Natly sibuk dengan kegiatan eskulnya di jam istirahat, dan kini Resta hanya duduk sendirian di kantin sambil makan cup mie sambil menonton beberapa anime yang dikirim Natly kemarin.
"Eh, cewek cup mie buruan kalau makan yang lain butuh tempat duduk juga kali." Kata seseorang yang ada di belakangnya. Mendengar itu Resta menoleh untuk tahu siapa yang memanggilnya 'cewek cup mie'. Dan sosok yang ia lihat adalah orang yang sempat membantunya membawakan buku ke perpustakaan tanpa diminta. Kali ini Resta entah mengapa malas untuk berdebat dan segera membawa makanannya pergi. ia memilih untuk makan di tempat lain daripada makan tanpa mood.
Selama di kelas Resta tak bisa berkonsentrasi sementara Natly sangat antusias dalam belajar ia mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya. Resta mengingat perkataan Pak samsul, keadaan di keluarganya dan klub voli. Ia sebenarnya masih bingung bagaimana memilihnya ia harus ikut bergabung atau tidak. Hingga bel pulang berakhir Resta tak menyadarinya.
"Res ayo balik lo ngapain masih di sini aja." kata Natly yang melihat Resta masih duduk di kelas.
"Mau jagain sekolahan kali tu orang." Ledek Halim. Resta hanya memandang tajam.
"Lo duluan ya gue ada perlu dulu."
"Oke, hati-hati ya."
"Iya, eh Nat. Jangan bareng Halim ntar lo nggak nyampe rumah." Kini giliran Resta membalas ledekan Halim. Yang disindir melengos pergi. Resta hanya berjalan perlahan dan mampir di minimarket terdekat membeli ice cream dan duduk di kursi minimarket yang sudah di sediakan.
***
Vanya tersenyum melihat sosok yang ada di hadapannya adalah orang yang ia harapkan akan datang. Awalnya ia kecewa karena kemarin adalah hari perjanjiannya namun hari ini ia baru datang menemuinya.
"Cuma buat jadi manajer tim voli aja mikirnya lama banget ya?" kata Vanya yang lebih seperti sindiran. Dan Resta hanya tersenyum. "Ini kamu isi data dan tanda tangan surat perjanjian di sini."
"apa ini semacam kontrak?" tanya Resta.
"Ya begitulah." Jawabnya singkat dan Resta menandatanganinnya setelah mengisi semua data dirinya.
Kemarin Resta memang masih ragu untuk bergabung atau tidak namun kali ini ia sudah tidak ragu lagi. Ia akan membuat tim ini menjadi lebih baik dan ia akan mendapat beasiswa setidaknya itu tujuannya, ia tak lagi memikirkan suka atau tidak.
"oke lo ikut gue ke ruang latihan." Vanya mengajak Resta menuju sebuah ruangan yang cukup luas ia seperti berada di labangan basket, tidak bahkan lebih luas dari lapangan basket. Terlihat disana banyak sekali orang yang sedang berlatih melempar bola memukul bola dan ada yang memungut bola.
Seorang dengan tubuh tegap dengan pakaian training dan topi serta stopwatch di tangannya menyuruh semunya berkumpul setelah Resta dan Vanya masuk ruangan tersebut. Resta merasa sangat gugup dan ia hanya menunduk.
"Baik semuanya perkenalkan ini adalah anggota baru kita, bukan pemain tapi manajer sama seperti saya. Dia akan membantu saya dan akan menggantikan saya ketika saya sedang tidak bisa menghandle kalian." Suara Vanya tidak terlalu lantang namun cukup bisa di dengar.
"Kenalan dong, kok nunduk." Celetuk salah seorang yang seperti familiar dengan suara itu. Resta mengangkat kepalanya, dan sedikit terkejut dengan wajah-wajah di hadapannya yang tidak asing baginya. Bahkan ia mengumpat dalam hati.
"Ayo res kenalan." Suruh Vanya.
"Nama saya Resta Sky Nugraha, kelas IPS 1 saya yang akan bantuin kak Vanya jadi manajer disini." Lidah Resta seperti kaku bahasanaya berubah jadi canggung dan baku mengikuti cara bicara Vanya. Ia yakin Vanya juga merubah bahasanya karena ada pelatih di sampingnya.
"Oh, namanya Resta." Kata seseorang yang bertubuh tinggi dan sangat familiar bagi Resta dan orang itu adalah orang yang baru ia temui kemarin yang mengatainya 'pendek'.
"Kalian sebutin nama kalian juga dong biar kenal." Suruh Vanya.
"Gue Yuda, kelas 1 IPA." Kata orang itu paling pertama padahal barisannya di tengah. Resta menandainya dengan sebutan 'jangkung'
"Ibnu, kelas 2 IPS" kata seorang yang bertubuh gempal bahkan resta berpikir apakah orang ini bisa berlari atau melompat.
"Bayu, kelas 2 IPS" kata seorang dengan senyuman.
"Yoga, kelas 1 IPA" terlihat seorang dengan gaya santai rambut cepak dan tubuh kurus.
"Anang, kelas 3 IPS."
"Samsul, Kelas 3 IPA."
"Henry, kelas 1 IPA" orang yang paling pendek di antara yang lainnya.
"Iqwal, Kelas 2 IPA" masih ada orang yang pendek lagi.
"Hai, gue Rivan, kelas 2 IPA." Katanya dengan senyum khas yang membuat Resta luluh, ia sedikit beruntung di tim ini.
"Eh, cewek ceroboh gue Rendy." Katanya dengan gaya selengekan, mood Resta hilang begitu tahu Rendy berada di tim ini.
"Hadi." Hanya satu kata yang terlontar karena memang seperti itu Hadi dan ini membuat Resta cukup shock karena ia satu tim dengan Hadi, ia baru tahu kalau Hadi masuk eskul voli.
"Nizar." Dan lagi orang cuek kedua bagi Resta dan ia sering menyebutnya si tukang tidur.
"Mahfud, kelas 3 IPS" kata seorang yang dengan senyum menyejukkan lagi.
"Dia adalah kapten tim kita." Kata Vanya menjelaskan. " dan ini pak Affan pelatih kita. Resta menyalami pelatih sambil tersenyum juga menyalami kapten voli.
"Kok sama gue nggak salaman" celetuk Yuda.
"tangan lo keringetan da." Sahut Yoga. Dan muncul celetukan lainnya. Resta sedikit bingung harus bersikap bagaimana dan memilih diam. Seseorang membuka pintu dan berjalan mendekat Resta sangat mengenali sosok itu.
"Kak, ini obat yang kakak minta." Kata Halim. " kak gue izin ya nggak latihan soalnya ada eskul PMR." Katanya lagi lalu di jawab dengan anggukan oleh Vanya.
"Kak, dia masuk tim ini?" tanya Resta sedikit terkejut dengan munculya Halim dan mengatakan untuk tidak latihan.
"Iya." Jawab Vanya singkat, Halim menatap ke arah Resta bingung, mengapa ada salah satu orang yang selalu membuatnya kesal ada di sini.
"Ngapain kak dia di sini?" tanyanya kemudian.
"Kalian saling kenal, oke bagus jadi kalian bukan tim inti tapi kalian bakal saling membantu satu sama lain buat tim ini, halim itu di bagian obat dan Resta sama gue di bagian menyusun jadwal dan kelengkapan semuanya." Jelas Vanya, dan penjelasan itu membuat Halim dan Resta saling menatap kaget. Kenapa mereka harus ada di tim yang sama lagi, padahal bertemu di kelas saja sudah cukup bagi keduanya.
"Kak, gue boleh nggak ngundurin diri sekarang mumpung gue belum gabung lama baru beberapa menit." Bisik Resta dengan nada sedikit kesal, matanya tak lepas dari arah dimana Halim berdiri.
"Nggak bisa, karena lo udah bikin surat perjanjian." Kata Vanya tersenyum penuh kemenangan. Halim beranjak pergi dengan kekesalan dan Resta Cuma bisa menggerutu dalam hati. Kali ini mereka tidak hanya bertemu di kelas tetai juga bertemu di eskul voli. Meskipun bukan tim inti tapi mereka akan berarti di tim ini.
Setelah perkenalan singkat mereka kembali pada kegiatan masing-masing, fokus pada latihan dan Resta hanya melihat dari pinggir lapangan. beruntung hari ini hanya dia dan Vanya yang berada di pinggir lapangan karena Halim tidak ada.
"Res, lo bawa baju olahraga?" tanya Vanya yang ternyata sudah mengganti pakaiannya. Resta hanya mengangguk ragu. "Lo ganti gih, kita pemanasan." Lanjutnya. Meskipun dengan penuh keraguan Resta hanya menuruti kemauan kakak kelasnya itu. Kali ini ia punya firasat buruk.
~~~
Kenapa yang baca dikit ya, apa karena tidak banyak yang suka genre kaya sport atau cerita tentang voli?

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...