3

809 124 10
                                        

51018










Beberapa hari kemudian, ditaman belakang Chaeyeon tersungkur. Karena di dorong oleh Irene.

"Dasar pelacur!" Seru Irene sambil menendang Chaeyeon. "Sudah aku bilang, jauhi Junhoe!!"

Chaeyeon bergeming, tubuhnya lemah karena beberapa tendangan yang di layangkan padanya. Ia sudah tak tahu harus berbuat apa. Seperti biasa ia pasrah dengan perlakuan selingkuhan Junhoe ini.

"Gara-gara kau Junhoe meninggalkanku tadi malam" Irene menjambak rambut Chaeyeon.

"Ahh sakit.." Chaeyeon meringis sambil memegang tangan Irene supaya melepaskan jambakannya. "Tadi malam.. ahh.. aku tak bertemu dengannya"

"Junhoe bilang kalau kau meneleponnya" Irene melepaskan jambakannya. "Kau berbohong ya!"

Chaeyeon memegang kepalanya kesakitan, beberapa helai rambutnya rontok karena jambakan Irene.

"Kenapa kau tak memeriksa handphonenya, sungguh aku tak berbohong" Chaeyeon sudah tak bertenaga menjelaskannya.

Irene jongkok mengimbangi Chaeyeon yang tersungkur ambruk. Ia melayangkan tangannya ke wajah Chaeyeon. Memukul gadis itu tepat di pipi dekat hidungnya. Sampai hidung Chaeyeon mengeluarkan darah.

"Aku katakan sekali lagi, putuslah dengan Junhoe!" Irene menatap Chaeyeon dengan tatapan penuh benci, kemudian ia dan teman-temannya pergi meninggalkan Chaeyeon yang ambruk di rerumputan.

Kali ini Chaeyeon benar-benar lemah, ia tak bisa berdiri. Ia membaringkan dirinya di rerumputan itu. Ia meringkuk disana. Seluruh badannya sakit. Ia menangis, meratapi kehidupannya yang selalu di sakiti. Ia benci dirinya yang tak berani melawan.

Tap tap tap..

Chaeyeon mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar jelas. Mungkin orang yang sekedar lewat, pikir Chaeyeon. Tapi langkah kaki itu berhenti didekatnya. Chaeyeon membalikan tubuhnya yang lemah, ia menengadahkan wajahnya. Ternyata memang ada seseorang yang menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan meringkuk disini"

Chaeyeon menguatkan dirinya untuk duduk, supaya bisa melihat jelas siapa yang berbicara dengannya. Ia melihat pria taman berada dihadapannya. Seperti bisa ia menggunakan masker dan topi.

"Kau?" Cicit Chaeyeon.

Pria itu menghela nafas saat melihat wajah Chaeyeon yang sangat mengkhawatirkan. Ia berjongkok.

"Siapa lagi yang melakukannya?" Kata pria itu.

Chaeyeon malah tersenyum, "hanya beberapa perempuan"

"Perempuan sekarang menakutkan, bisa melakukan hal seperti ini. Kau tau.. wajahmu sangat berantakan. Matamu kananmu sedikit bengkak, pipimu kirimu lebam, ujung bibir kirimu sedikit robek, hidungmu berdarah rambutmu acak-acakan. Mungkin kalau orang lain yang lihat kau seperti habis di perkosa."

Chaeyeon terdiam, ia tau apa yang pria itu bicarakan. Tapi ia sudah tak peduli dengan penampilannya. Masih hidup saja sudah syukur sekali.

"Duduklah di bangku, ayo aku bantu kau berdiri" pria itu mengulurkan tangannya. Chaeyeon memegang tangan kekarnya. Kemudian pria itu memapah Chaeyeon sampai ke bangku. Sampai gadis itu duduk disana. Wangi parfum pria itu tercium oleh Chaeyeon.

"Kau lihatlah kakimu" ujar pria taman.

Chaeyeon mendongkakan kepala untuk melihat kakinya. Ia melihat kakinya memar memar karena tendangan Irene dan temannya.

"Sebenarnya apa yang mereka lakukan?" Pria itu keheranan melihat kondisi Chaeyeon. Ia kemudian duduk di samping Chaeyeon. Membuka tasnya mencari sesuatu. Ia mengeluarkan botol air mineral dan beberapa plester.

"Kau membawa tisu?"

Chaeyeon mengangguk.

"Bagus, bersihkanlah wajahmu kemudian pakailah plester di ujung bibirmu."

"Nanti saja"

"Kalau dibiarkan nanti, kau bisa terkena infeksi... sini aku akan membantumu"

Pria itu mengambil tisu, kemudian menuangkan air pada tisu itu. Dengan hati-hati ia menepuk-nepukan tisu itu pada darah dan tanah yang menempel di wajah Chaeyeon. Terus-terusan ia ulangi sampai tisu Chaeyeon habis dan wajah Chaeyeon bersih.

Saat pria itu membantu membersihkan lukanya, Chaeyeon menatap wajah pria itu yang tertutup masker. Tapi ia masih bisa melihat matanya yang tanpa kelopak. Matanya indah dan tajam, bola mata berwarna coklat. Ia juga melihat tahi lalat di bawah mata kanannya. Penampilan pria itu juga tidak buruk untuk seseorang yang suka menyendiri di taman, malah bisa dibilang fashionable. Ia menggunakan anting di telinganya, bahkan ia menggunakan pakaian dari brand-brand ternama. Seperti sekarang ini, pria ini menggunakan jaket hoodie berbahan flannel kotak-kotak merah hitam keluaran brand off-white, jeans biru langit lap dan sneakers nike air jordan berwarna biru langit. Ransel yang ia gunakan juga keluaran dari off-white. Chaeyeon tahu semua brand-brand itu karena sering mengantar Nancy belanja.

Pria itu meneliti wajah Chaeyeon, ia memeriksa apakah masih ada kotoran di wajah Chaeyeon. Tapi tanpa sengaja mata mereka beradu.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Mereka saling tatap, sampai Chaeyeon melepaskan tatapannya. Ia salah tingkah. Jantungnya berdetak tak beraturan, sudah lama ia tak merasakan hal seperti ini.

Pria taman itu menempelkan plester ke ujung bibir Chaeyeon. Chaeyeon semakin salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya.

"Belum selesai, sedikit lagi" seru pria itu.

"Biar aku saja yang rapihkan" Chaeyeon menyentuh ujung bibirnya sambil meringis.

"Tunggu.. tunggu.. hidungmu mengeluarkan darah lagi"

Chaeyeon meraba hidungnya, ia lihat jari tangan yang tadi menyentuh hidung. Ternyata memang benar hidungnya mengeluarkan darah lagi.

"Duduk tegak, jangan menengadah" perintah pria itu.

Chaeyeon menuruti perintahnya. Ia duduk tegak sambil menutup hidungnya dengan telapak tangan, karena tisunya telah habis.

"Gunakan ini" pria taman itu memberikan sapu tangan berwarna putih.

Chaeyeon mengambilnya, "bagaimana kalau kotor"

"Pasti kotor karena darah, sudah tak apa gunakan saja"

Chaeyeon membersihkan darahnya dengan sapu tangan yang di berikan pria taman itu.

Drrrtt.. drrrtt.. drrttt...

Handphone si pria itu bergetar, ia mengambilnya. Rupanya ada yang meneleponnya.

"Halo hyung" pria itu berbicara dengan seseorang di telepon.

"Aku di kampus" pria itu fokus dengan teleponnya, "satu mata kuliah lagi.. baiklah.. kau akan menjemputku dimana?"

Chaeyeon tak sengaja mencuri dengar sambil membersihkan darah di hidungnya.

Pria itu tiba-tiba berdiri, sambil menyimpan kembali handphonenya di saku celananya. "Aku harus pergi"

Chaeyeon mengangguk, "terima kasih sudah mengobatiku."

Chaeyeon bisa melihat pria itu tersenyum dari matanya yang tampak segaris. Sebelum pergi tangan pria itu terulur, mengacak rambut Chaeyeon. "Jaga dirimu, jangan sampai terluka lagi." Pria itu berjalan meninggalkan Chaeyeon.

Chaeyeon menggangguk lagi, ia tersenyum. Baru kali ini ada pria yang baik, mau menemani dan mengobati lukanya.



Tbc.

Maaf aku ganti judulnya 😅

Undisclosed Love | Daniel.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang