1
Salah satu anugerah Allah SWT yang membuat aku merasa memperoleh keberuntungan tiada taranya dalam hidup ini ialah sekilas turut menyaksikan hari-hari terpenting dan yang begitu dahsyat dari Reformasi Mei 1998 Republik Indonesia.
Ternyata tidak harus menjadi tokoh, apalagi tokoh penting, terlebih lagi tokoh penting bertaraf nasional: untuk mungkin mendapatkan keberuntungan besar seperti itu. Bahkan untuk beruntung seperti yang aku alami benar-benar tidak harus pintar sebagaimana kaum cendekiawan. Tidak harus berprestasi para kreator sejarah. Tidak harus penuh kejujuran dan bermoral tinggi sebagaimana para politisi. Tidak harus menjadi manusia penuh keteladanan sebagaimana para wakil rakyat. Tidak harus punya reputasi-reputasi monumental dan berkaliber internasional sebagaimana para Presiden kita. Tidak harus cerdas dan jagoan ilmu sosial sebagaimana para Ulama. Bahkan sama sekali tidak harus terlebih dahulu menjadi orang istimewa, alim saleh sebagaimana para artis dan selebritis.
Aku mengalami langsung dengan mata kepala dan jiwa ragaku sendiri bahwa tidak dengan memenuhi persyaratan-persyaratan berat seperti itu, aku bisa memperoleh keberuntungan sejarah yang hanya sangat sedikit orang lain yang memperolehnya di seluruh muka bumi.
Memang tidak mudah menggambarkan apa yang aku maksud. Mungkin pakai perumpamaan umum sehari-hari bisa menolong: pada hari-hari akhir belasan Mei 1998 itu aku ditakdirkan Tuhan menjadi semacam "kutu" yang menempel di rambutnya seorang tokoh besar tak ada duanya yang bernama Dr. Nurcholish Madjid. Namanya juga kutu, kalau Tuannya pergi ya ikut pergi. Kalau Tuannya naik pesawat, ya turut naik pesawat, bahkan tanpa tiket.
Bukankah untuk memperoleh "tiket" untuk berada di pusat pusaran Reformasi diperlukan seabreg kualitas, kredibilitas, kapabilitas, akuntabilitas, prestasi, reputasi dan berbagai kriteria lain belum tentu satu orang di antara sejuta orang memilikinya? Tetapi tidak bagi seekor kutu. Ya Allah, jadikan aku seekor kutu di rambut kekasih-Mu Muhammad SAW tatkala beliau memasuki gerbang surga!
2
Seekor kutu malah mungkin saja punya peluang untuk merasakan getaran atau gelombang pikiran di kepala Tuannya.
Hanya karena di tahun 1964 aku pernah diajak dolan oleh kakakku ke rumah Cak Nur di Bareng Jombang Selatan, dikasih segelas jamu oleh Ibunda beliau, lantas itu menjadi kebanggaan aku seumur hidup, bahkan menjadi tiket dalam berbagai kesempatan. Bill Gates, Steve Jobb atau Obama saja tak pernah dikasih minum jamu oleh Ibunya Cak Nur, betapa istimewanya nasib saya, dan apa istimewanya tiga orang Amerika yang aku sebut itu.
Cak Nur bahkan selalu tertawa kalau ada aku. Tak pernah beliau mengajak aku diskusi ilmiah atau kultural apa pun. Tidak sekadar karena beliau paham tak ada gunanya diskusi politik dengan kutu, juga karena sebagai kutu aku selalu berikhtiar agar tak bikin gatal kepala beliau. Caraku menempel di kulit kepalanya atau bergelayutan di helai-helai rambutnya selalu aku upayakan agar membuat Cak Nur merasa gatal-gatal nyaman. Gatalnya tertakar dan irama kakiku terukur sedemikian rupa sehingga menggembirakan hatinya dan membuatnya selalu tertawa.
Segelas jamu itu pula yang membuat merasa terikat dan tak pernah tega kepadaku. Maka Cak Nur membiarkan aku nguping obrolannya dengan beberapa tokoh lainnya, atau terhadap terasa ada yang menguap dari ubun-ubun Cak Nur: bahwa, misalnya, potensialitas utama yang akan sangat bisa menyebabkan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan RI pada 21 Mei 1998 adalah menyangkut konteks kemauan kekuatan adikuasa internasional.
Utamanya diawali pada 1992 tatkala Soeharto bergeser haluan ideologi politiknya dari Merah Putih ke Hijau, dari Golkar ke ICMI, dari Nyi Roro Kidul ke Wali Songo. Indonesia ketika itu segera akan menjadi Macan Ekonomi Asia Pasifik, tapi sang Macan itu dilarang "pakai peci". Maka karena Soeharto mengganti blankon dengan peci, proses kejatuhannyapun diselenggarakan dengan ritme yang tertata sejak 1992 itu. Di puncaknya, akhir 1997, keyboard komputer diambil, tekan "Enter" pada lajur tertentu dari ketidakseimbangan perniagaan keuangan internasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Tulisan Emha Ainun Nadjib
RandomSebuah permenungan dari Emha Ainun Nadjib akan berbagai tema kehidupan. Menumbuhkan nuansa kemanusiaan di tengah gejala yang melunturkannya. Ini hanyalah tetes kecil, dari guyuran khasanah kehidupannya... Selamat memesrainya.