakit bangsat, bentarㅡ"
Taehyung jewer telinga Jimin sambil menyeret badannya ke kursi pojok tempat biasa mereka duduk, memasang posisi sigap untuk mengintrogasi sahabat mungilnya yang satu ini. Sementara Yoongi dan Jungkook cuma bisa memperhatikan dari balik meja kasir, terkekeh sesekali. Pemandangan baru, keduanya punya ketertarikan masing-masing, hingga tanpa sadar mengulas senyum sewaktu memandangi mereka dari jauh.
***
"Jadi, dia siapa?"
Taehyung lipat tangan depan dada, bersandar di bahu sofa sambil menyilangkan kedua kaki, tatap datar Jimin yang duduk didepannya.
"Yoongi, yang punya cafe. Kakak sepupunya Jungkook yang sekarang lagi lu deketin."
"Ck. Ya tau bego, maksud gue, siapanya elu?"
Jimin bergeming, balas tatap Taehyung ragu-ragu. "Gebetan?"
"Oh, gitu? Dari kapan?"
"Baru kok,"
Jimin hela nafas sebelum berujar lagi, "baru dua bulan."
Taehyung mengerling malas, beralih mengalihkan tatap ke luar jendela. Jimin jadi takut, sohibnya ini kalau marah terlihat seram luar biasa.
"Bagus ya, dua bulan pdkt gak ada cerita sama gue. Ngapain aja gue selama ini sama lo,"
Jimin berdecak jengah, sedikit merajuk. "Jangan marah dong, ah elah sensitif amat kayak lagi pms."
"Gak marah,"
"Terus?"
"Kesel aja, segitunya sampe gak cerita. Gebetan doang padahal, gak akan gue tikung juga kalo tau,"
"Bukan gitu maksudnya,"
Jimin kakinya bergerak gusar di bawah meja, "gak cerita bukan gara-gara takut ditikung, engga. Yoongi juga bukan tipe lu lagian."
Hela nafas tipis, "Gue malu, Tae."
Disini Taehyung belum beranjak buka suara, cuma balas tatap Jimin dan alisnya mengernyit bingung.
"Gue dua bulan deketin Yoongi, tapi dia masih gitu aja. Gak ada yang memperjelas, stagnan. Cupu kali ya gue?"
Taehyung, masih pasang wajah datar mengintimidasi, akhirnya terkekeh singkat. "Retorik, anjing. Kurang ngegas kali lo,"
Lantas si sohib mendekatkan wajah kearah Jimin. Pasang wajah smug face kurang ajar sebelum berbisik,
"Cepet dapetin, atau dia bakal pergi. Entah ditikung orang atau dia bosen sendiri."
Menohok. Jimin hatinya mencelos.
***
"Lagi sibuk gak?"
Ini Taehyung yang nanya, waktu si manis datang ke meja mereka sambil bawa pesanan. Gelengan kecil dari Jungkook jadi jawaban.
"Sini dong, temenin ngobrol kalo gitu."
"Ya, terserah."
Jungkook akhirnya menurut, duduk di sebelah Taehyung ㅡmenghadap Jimin yang duduk bersebrangan. Bibirnya melengkung manis sewaktu Jimin menjulurkan tangan, ajak kenalan.
"Park Jimin, temennya Taehyung."
"Gebetannya Yoongi."
Celetukan polos Taehyung, Jimin balas mendelik sinis yang cuma sekedar ditanggapi dengan hembusan asap rokok kelewat santai didepan wajah.
Jungkook balas uluran tangannya, "Jeon Jungkook, kak."
"Dia anak FEB btw, adik tingkat lo."
"Hah? Seriusan?"
Beralih tatap Jungkook, dan Jungkook balas mengiyakan dengan anggukan sebelum menyahut,
"Iya kak. Jurusan manajemen tingkat dua."
"Kok gak pernah liat? Aku anak ekonomi lho, gedung kita sebelahan."
Jungkook sekilas tertawa kecil, "Aku mahasiswa kupu-kupu, kak."
Disini Jimin yang gantian balas tertawa. Jungkook masih pasang senyum manis, sesekali menyahut pertanyaan yang dilontarkan Jimin.
Taehyung? Sukses jadi kacang. Duduk diantara dua orang yang sibuk mengobrol berdua, sekedar saling tukar informasi tentang kehidupan fakultas mereka, atau gibahin dosen yang kebetulan mengajar mata kuliah yang sama.
Ada hal yang sedikit mengganjal buat Taehyung disini. Kemarin Jungkook gak seakrab ini waktu mereka pertama kali ketemu, bahkan sampai sekarang pun masih belum akrab. Dan sama Jimin?
Ya, liat aja sekarang. Mengobrol banyak hal sambil bercanda sesekali, dan Jungkook-nya gak ragu buat balas ketawa atau sekedar senyum manis.
Kenapa Taehyung, cemburu?
Cemburu sama sahabat sendiri, salah gak sih? []
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERS ㅡVKOOK
Fanfiction[COMPLETED] Kalau udah terlanjur sayang, Jungkook bisa apa? bxb. Taekook. Minyoon (side-pairing). #1 in bottomjungkook #1 in toptaehyung