Pengganti

33 4 0
                                        


Pelajaran terakhir sudah selesai, Pak samsul yang mengajar segera merapikan buku tugas.

"Resta, tolong kamu bantu bapak bawa ini ke ruangan bapak." Resta yang merasa namanya di panggil segera maju, ia meminta Natly menemaninya namun perempuan itu harus berlatih cheerleaders hari ini. Sebagian murid segera keluar begitu Pak Samsul keluar. Resta yang melihat Halim akan pergi segera menarik tasnya.

"Aduhh..apaan sih lo." Keluhnya.

"Bantuin apa lo kan ketua kelas kenapa jadi gue yang mesti bawa ini buku banyak."

"tanya aja Pak Samsul ngapa jadi nyalahin gue."

"Ya bantuin kek." Rengek Resta.

"Oke, lepasin dulu tas gue." Kata Halim dan Resta melepaskan tarikannya bukannya membantu tapi Halim justru berlari keluar kelas. "Sorry gue ada eskul." Katanya tersenyum lalu menghilang.

"Hulkkk...." teriak Resta melihat Hadi ingin keluar kelas.

"Sakit perut." Kata Hadi sambil memegang perutnya dan pergi begitu saja. Hal itu membuat Resta kesal dan marah padanya ia segera membereskan buku itu sendirian dan mengangkatnya sendiri. Berat itu yang dia rasakan. Tiba-tiba seseorang muncul dan mengambil alih sebagian tugasnya.

'Si tukang tidur' batin Resta. Tak ada yang dia ucapkan hanya diam.

"Apa lo udah nemuin kandidat pelatihnya?" tanyanya setelah beberapa menit diam dan kemudian memperlambat langkahnya.

"belum, gue bingung siapa."

"apa menurut lo bakal dapet pelatihnya, kaya apa yang kapten bilang?"

"Gue sih yakin sama kapten." Jawab Resta penuh keyakinan setelah itu keheningan menyelimuti mereka. Nizar dengan pikirannya sendiri dan juga Resta yang masih memikirkan siapa pelatih pengganti nanti. Hingga tak sadar mereka sudah sampai di ruang guru. Mereka sedikit bingung melihat meja Pak Samsul yang kurang rapi tidak seperti biasanya.

"Ini taro dimana ya, penuh gini." Kata Resta.

"Kalian baru tiba, sekalian ya bantu bapak beresin meja soalnya bapak mau pindah ruangan dan meja ini akan bapak kosongkan."

"Kami berdua pak?" tanya Resta.

"Iya tolong ya, soalnya bapak ada keperluan sebentar jadi barang-barang di meja bapak bawa di ruang kesiswaan ya." Mereka hanya mengangguk.

"huh, tahu gitu gue tadi balik bareng Hadi." Keluh Nizar.

"Yaudah sana balik, gue juga bisa sendiri." Kata Resta ketus.namun Nizar mengurungkan niatnya untuk pergi dan tetap membantu Resta. Mereka memindahkan barang-barang itu ke ruangan yang dimaksud, merapikan beberapa barang ke tempat yang mereka kira tepat.

"Huh akhirnya selesai juga." Kata Resta dan beranjak pergi namun ada satu hal yang mengusiknya ia berhenti dan membuka loker yang di meja itu.

"Ngapain lo?" tanya Nizar melihat Resta hendak mengambil sesuatu.

"Sini dah." Dan reflek Nizar mengikuti perkataan Resta ia menghampirinya. Ada beberapa tumpukan kertas, seperti kerta bekas warnanya juga sudah kusam.

"Ini kan. Pak samsul." Kata Nizar setelah melihat ada sebuah potongan gambar Pak samsul di koran bekas tersebut, dengan menggunakan baju olahraga dan tertulis dalam artikel tersebut. "Pencetak poin terbanyak di tim voli putra".

"Berarti kalau dia mantan pemain voli dia bisa dong ngelatih voli." Kata Nizar. Ia seperti mengingat sesuatu. Pak samsul juga yang menyuruhnya masuk tim voli. Nizar kembali mencari sesuatu di dalam loker itu. Resta hanya bisa melihat karena dia juga penasaran, kenapa Pak samsul bersikeras memintanya menjadi bagian tim dengan iming-iming beasiswa. Kemudian beberapa berkas ia temukan, seperti piagam penghargaan dari SMA Pemuda untuk tim voli putra.

Let's Go Do It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang