My Protective Husband

22

Vishaka ;

Aku terbangun tampa ada suamiku disisiku, kemana dia? dia sudah berjanji tidak meninggalkan ku saat aku tidur.

Apa dia marah dengan kejadian semalam, dia terlihat tenang pagi ini tapi aku tau jika dia pasti sangat marah dengan kejadian semalam.

Ketika aku sedang memikirkan kemana suamiku pergi dan kemungkinan kemungkinan buruk dipikiranku aku dikagetkan dengan suara pintu yang tiba tiba terbuka.

Saat aku melihat kearah pintu ternyata itu suamiku, dia membawa cangkir di tangannya, dia menghampiriku dengan senyuman yang tidak pernah pudar.

"Kau sudah bangun Baby?"

"Belum aku masih tertidur. Dari mana kau? Kakak sudah janji tidak akan meninggalkan aku" aku cemberut sambil melipat kedua tanganku.

"Baby aku pergi kedapur untuk membuatkan coklah panas untuk mu" dia memberikan cangkir yang dia bawa.

Coklat panas kesukaanku, dia selalu tau apa yang aku butuhkan, aku sangat beruntung memiliki suami yang sangat pengertian.

"Apa masih terasa sakit Baby?" aku melihatnya dengan kerutan didahi ku.

Dia melirikan matanya kearea bawah tubuhku, saat aku mengikuti arah pandang matanya aku tau apa yang dia maksud.

"Sudah tidak sesakit tadi" aku merasakan kedua pipiku memanas, pasti pipiku sudah memerah saat ini.

"Kalo begitu kita bisa ulangi permainan semalam" dia berbisik tepat di telingaku, itu membuat bulu kuduk ku berdiri seketika.

"Tidak jangan sekarang Kak itu masih terasa sakit" aku mencubit pinggangnya karna aku sangat kesal dengannya.

Badanku masih terasa remuk dan bagian bawahku masih terasa perih. Aku tidak ingin merasakan sakit lebih dari ini karna ulahnya.

Aku mengingat kejadian semalam setelah Kak Christian menceritakannya pada ku.

Semalam dia tidak membiarkan aku beristirahat sampai dia benar benar puas, sepertinya suamiku ini pria yang memiliki nafsu besar.

Aku jadi bertanya tanya apa sebelum denganku dia melakukannya dengan wanita lain.

"Hey kau melamun Baby, ada apa?" Dia menyentuh kedua tanganku penuh sayang.

Dia tidak pernah marah atau membentak ku. Aku rasa dia sangat menyayangi ku.

"Tidak Kak, aku berfikir apa kita akan memiliki bayi" wajahnya yang tadi terlihat khawatir berubah menjadi senyuman tulus.

"Entahlah tapi kupastikan kita akan mendapatkannya, aku ingin kau melahirkan banyak anak untuk ku" ada binar kebahagiaan dimatanya saat kami membahas mengenai anak.

"Memang kenapa? kurasa dua sudah cukup" ya dua anak lebih baik, laki dan perempuan.

"Tidak Baby aku menginginkan lebih dari itu" dia menunjukan wajah cemberut dan memajukan bibirnya. Oh manisnya suamiku ini.

"Kenapa begitu?" aku ingin tau alasannya, seorang Chistian Emeraldy yang sangat ditakuti dan dingin menginginkan banyak anak.

"Aku adalah anak tunggal dan itu sangat buruk, aku ingin memiliki adik tapi Mami tidak bisa memberikannya. Aku suka mendengar para karyawanku dikantor menceritakan kelucuan anak mereka dan kebahagiaan saat mendengar istrinya hamil dan akan menjadi seorang ayah. Aku ingin rumah kita ramai dengan banyaknya anak anak dan kebahagiaannya."

Ternyata seorang Christian Emeraldy adalah pria yang menyukai anak kecil, dari ceritanya aku tau sebenarnya dia adalah laki laki yang penyayang.

"Baiklah aku terima berapapun yang diberikan oleh Tuhan entah itu satu, dua, tiga, atau seterusnya" setelah mendengar jawaban dari ku dia tersenyum lebar dan langsung memeluk ku.

"Terimakasih Baby" suamiku memang pria yang sangat manis.

Kami baru mengenal dua bulan tapi rasanya aku sudah mengenalnya bertahun tahun.

......

Sudah seminggu semenjak kejadian malam itu aku tidak pernah lagi melihat keberadaan Deon.

Kak Christian bilang kalau dia sudah memberikan pelajaran pada Deon agar dia tidak lagi mengganggu ku.

Selama seminggu ini aku dan Kak Christian menjalankan rutinitas layahnya seorang suami istri sungguhan.

Hampis setiap malam dia tidak membiarkan aku tidur dengan nyenyak dan sedah satu minggu ini kami selalu tidur disaat matahari akan bersinar.

Tapi entah kenapa aku tidak melihat raut kelelahan di wajahnya. Bahkan senyumnya tidak pernah memudar sedikitpun.

...

Sabtu, 10 November 2018
Pukul : 22.33