Hari ini adalah latihan terakhir untuk uji coba besok melawan SMA Bangsa, sebenarnya mereka adalah salah satu tim unggulan saat turnamen nasional tahun lalu. Latihan hari ini juga semakin diperketat lagi. Resta dan Vanya juga dilarang absen padahal hari ini adalah jadwal les Vanya. Hari ini tidak hanya pemanasan saja tapi juga latihan dibuat simulasi sebelum bertanding. Dibagi menjadi dua kelompok. Tim A terdiri dari Nizar, Yuda, Rendy, Iqwal, Ibnu dan Anang. Tim B terdiri dari Nicol, Mahfud, Rivan, Bayu, Yoga, Henry dan Hadi. Kebetulan hari ini Samsul izin karena sakit dia tidak ikut latihan.
Awal yang bagus kedua tim saling kejar mengejar angka, hingga beberapa sudah mulai lelah dan lengah. Vanya melihat kepada tim B ada seseorang yang sangat membuatnya kagum dan bersemangat untuk menonton. Resta melihat itu seperti dapat membaca sinyal aneh, namun ia tak tahu siapa yang dilihat Vanya.
Nizar melakukan tos dengan melambungkan bola ke belakang, Resta sedikit terkejut karena ia pikir tak ada orang disana ternyata Yuda sudah ada di belakangnya hingga mereka dapat mencetak angka.
Ibnu melakukan Servis mengarahkan bola ke belakang namun ada Henry yang dapan melakukan Receive yang bagus. Kemampuan Receivenya tidak bisa diragukan lagi. Bola mengarah ke Nizar dan dia melakukan tos lagi memberikan bola kepada Rendy yang sudah bersiap melakukan ancang-ancang. Spike keras namun gagal mengenai Hadi sebagai blocker lawan, dan bola jatuh ke area milik Nizar.
"Tos lo terlalu pendek gue susah ngarahinnya." Kata Rendy pada Nizar.
"Hem, gue coba perbaikin nanti." Terdengar suaranya sedikit lemah. Seperti entah merasa bersalah atau kesal. Hadi yang berhasil memblokir serangan lawan merasa puas dan melakukan tos kepada teman-temannya.
"Ini kaya de javu." Ucap Resta pelan namun dapat di dengar oleh Vanya.
"Mungkin karena lo udah sering lihat mereka begitu, kan tiap hari lihat mereka latihan." Sahutnya.
"Hem, iya mungkin." Kata Resta meng-iya-kan meskipun otaknya masih berpikir. Ia benar-benar seperti pernah mengalami hal ini, tapi ia tak ingat di mana. Mungkin benar kata Vanya ini hanya seperti kejadian latihan biasanya.
Selesai simulasi mereka berkumpul dihadapan pelatih, karena pelatih akan mengumumkan siapa saja yang akan menjadi pemain utama untuk uji coba besok. Meskipun uji coba tetap saja ini harus dilakukan dengan serius.
"Pemain utama yang akan bertanding besok adalah Mahfud, Rivan, Rendy, Yuda, Henry, Hadi dan Nicol. Untuk yang lainnya tetap latihan karena bisa saja terjadi sesuatu yang membuat mereka harus diganti. Sekarang kalian boleh pulang dan istirahat."
"Baik Pak." Seru semuanya lalu membubarkan diri. Beberapa orang terlihat kecewa karena hanya menjadi pemain cadangan namun beberapa sudah merasa biasa.
"Res, lo beneran nggak mau maafin gue? Dari kemaren lo belum ngomong apa-apa sama gue sedikitpun? Apa lo semarah itu?" tanya Rendy menghalangi langkah Resta.
"Bawel banget sih, awas gue mau pulang."
"Maafin gue dulu apa." rengek Rendy yang seperti anak kecil. Resta semakin malas untuk menanggapi. Tak lama handphone miliknya berdering, ia segera mengambilnya dari saku.
"Iya, ini udah selesai tunggu ya." Katanya lalu menutup telponnya.
"Res, pokoknya lo harus maafin gue." Katanya lalu pergi.
"Dasar udah punya cewek juga masih aja gangguin orang." Kata Yuda menatap Rendy. Dan Resta memandangnya jengah.
"Ngaca dong mas." Kata Yoga yang kini sudah melipat tanganya menatap tajam Yuda. "Itu tangan nggak bisa apa nggak usah nangkring di pundak orang." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go Do It!
Teen FictionJika kau ingin melakukan yang terbaik, lakukanlah sekarang. Jika kau ingin menyerah, menyerahlah sekarang. Tapi aku yakin kau tak akan mau melakukan itu. ~~~ Cerita ini hanya fiktif meskipun banyak nama tokoh yang di gunakan adalah nama pemain voli...