RSP dan Abad Mutilasi Kemanusiaan

292 0 0
                                    

1.

ANDAIKAN Ragil Suwarno Pragola (RSP) hidup di jaman Majapahit, bersebelahan kantor dengan Mpu Supo di seberang Balairung Gadjah Mada, begadang di larut malam-malam dengan Kanjeng Kalijogo, kemungkinan besar Manusia Indonesia, Bangsa Nusantara dan Negara KRI tidak semenyedihkan sebagaimana sekarang ini.

Sekarang bangsa ini bukan hanya tidak percaya kepada dirinya sendiri, bahkan juga tidak mengerti hampir sama sekali siapa dirinya, lebih dari itu tak ada pergerakan yang sedikit memadai untuk mencari atau menemukan dirinya kembali.

Andaikan Mas Warno di ke Bumi kan oleh Tuhan di Pulau Pamomong Bumi ini sejak belum ada air kawah Peradaban Cina kuno, Yunani kuno dan Mesir kuno, kemungkinan besar hari ini kita dan Dunia masih punya "a Man of Java", yang kini semakin kikis dan terancam kemusnahan oleh ketidakpercayaan atas dirinya sendiri. Bahkan kepustakaan Old atau Ancient Jawa akan menjadi Pustaka Utama Internasional di abad 21 ke depan.

Sekarang bangsa ini untuk percaya bahwa rempah-rempah adalah keindahan kuliner primer di seluruh Bumi, menunggu pernyataan Sarjana Yunani Kuno atau Cina Kuno. Hampir semua pengetahuan dan ilmunya harus direkonfirmasikan dulu kepada anak cucunya Yunani Kuno, Cina Kuno dan Mesir Kuno yang memperdaya mereka dan bahkan menguburkan batu-batu mulia mereka jauh ke lubuk terdalam lautan pengetahuan sejarah mereka.

Para anak turun Peradaban Jawa Kuno ini sekarang riang gembira menjadi budak dari para pembegal, pengutil, pencuri dan perampok yang menguasai kampung halamannya. Letak keterjajahannya tidak terutama pada lenyapnya hak milik dan kedaulatannya atas tanah air, tetapi justru pada harga dirinya yang sudah hancur lebur luluh lantak -- sehingga marah kalau diingatkan bahwa mereka sedang dirampok dan dikuasai.

Andaikan Mas Warno adalah bagian dari para Leluhur yang waskita terhadap akan datangnya badai besar dari Barat, kemudian menata perlindungan peradaban untuk para anak cucu di abad-abad depan, menyembunyikan berbagai kekayaan jasad, ilmu atau rohani dengan redistribusi territorial, dengan pengubahan kode-kode dan termonologi, dengan menyusun kembali password dan kunci-kunci baru pengetahuan, dan lain sebagainya - besar kemungkinan kita sekarang tidak sampai menjadi sedemikian hina di dalam perikehidupan ber-Negara dan ber-Bangsa, pun sebagai manusia.

Abad 20-21 adalah Abad Mutilasi Kemanusiaan. Adalah pembangunan Peradaban yang meninggalkan Manusia. Di mana manusia tidak dipelajari di Sekolah, tidak terdaftar di managemen pembangunan. Abad Yunani Kuno "men sana in corpore sano". Abad di mana Jiwa hanya salah satu anggota Badan. Di mana materialism adalah Tuhan, sehingga masyarakat yang ber-Agama pun menjadikan Sorga sebagai Tujuan, dengan mensekunderkan Tuhan Pemilik Sorga. Orang sangat maniak Sorga karena diam-diam mereka mengira di Sorga kelak mereka akan hidup lebih kaya, lebih mewah, bahkan bebas berfoya-foya. Dan itu adalah puncak dari gagasan Materialisme. Dengan pura-pura bikin 'thariqat' Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi, Komunisme, Khilafah dan apapun saja, yang seluruh entitasnya berpusat pada nafsu untuk lebih laba, kaya dan mewah secara materialistik.

Andaikan Mas Warno ditugasi oleh Tuhan untuk hidup di masa-masa peralihan ekstrem Peradaban Dunia dulu itu, betapa tekun dan rajinnya beliau mendata, menghimpun, menyusun dan mendokumentasikan bahan-bahan yang sekarang ini tinggal kita baca untuk menemukan obat-obat zaman dan menyelenggarakan penyembuhan. Karena faktanya di abad 21 ini Ummat Manusia keracunan oleh Air Kolam Peradabannya, dan sedang setengah mati mencari cairan penawar racun - tetapi - dari dan di kolam racun yang sama.

Mas Warno pasti dengan telaten menghimpun semua data-data ilmu, kekayaan budaya, hikmah kehidupan, strategi sejarah dan apapun saja. Mas Warno pasti tidak tahan hati untuk tidak menuliskan kembali semua buku-buku Ilmu, Ajaran, Kawaskitan Masa Depan, petunjuk-petunjuk rahasia buat anak cucu, serta segala macam yang diperlukan sekarang ini oleh kita semua yang tenggelam di Peradaban Racun yang luar biasa dahsyat.

Kumpulan Tulisan Emha Ainun NadjibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang