Ilmu Pengetahuan Hanya Sebilah Pisau

89 1 0
                                    

Ilmu Pengetahuan Hanya Sebilah Pisau

22.8.1985, 17.54

Ibu, orang sudah sangat terbiasa dengan kenyataan itu, sehingga kurang bisa menyadari lagi.

Namun anak-anakmu turut bertanggungjawab apabila orang mengatakan: ilmu pengetahuan semakin tinggi, manusia semakin pandai, tapi itu tak harus berarti bahwa kehidupan semakin sehat dan permai.

Aneh Bu.

Kepandaian seolah-olah merupakan suatu dosa, ketika dengan ke-makin-pandai-an itu manusia tidak dengan sendirinya mampu membengkeli kehidupan ini untuk menjadi kendaraan sejarah yang lebih nyaman bagi penumpang-penumpangnya.

Satu-satunya yang bisa meringankan tanggungjawab ialah kenyataan bahwa anak-anakmu tak semakin ikut pandai, meskipun bisa dikemukakan bahwa sikap ilmu pengetahuan yang kini makin tinggi itu terlepas atau melepaskan diri dari kewenangan soal kesehatan kehidupan masyarakat, kepermaian dan kebaikannya.

Ilmu pengetahuan hanya sebilah pisau.

Soal sehat dan baiknya kehidupan masyarakat ditentukan oleh sifat hasrat penggunaan pisau itu.

Ketika sistem pendidikan dan kampanye-kampanye pembangunan mengkinasihkan ilmu pengetahuan dan menganaktirikan asah-asih-asuh hasrat baik, sejarah pasti dipermalukan oleh ironi antara megahnya ilmu pengetahuan dengan busuknya bau borok kehidupan.

Lebih ironis lagi apabila ilmu pengetahuan hanya mampu menjumpai dirinya di dalam simbola-simbola formal, sekolahan, buku-buku, perpustakaan, isyarat-isyarat sosial budaya yang disebut intelektual.

Dunia intelektual bisa hanya menjadi bahasa perdewaan modern, yang memonopoli kasta keilmuan, dan oleh karena itu ia memiskinkan dirinya sendiri.

Dunia keilmuan bisa menjadi minyak bagi air melimpah pengetahuan yang dikandung oleh hasrat dan kerja baik kemasyarakatan.

Jarak antara minyak dan air tidak hanya merupakan jarak antara teori dan praktek, antara kata dan realitas, antara meja dan medan, antara pembayangan dan lapangan; tapi ia juga bisa menawarkan suatu sosok sejarah yang sama sekali berbeda dengan yang dicita-citakan, ketika pisau ilmu pengetahuan yang amat tajam itu tergenggam di tangan hasrat tak baik kemanusiaan.

Anak-anak Ibu berlindung kepada Allah dari ‘ilmun la yanfa’.

Dari ilmu tak bermanfaat.

Apalagi dari ilmu yang dimudlaratkan, pisau yang ditikamkan.

#IBU, TAMPARLAH MULUT ANAKMU

#ZAITUNA

Kumpulan Tulisan Emha Ainun NadjibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang