Resta sedang menunggu bis untuk ke sekolah namun sebuah mobil berhenti di hadapannya ia sedikit bingung mengapa ada mobil yang parkir di depannya. Kaca mobil di buka dan itu adalah Vanya ia tersenyum ke arah Resta dan menyapa dengan lembut.
"Hai Res, ayo bareng."
"Nggak usah kak ini bentar lagi bis nya dateng kok." Katanya berusaha menolak.
"Udahlah ayo sini bareng kita, lagian ini udah hampir masuk." Katanya dan Resta sedikit penasaran dengan kata "kita" memangnya siiapa saja yang disana. Dan terlihat seseorang yang duduk di samping Vanya tersenyum mengejek, seolah memberi kode untuk tak ikut.
"Nggak usah kak, nggak apa-apa."
"Sok banget lo di ajakin nggak mau, udah mending Kak Vanya nawarin." Kata orang itu dengan nada mengejek. Mendengar itu ia kesal dan segera mengiyakan ajakan Vanya.
"Eh, ngapain lo duduk sini. Sana depan." Katanya melarang.
"Udah nggak apa-apa." kata Vanya dan Resta beralih duduk didepan, sementara itu di belakang Halin tersenyum puas bisa duduk bersama Vanya. Resta hanya mendengus sebal. Selama perjalanan tak ada yang bisa Resta katakan ia hanya terdiam mendengar ocehan Halim yang terlihat asyik bercerita dengan Vanya, bahkan dia seperti tak ada di sana.
Sampai di sekolah mereka berpisah menuju kelas masing-masing tentu nya Halim berjalan bersama Resta karena mereka sekelas.
"Harusnya lo tuh tadi nggak usah ikut, ganggu gue aja." kata Halim membuatnya sedikit kesal.
"Gue juga nggak ikut kalau kak Vanya nggak maksa, mungkin dia males kali di mobil bareng lo." Kata Resta berbalik mengejek.
"Emang lo tadi dimana? Disana juga? gue sih nggak ngerasa ya ada lo di sana." Ledeknya.
"Jangan terlalu seneng Cuma karena bisa naik mobil sama kak Vanya dan deket sama dia toh dia juga Cuma basa basi ngajakin lo bareng."
"Asal lo tahu aja ya, tadi motor gue mogok dan kak Vanya liat itu dia langsung ngajakin gue. Tandanya dia itu baik orangnya, emang sempurna banget dah dia tuh udah baik, cantik pinter beda banget sama orang yang di sebelah gue." Ucapan Halim membuat langkahnya berhenti, pasalnya ia cukup kesal dengan ocehan Halim sedari tadi. "Kenapa lo nggak terima, emang lo beda jauh kalau dibandingin kak Vanya, jangankan kak Vanya sama siapapun lo mah kalah. Pantesan aja gebetan lo males nanggepin lo." Katanya masih mengejek.
"lo tahu apa sih tentang gue, mending lo diem aja deh kalau lo nggak tahu apa-apa." kata Resta kencang. "ngaca dong lo sendiri gimana." Ucapan keras Resta cukup menyita perhatian.
"Gue, banyak kok yang suka sama gue, lo liat aja tiap istirahat banyak yang ngajakin makan bareng. Gue cukup keren di sini. Lo tuh yang ngaca" ucapnya.
Dua orang berjalan diantara mereka berdua yang kini sudah berdiri di pintu kelas. Mereka baru sadar beberapa pasang mata melihat keduanya, memalukan sangat memalukan itu yang di rasakan Halim sementara Resta merasa sesak dadanya semangatnya turun kali ini. Ia hanya duduk di kursinya dengan lesu, semangatnya hilang.
Pelajaran di mulai ia masih memikirkan sesuatu dan hanya menatap kosong ke arah buku pelajaran. Natly yang menyadari itu segera menepuk bahunya seolah menyuruhnya untuk tak memikirkan hal aneh-aneh lagi. Ia mengangkat tangan dan izin ke toilet.
Setelah membasuh muka ia sedikit merasa segar, namun ia malas untuk kembali ke kelas mengikuti pelajaran, ia memutuskan duduk di taman belakang. Membaringkan badannya dan menaruh tangannya di wajah menutupi cahaya matahari yang menyilaukan matanya.
Sesuatu yang dingin menyentuh tanganya membuatnya terbangun, cukup terkejut dengan itu. Sementara pelakunya hanya tersenyum senang dengan reaksi Resta barusan.
![](https://img.wattpad.com/cover/161973378-288-k136592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...