Sisi Lain

32 4 0
                                    

Setelah kemarin hari minggu menghabiskan waktu untuk menemani anggota tim voli latihan pagi ini Resta harus berangkat lebih awal dari biasanya. Bukan untuk piket kelas, bukan untuk upacara, bukan untuk mengerjakan PR di sekolah tapi ini untuk menghindari seseorang. Kemarin selesai latihan Rivan dan Rendy mengiriminya pesan kalau Rendy akan menemui Resta lagi hari ini. Dan untuk menghindari itu Resta memutuskan untuk berangkat lebih awal, karena tidak mungkin seorang Rendy yang biasanya telat akan bangun pagi dan menemuinya lebih pagi dari dirinya.

"Kak, jam segini mau berangkat?" tanya adiknya. Resta hanya mengangguk. "Jangan lupa bawa payung kayaknya bakal ujan." Lanjutnya namun tak di gubris oleh kakaknya malah ditinggal pergi begitu saja setelah memakai sepatu.

"Heuh cepet banget perginya." Celetuk adiknya lalu kembali ke kamar.

Udara masih cukup sejuk tapi lebih tepatnya dingin, lebih dingin dari biasanya. Ia menaiki bis yang dipenuhhi dengan orang yang mau berangkat kerja. Karena masih terlalu pagi untuk jam berangkat sekolah, kecuali kalau sekolahnya jauh. Memang tidak terlalu penuh tapi ia harus berdiri. Ia berdo'a agar Rendy tak jadi menemuinya. Dan tiba-tiba hujan turun saat ia masih di dalam bis.

"Ah, hujan nggak bawa payung lagi. Bakal keujanan jalannya." Katanya pelan. Dan bis berhenti di sebuah halte ia segera turun dengan sedikit berlari menuju halte. Melihat yang turun hanya dirinya dan belum ada tanda-tanda siswa yang berangkat sekolah. Ia melihat ke arah jam tangannya.

"Ah, masih jam 6 pantesan sepi. Tapi bagus deh gue nggak bakal ketemu tuh orang." Kata Resta, namun ia juga harus terjebak di halte karena hujan. Hingga sebuah bis berhenti di depannya, dan turunlah seorang yang sangat tidak ia ingin temui. Orang itu tersenyum dan berlari ke arah Resta.

"Eh, mau kemana?" tanya Rendy menarik tangan Resta saat Resta hendak meninggalkan halte. Dan yang di tanya hanya diam membalikan badan kesal. Ia heran kenapa orang ini bisa berangkat sepagi ini tidak seperti biasanya. Selain itu juga tak biasanya ia naik bis.

"Ngapain sih?" tanya Resta sedikit cuek.

"Lo yang ngapain, masih marah sama gue? Gue udah minta maaf jadi tolonglah jangan marah lagi sama gue jangan diemin gue kaya gitu." Kata Rendy sedikit melepaskan tangannya. Resta hanya terdiam, Rendy menghembuskan nafas berat.

"Iya gue udah keterlaluan gue minta maaf." Kata Rendy, dan Resta masih tak menanggapinya. Ia justru mau beranjak pergi dari tempat itu. Segera Rendy menariknya.

"Lo mau kemana, nggak liat apa hujan gini." Kata Rendy sedikit keras. "Lo nggak bawa payung?" tanya Rendy, dan Resta hanya menggeleng.

"Heuh sejak kapan sih lo jadi gagu gini, biasanya bawel juga." Ucapa Rendy mendapat tatapan tajam dari Resta, namun ia hanya nyengir tak ada rasa takut.

Rendy seperti mendengar sesuatu dari arah semak-semak, arahnya beberapa langkah dari halte yang ia tempati. Ia berjalan mencoba mencari sumber suara itu.

"Ren, mau kemana sih. Hujan." Kata Resta mengikuti langkah Rendy sambil menutupi kepalanya dengan tangan, berusaha tak kehujanan namun percuma. Dan Rendy hanya terus mencari sumber suara. "Mau ngapain sih nih anak." Kata Resta bingung melihat sikap Rendy. Dan yang di tatap malah berjalan menunduk menuju semak-semak, Rendy mengangkat kardus dari sana yang Resta lihat berisi dua ekor anak kucing yang kehujanan.

"Res, lo ngapain hujan-hujanan?" tanya seseorang yang membuat Resta terkejut dan menoleh ke sumber suara. Ia baru sadar sekarang ia berjalan di bawah guyuran air hujan.

"Ah, iya gue lupa bawa payung."

"Sini deketan biar nggak kehujanan." Suruh Yuda. Resta segera menghampiri Yuda yang membawa payung, ia menoleh ke tempat dimana tadi Rendy menemukan kucing namun orang itu tak ada.

Let's Go Do It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang