Semalaman suntuk Resta memikirkan tentang tawaran itu, selain untuk mengisi kekosongan sebenarnya ia juga tidak akan di tanyain lagi masuk eskul mana. Namun ia berpikir lagi kalau dia masuk voli ia tak mengerti sama sekali dan juga semua disana adalah laki-laki. Walapun banyak temannya yang laki-laki tapi tetap saja, ia merasa akan bosan di sana. Resta kesiangan dan harus bergegas menuju sekolah namun terlambat pintu gerbang sudah di tutup. Guru piket bersiap untuk membuka dan menghukum siapa saja yang terlambat.
Resta tak masalah jika harus dihukum asal ia bisa mengikuti pelajaran hari ini bukan disuruh pulang lagi. Hukuman seperti biasa membersihkan sampah di belakang sekolah, tempat itu sepertinya memang di rancang untuk selalu kotor. Jadi kalau ada yang terlambat hukumannya ya harus bersih-bersih. Awalnya semua berjalan baik resta menyapu sampah daun kering yang cukup menggunung, karena masih banyak pohon di sana. Namun semuanya berubah ketika seseorang menabraknya.
"Woy, ngapain sih lo liat berantakan lagi kan?" teriak Resta pada orang itu. Yang membuatnya terkejut dan semakin kesal adalah orang yang menabraknya adalah orang ia benci.
"Sabar bu, marah-marah mulu nih anak kecil." Katanya meledek dengan cengiran khasnya. Mengambil topi yang sempat terjatuh dan memakainya lagi. Terlihat warna rambutnya pirang tak alami.
"Beresin nggak, buruan beresin." Teriak Resta sambil memberinya pukulan dengan sapu.
"Nggak mauuu..." katanya sambil lari menghindar. Hal itu membuat Resta semakin kesal karena ia harus menyapu lagi sampah itu.
"Dasar cowok selengekan, nggak sopan, nyebelin, jambul ayam, kutu air." Umpat Resta sambil meremas tangannya. Rasanya ingin mengejar orang itu tapi ia juga ingin masuk kelas dengan cepat.
Beberapa menit seorang guru seperti mencari sesuatu dengan berlari melewati Resta.
"Kamu lihat Rendy tadi?"
"Rendy, oh dia lari ke sana pak."
"Dasar tuh anak pasti mau bolos lagi." Kata guru itu lalu pergi mengikuti arah yang di tunjuk Resta. Resta tersenyum ia berharap orang itu tertangkap dan mendapatkan hukuman yang cukup berat.
***
Akhirnya ia bisa mengikuti pelajaran kedua, karena pelajaran pertama ia tertinggal ini semua karena ulah Rendy. Tak apa setidaknya ia bisa meminjam catatan milik Natly. Pelajaran berakhir dan Resta diminta untuk mengembalikan buku paket ke perpustakaan, tak masalah jika itu hanya satu atau dua buku tapi ini hampir 40 buku dengan ukuran cukup tebal.
"Hulk,,,bantuin." Rengek Resta ketika melihat Hadi menatapnya.
"Manja amat sih." Dengus Halim lalu pergi. Natly datang untuk membantu. Hadi berniat untuk pergi meninggalkan kelas namun mengurungkan niatnya saat melihat dua orang itu seperti tak bisa membawa. Ia kembali dan membantu membawa buku cukup banyak.
"Wooaahh...Hulk keren." Kata Resta memberi jempol, Hadi hanya melengos pergi.
"Haha, makanya jangan manggil dia hulk mulu kasihan udah di bantuin juga." Kali ini Natly tersenyum melihat ekspresi Resta.
"Eh, ini gimana yang sebagian." Natly melihat masih ada sebagian buku yang belum terbawa.
"Ya udah bagi dua aja." belum sempat Resta membagi dua seseorang membawanya terlebih dahulu. Natly terkejut namun mengikuti mereka menuju perpustakaan.
"Ternyata si tukang tidur itu baik juga ya." Bisik Resta pada Natly.
"Ssssttt...nanti dia denger."
Sampai di perpustakaan mereka menaruh di meja petugas, Hadi beranjak pergi.
"Hulk, gue traktir ya." Kata Resta.
"Urusin tuh buku-buku taro di rak." Katanya lalu pergi.
"Nizar, makasih ya udah di bawain." Kata Natly tersenyum dan hanya di balas anggukan.
Kini Natly dan Resta harus menata kembali ke rak semula. Sambil melihat-lihat buku yang ingin dipinjam. Seperti biasa mereka juga mengobrol walapun dnegan bisik-bisik, karena ini adalah perpustakaan.
"Nat, gue tuh kesel banget tadi."
"Kenapa?"
"Si cowok selengekan itu selalu bikin ulah mulu, amit-amit dah gue punya temen kaya dia bisa cepet ubanan dah."
"Kebiasaan lo manggil orang nggak sesuai namanya, gue mana ngerti siapa yang lo maksud."
"Itu, Rendy. Lo tahu dia selama ini pakai topi Cuma buat nutupin jambul dia yang di warnain. Ih kelihatan banget selengekannya."
"Oh, dia. Jangan gitu, siapa tahu ntar lo temenan sama dia kalau udah temenan juga baru tahu gimana dia, jangan nilai dari luarnya."
"mulai deh, lo positif thingking mulu." Sementara Natly hanya tersenyum.
"Gimana lo jadi gabung tim voli?"
"Oh iya hari ini ya, kayaknya nggak deh."
"Kenapa?" tanya Natly, belum sempat Resta menjawab Handphone milik Natly berdering, seperti ada sebuah pesan masuk. "Sorry ya Res, gue duluan gue harus ngumpul nih buat eskul." Lalu ia pergi setelah mendapat anggukan dari Resta. Dan terpaksa Resta harus membereskan buku itu sendirian, beruntung hanya tinggal beberapa saja.
Selesai membereskan ia berniat untuk pergi namun melihat buku yang letaknya paling atas sepertinya menarik. Tentang olahraga dan itu adalah voli, sebenarnya ia tak mau tapi entah kenapa hatinya masih bimbang untuk bergabung atau tidak. Letaknya yang cukup tinggi membuatnya kesulitan untuk mengambil, ia ingat kalau di perpustakaan ada tangga untuk mengambil buku di rak yang tinggi. Ia mencari di beberapa sudut namun masih di gunakan, ia mencoba meminjamnya tapi sepertinya harus bergilir. Tak sabar akhirnya Resta memutuskan untuk mencoba mengambil sendiri lagi tanpa tangga.
Ia berusaha untuk berjinjit, sesekali melompat tapi menimbulkan suara yang berisik. Berusaha meraih lagi dengan memfokuskan pada buku itu dan menggapainya, ia merasa tanganya memanjang padahal itu tidak. Hingga sebuah tangan meraih buku itu, hal itu membuat Resta terkejut dan memutar badannya. Kini berdiri seorang laki-laki dengan tubuh yang tinggi tersenyum padanya. Jantungnya berdegup rasanya seperti berada di film romance di televisi, ia ikut tersenyum.
Sebuah pukulan kecil mendarat di kepalanya, hal itu menyadarkannya.
"Nih, pendek. Makannya tumbuh tuh ke atas." Ledeknya, dan seketika bayangan film romance hilang. Sedikit malu akhirnya Resta memutuskan untuk pergi dari tempat itu. "Eh, mau kemana ini buku yang mau lo ambil. Dasar aneh." Kata orang itu sambil tersenyum.
Resta merutuki dirinya yang sempat membayangkan adegan film romance, dan kesal juga dengan orang itu meledeknya padahal baru bertemu.
***
Sumber Gambar: http://jadiberita.com/105894/5-cara-nembak-gebetan-ala-drama-korea-pasti-diterima.html/4
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...