Hari sudah menjelang malam dan mereka bersiap untuk pulang sebelumnya mereka membereskan bola voli dan beberapa alat olahraga lainnya. Tiba-tiba handphone milik Mahfud berdering cukup keras, hingga semua menoleh ke arahnya. Ia segera mengangkat telpon tersebut. Tak berapa lama ia menoleh kearah teman-temannya yang penasaran. Vanya merasa ini bukan kabar bagus terlihat dari raut wajah Mahfud. Ia kembali membereskan barang miliknya dengan tergesa-gesa dan Vanya menyadari itu.
"Ada apa?" tanyanya dengan wajah Khawatir. Namun tak ada jawaban.
"Ada apa sebenarnya, jawab!" kali ini Vanya sedikit berteriak. Mahfud ingin beranjak namun tangannya di tahan oleh Vanya.
"Lo jawab sekarang ada apa, apa yang terjadi?" kali ini lebih keras lagi membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Oke gue jawab. Pelatih tadi kecelakaan pas mau kesini dan kondisinya sekarang nggak bagus, gue mau kesana mau jenguk." Jawab Mahfud.
"Lo mau kesana sendiri? Emang itu Cuma pelatih lo doang?" kata Rivan dengan wajah sedikit kesal. Resta baru kali ini melihat Rivan kesal seperti itu.
"Kapten, kita juga pengen liat kondisi pelatih." Kata Yuda.
"Oke kalau gitu kita semua kesana." Akhirnya semua bergegas ke rumah sakit. Resta juga ikut meskipun ia terbilang baru namun ia merasa ia sudah bagian dari tim sekarang.
***
Terlihat raut wajah Hadi dan Nizar di kelas tampak murung, mereka mengingat keadaan pelatih yang mengalami kecelakaan sehingga tidak bisa melatih lagi. Resta yang melihat itu juga merasa sedih ia juga mengingat dirinya yang baru saja masuk tim voli dan mungkin harus keluar karena hal ini.
"Ada apa sih, kok pada sedih gitu mukanya?" tanya Natly.
"Pelatih kecelakaan dan kemungkinan bakal nggak bisa melatih lagi."
"Separah itu?" tanya Natly.
"He'em..." jawab Resta.
Tidak hanya di kelas bahkan di kantin juga mereka seperti tak beselera untuk makan, Resta hanya memesan minuman saja. Rivan dan Rendy duduk di dekat Natly dan Resta membuat keduanya terkejut. Diikuti oleh Nizar, Hadi dan yang lainnya seperti mereka menemukan tempat berkumpul baru selain Gedung olahraga.
"Apa kita nggak bakal bisa main lagi?" tanya Anang.
"Gue juga takut nih, padahal gue pengen belajar banyak di sini." Celetuk Samsul.
"Padahal uji joba belum dan bentar lagi turnamen nasional." Keluh Yoga.
"Kita tetap latihan tenang aja, kita juga tetap ikutin uji coba dan turnamen nasional." Mahfud yang baru datang mengejutkan yang lainnya dengan kata-katanya.
"Apa keadaan pelatih sudah membaik?" tanya Vanya.
"Belum, tapi kita akan lakuin ini sambil nungguin keadaan pelatih." Jawab kapten yakin.
"Tapi lo mesti realistis pelatih cedera parah dan kemungkinan untuk pulih lama butuh berbulan-bulan." Kata Rivan
"Ini pesan dari pelatih setelah tadi pagi gue sempetin buat jenguk ternyata dia udah sadar dan dia bilang buat kita nggak nyerah dan tetap lanjutin walapun harus mencari pelatih pengganti. Kalian nggak mau kan bikin pelatih kecewa dia tadi juga kelihatan shock dengan keadaanya dan sedih juga nggak bisa dampingin kita. Kita mesti buat dia semangat lagi dengan kita tetap lakuin apa yang pelatih minta." Kata Kapten dengan sedikit rasa sedih terlihat jelas di matanya.
"Gue setuju dengan kata pelatih kalau kita mesti cari pengganti sementara, bukan maksud buat gantiin posisi dia tapi kita juga nggak bisa latihan sendiri." Kata Vanya. Sebagian hanya tertunduk dan sebagian terlihat antusias.
"Tapi cari pelatih dimana?" tanya Hadi yang selama ini jarang bicara.
"Itu udah tugas gue, jadi fokus kalian Cuma berlatih biar itu gue yang ambil alih sama Vanya dan Resta." Kata Mahfud sedikit bersemangat. Setelah diskusi itu selesai mereka pamit kembali ke kelas masing masing. Resta masih memikirkan untuk mencari pelatih seperti apa, bahkan kandidat juga tak tahu seperti apa. yang ia tahu permainan paling bagus di tim hanya kapten dan nicol tapi akan jadi aneh jika mereka jadi pelatih pasti yang lain akan merasa iri atau semacamnya.
"Res, kok gue jadi nggak enak ya berasa anggota tim voli padahal bukan." Kata Natly yang berjalan disamping Resta. Resta tersadar dari pikirannya, ia baru ingat awalnya hanya berdua di meja itu dan lama-kelamaan meja itu menjadi perkumpulan tim voli wajar jika Natly merasa tak nyaman.
"Santai aja kali..." celetuk Yuda sambil menaruh tangannya di pundak Natly, bahkan Natly dan Resta sedikit terkejut.
"Modus aja lo jangkung." Kata Resta melepas tangan Yuda dari Natly. Yuda hanya nyengir, dan Hadi menarik Yuda pergi dengan paksa.
"Oh itu yang lo sebut jangkung."
"Iya, yang gue hampir aja kena modusan dia huh dia emang gitu orangnya sih."
"Cie udah mulai ngenalin karakter masing-masing pemain nih." Kata Natly dan Resta hanya tersenyum.
"Eh, anak kecil lupa ya lo beli obat pereda nyeri?" tanya Rendy yang muncul tiba-tiba di depan kelasnya saat Resta hendak masuk.
"Oh iya lupa, nanti gue beli deh."
"Lo nenek-nenek apa anak kecil sih pikunan gitu." Kata Rendy hampir tertawa, Resta kesal dan segera masuk kelas. "Eh lo temennya Anak kecil tu bilangin tiap detik biar dia inget." Kata Rendy melihat ke arah Natly dan Natly hanya tersenyum.
"Jangan senyum gitu sama gue, entar gue naksir sama lo." Katanya lagi, Natly segera masuk kelas.
"Sana masuk kelas bentar lagi guru dateng." Kata Hadi mendorong Rendy segera pergi. sementara Halim hanya bisa menggeleng melihat keributan di luar kelas apalagi keributan itu dilakukan oleh temannya ia tak bisa apa-apa.
~~~
Terimakasih yang sudah baca. boleh vote atau comment.
Sumber Gambar : http://vollyballfull.blogspot.com/2017/01/samator-rileks-di-seri-pertama-proliga.html
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...