Resta berjalan menuju kelas, walapun lapar namun ia sudah tak berselera. Ada perasaan bersalah juga dihatinya, seperti sangat egois jika ia meminta Nicol untuk memenuhi keinginan orang lain padahal dia sendiri juga sangat menginginkan posisi itu.
"Res, hei Res..." sapaan seseorang membuatnya terkejut. Dan dia ternyata adalah sahabatnya dan satu teman sekelasnya.
"Oh, kalian."
"Lo kenapa sih dipanggilin dari tadi nggak nyaut-nyaut." Kata Natly sedikit bingung dengan sikap sahabatnya.
"Ah, nggak kok." Jawabnya tersenyum.
"Eh, kata Alex lo tadi nemuin Nicol ya? Ada masalah apa?" tanya Natly. Hadi terkesiap mendengar itu.
"Alex siapa?" tanya Resta dan Hadi bersamaan. Keduanya saling pandang.
"Itu anak basket kelas XI."
"Ketemu dimana lo? Kok gue nggak tahu?" tanya Hadi tak sabaran. Sikap Hadi membuat Resta tersenyum curiga.
"Eh, tadi di kantin pas lo pesen makanan dia nyamperin." Jawab Natly dengan nada aneh, karena ia bingung kenapa jadi Alx yang di tanya bukannya harusnya ini tentang Resta yang nemuin Nicol.
"Hei, Res tadi kata anak-anak lo ke kelas XI nyariin gue?" tanya seseorang tiba-tiba, membuat jantung Resta berdegup cukup kencang. Ia sedikit bingung harus menjawab apa.
"Eh, ka..kak Rivan." Entah mengapa ia jadi gugup. Rendy yang juga berada di samping Rivan seperti tersenyum mengejek melihat Resta yang salah tingkah.
"Jadi yang bener yang mana nih, lo nyariin Nicol apa Rivan?" tanya Hadi memecah kegugupan pada Resta. Rendy memukul bahu Hadi cukup keras hingga membuat kesakitan.
"Sopan dikit apa sama kakak kelas, panggil kak gitu." Katanya dengan wajah kesal. Sedang yang dipukul hanya bisa meringis kesakitan, Natly hanya bisa tersenyum melihat keributan yang ditimbulkan oleh keduanya. Sementara Rivan masih menunggu jawaban.
Mata Resta menjadi terfokus pada seseorang yang sedang lewat bersama teman-temannya. Perempuan cantik yang juga manajer tim voli itu sedang asyik bercengkerama dengan temannya. Resta tadinya ingin mengaku dan meminta solusi pada Rivan tapi mengingat di sini juga ada Rendy ia mengurungkan niatnya. Bukannya tak percya pada Rendy tapi ia seperti tahu kalau Rendy sedikit tak menyukai Nizar, bisa-bisa solusi yang di dapat bukan solusi netral. Dan ini bisa memubuat Nizar malu, seharusnya itu yang ia pikirkan sebelumnya tadi saat hendak menemui Nicol. Sayang ia tak berpikir sejauh itu.
"Kak Vanya" panggil Resta cukup kencang hingga yang punya nama menoleh padanya. Rendy dan Hadi yang awalnya berdebat masalah senioritas kini ikut terdiam. Rivan juga langsung menoleh ke arah Resta berlari menghampiri seseorang.
"Maaf ya teman-teman gue ada hal penting sama kak Vanya." Katanya sebelum berjalan cukup jauh dan akhirnya pergi tanpa mendengar kata 'iya' dari teman-temannya.
***
Hadi dan Nizar berjalan menuju parkiran, bukan karena mereka akan pulang dengan menggunakan sepeda motor tapi karena harus mencari sesuatu. Awalnya Nizar berjalan dengn santai sambil minum minumannya namun melihat di parkiran ada seseorang yang malas untuk ia temui wajahnya jadi sedikit kesal.
"Hadi, cepetan nyarinya gue pengen cepet pulang."
"Iya-iya bawel. Lo kok udah beli es dawet aja sih?" tanya Hadi kaget temannya sudah sempat jajan sebelum membantunya mencari.
"Oh, abis gue haus dan nggak bisa nahan kalau lihat es dawetnya pak ujang."
"Dasar, bukannya bantuin nyari dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...