Uji Coba kedua

46 3 0
                                    

Gedung olahraga telah di penuhi penonton dan juga para pemain, kini mereka siap akan pertandingan di depan mata mereka. Mereka berbaris seperti biasa memberi salam satu sama lain dengan lawan mereka hari ini SMA Harapan salah satu SMA terbaik di pertandingan nasional tahun lalu. Kedua tim termasuk rival dalam setiap pertandingan maupun latihan seperti hari ini Rendy akan bermain habis-habisan.

Awal set pertama akan dimulai, para pemain telah siap untuk melakukan yang terbaik.

"Ini kan Cuma uji coba kenapa pada seius banget sih?" kata Yoga heran melihat rekan setim nya yang terlihat antusias. Sekejap dia diam karena mata pelatih menatapnya tajam.

"Oh, kayaknya emang Cuma gue yang nggak pernah serius." Batinnya. Yoga melihat ke arah Yuda yang terlihat lesu berbeda dari sebelumnya. Ingin ia bertanya namun ia urungkan niatnya.

Nizar melihat dimana kursi penonton duduk seseorang yang tak ingin ia lihat. Karena dirinya tidak sedang di lapangan tapi di bangku cadangan. Kini dia hanya bisa tertunduk, tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya berharap ayahnya tak berniat pulang lebih awal karena dia akan bermain nanti.

"Pelatih, perut saya sakit apa sebaiknya saya main nanti saja sekarang masukin Nizar dulu." Kata Nicol sambil memegang perutnya.

"Salah makan apaan sih nih orang." Celetuk Rendy.

"Baiklah Nizar masuk." Kata pelatih tegas. Nizar segera berlari menuju lapangan.

"Dia masuk terlalu awal, mengkhawatirkan saja." Gumam pelatih melihat ekspresi Nizar yang serius.

"Buat game apaan lo?" tanya Bayu pada Nicol. "Mau ngerjain anak kelas satu rupanya hahaha..." lanjutnya menepuk pundak Nicol, seperti menyadari sesuatu.

"Gue ke wc dulu." Katanya datar lalu meninggalkan gedung olahraga.

"Kenapa dia?" tanya Resta melihat raut wajah Nicol yang tak baik.

"Hari ini banyak yang aneh ya, bahkan Yuda yang selalu semangat terlihat murung dan Hadi si raksasa itu ekpresinya sulit di tebak." Kata Vanya membuat Resta tersadar dan melihat ke arah Hadi yang kini berada di lapangan.

"Dia memang sulit di tebak." Gumam Resta, kemudian melihat ke arah Yuda yang tampak tak baik. Ekpresinya terlalu ketara untuk orang yang selalu ceria seperti Yuda.

***

Peluit di bunyikan tanda pertandingan dimulai service pertama telah di lakukan oleh setter SMA Harapan. Semua bersiap menyambut entah pada siapa service itu akan diluncurkan.

"Gue nggak takut!" teriak Rendy lantang, sampai-sampai semua yang ada di sana cukup terkejut dan menganggap dia gila. Dia memang gila, gila akan pertandingan dan gila saat berada di lapangan seakan kemampuannya meningkat berkali-kali lipat. Bukan hanya kemampuannya tapi juga semangatnya.

Nizar terus teringat akan ucapan Nicol kemarin bahwa orang itu mengakui kemampuannya tapi ia ingin melihat siapa yang paling hebat hari ini dengan siapa yang paling banyak memberikan tos dengan cetakan angka. Jika Nicol paling banyak mencetak angka dia harus angkat kaki dari tim begitu juga sebaliknya, tapi ia tak akan gentar hanya dengan gertakan semacam itu. Hal itu bukanlah hal penting baginya yang terpenting hari ini ia berada di lapangan dan ayahnya melihatnya. Untuk selanjutnya ia tak mau memikirkannya lagi.

"Gue siap!!!" Teriak Nizar membuat semuanya beralih padanya. Bertepatan dengan bola yang berhasil ia terima dari lawan dan menghubungkan ke pemain lain. Mereka bersiap untuk serangan awal dan berhasil dengan spike keras dari Rendy.

Seolah energi positif dari mereka mulai memenuhi seluruh tim meskipun ini angka pertama mereka seperti sedang bertanding di tingkat nasional. Poin pertama adalah penting untuk memulai.

"Ayo lakukan!!" teriak semuanya bersamaan saat berkumpul di tengan lapangan area mereka, seperti babak baru dan hal baik akan di mulai.

"haha...mereka semangat sekali, kayaknya bakal seru nih." Kata Bayu di pinggir lapangan. "Eh, siap-siap aja lo kecolongan Nic." Kata Bayu lagi setelah melihat Nicol dari toilet.

"Kecolongan atau nggak gue juga bakal keluar dari tim ini. Dan ini kesempatan terakhir gue."

"Makanya itu gue bilang lo ngerjain dia udah tahu mau pergi kenapa masih sok ngasih tantangan ke dia segala, lo liat dah cara mainnya sekarang." Mereka berdua kembali menatap lapangan yang di penuhi dengan orang-orang bersemangat memukul bola.

"kenapa, bagus kan?" senyum Nicol sinis, dan Bayu hanya bisa tersenyum dan memukul temannya yang terlewat sombong itu. Tak terasa skor berjalan dengan cepat kini mereka memimpin 15-10 dan time out di minta SMA Harapan. Semua segera ke pinggir lapangan.

"hoi, gimana tadi penyelamatan bola dari gue keren kan?" tanya Henry sambil meraih minuman dari tangan Resta, namun tak ada yang meresponnya hanya Resta yang tersenyum.

"Wah semangat macam apa itu, sampai-sampai Yuda yang barusan putus aja jadi kaya lupa kalau lagi galau." Ledek Yoga membuat perhatian tertuju pada Yuda dan ia segera membungkam mulut temannya yang tak bisa diam itu.

"Ngomong-ngomong, siapa sih yang bikin jersey ini nggak nyaman banget." Ucap Hadi tiba-tiba.

"Hem, itu..." Resta tak berani membicarakan itu karena sebelumnya ini salahnya juga.

"Kenapa lo nggak mau make, buang aja kalau gitu, itu gue yang bikin sama Resta." Ucap Rendy bangga sambil mengedipkan mata ke arah Resta hal itu membuat Resta cukup kesal dan memukulnya dengan botol minum kosong. Padahal ini semua paksaan darinya.

"Lo liat nih ketek gue keliatan." Kata Bayu ikut kesal ternyata si biang onar lah yang membantu membuat baju itu. Dan ia yakin kalau Resta di paksa memilih model itu.

"Kenapa kan seksi, Hadi aja cocok tuh ototnya jadi kelihatan anak cewek pasti pada kepincut." Kata Rendy lagi. Hadi yang di tunjuk hanya menatapnya kesal.

"Haduh harusnya gue nggak ngasih tugas buat Lo sama Rendy buat ini, pasti lo menderita banget ya." Kata Mahfud menepuk pundak Resta pelan.

"Menderita apaan emang gue siksa apa?" kata Rendy kesal. Tanda waktu time out sudah selesai dan Mahfud terpaksa menarik Rendy untuk kelapangan meskipun dia terlihat marah-marah.

Nizar melihat ke arah Ayahnya dan tersenyum namun senyumnya tak mendapat balasan. Seolah apa yang ia lakukan tadi sia-sia. Dan ia kan melakukan dengan baik di waktu berikutnya.

"Time out mereka Cuma buat bahas jersey? Haduh" kata Resta menepuk jidatnya. Ia heran dengan tim ini kadang serius kadang malah seperti itu, setidaknya bahas taktik untuk menang atau apa kenapa malah bahas jersey.

"Jangan khawatir, mereka sudah melakukan yang terbaik." Ucap pelatih santai. Bahkan terlihat sangat santai. Tidak seperti tim sebelah yang dari tadi pelatih terus saja berteriak hingga telinga yang mendengar itu rasanya mau pecah.

~~
Picture by youtube pbvsi

Terimakasih sudah mampir ke ceritakukalau suka boleh like juga.

Let's Go Do It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang