57

46.4K 1.1K 11
                                    

Ini bonus buat permintaan maaf nya ;)

.
.
.

Vishaka ;

Tampa terasa mobil yang kami tumpangi sudah memasuki area rumah sakit. Aku dan Vander turun didepan Lobby rumah sakit.

Kami berjalan menuju resepsionis untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu. Sebelum pergi kerumah sakit aku sudah menghubungi pihak rumah sakit untuk membuat janji dengan dokter yang akan memeriksaku.

Setelah melakukan konfirmasi aku dan Vander menuju ruang dokter. Tepat sebelum aku memasuki ruang dokter dari kejauhan aku mendengar suara Kak Christian yang memanggilku dari kejauhan.

"Haa.. A..akhir..nya a..ku sam..pai. A..apa ka..u su..dah me..ne..mui dok..ter Vi..shaka" Kak Christian sampai dihadapanku dengan nafas yang terputus putus dan butiran keringat didahinya.

"Aku baru saja ingin masuk. Apa kau berlari Kak?" Kuusap dahinya dengan selembar tisu yang selalu aku bawa di dalam tas.

"Ya aku tidak ingin melewatkan hari ini" senyunya langsung timbul diwajah tampannya. senyum yang dapat membuat siapapun terhipnotis karnanya.

Aku, Vander, dan Kak Christian masuk kedalam ruangan yang didominasikan warna putih dan beraroma obat obatan.

"Hey sweety kau akhirnya sampai aku sudah menunggumu daritadi" kami disambut oleh sapaan pria yang tak lain adalah Cody.

Cody merupakan dokter spesialis kandungan dirumah sakit ini. Dia baru bekerja dirumah sakit ini beberapa minggu lalu dan semenjak saat itu dia menjadi dokter kandunganku.

Dulu ketika aku mengandung Vander dia juga yang membantuku dari awal kehamilan hingga aku melahirkan.

"Megapa dia ada disini Vishaka?" Kak Christian langsung bertanya sepertinya dia sangat tidak menyukai Cody.

"Hey bro seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ikut kesini?" mereka berdua memancarkan aura permusuhan yang sangat kuat juga tatapan mata yang sangat tajam satu sama lain.

"Hey kenapa kalian jadi berkelahi. Kak Christian, Cody adalah dokter kandunganku saat ini dan Cody jangan memulai perdebatan ini" Aku melihat raut wajah tidak enak dipandang dari keduanya.

Sepertinya mereka tidak akan pernah bisa dekat. Aku hanya dapat menghembuskan nafas berat melihat tingkah mereka, seperti anak anak yang memperebutkan mainan mereka. Memangnya mereka pikir aku ini mainan yang pantas mereka rebutkan.

....

Setelah melewati perdebatan yang panjang akhirnya Kak Christian mengalah karna rengekan Vander yang ingin secepatnya melihat adik bayinya.

Pandangan Kak Christian tidak pernah lepas dari layar monitor hitam putih yang memperlihatkan janin dalam kandunganku. Matanya terlihat berkaca kaca walau aku tau dia tidak akan mengerti dengan gambar yang ditampilkan dilayar.

"Mom mengapa adik bayi masih terlihat hitam putih" aku dan Kak Christian hanya tertawa mendengar jawaban dari putra kecil kami.

"Kenapa kalian teltawa" kedua tangan mungilnya dilipat didepan dadanya dengan raut wajah yang cemberut.

"Sabarlah sayang nanti setelah adik bayi lahir kau baru bisa melihat dan bermain dengannya" hanya kata kata itu yang bisa aku ucapkan.

Saat pandanganku mengarah kepada Kak Christian terlihat senyuman dan pancaran kebahagiaan diwajahnya.

Aku sangat bersyukur saat ini karna kami dapat berkumpul. Aku sangat tidak sabar menunggu kelahiran Baby Twins dan melihat raut wajah bahagia dari Kak Cristian dan Vander.

Aku sengaja tidak memberitau jika kami akan mendapat dua orang bayi. Ini akan menjadi hadiah untuknya.

.....

Kamis, 30 Mei 2019
Pukul: 21.54

My Protective HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang