49

47.9K 1.3K 41
                                    

Karna saat ini aku sedang baik hati dan semua tugas minggu ini udah selesai jadi aku kasih satu update cerita lagi :)

.
.
.

Info: Jangan lupa sediain tisu didekat kalian ;)

.
.
.

Chrisrian :

Aku berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat Vander. Sudah 1 jam aku berusaha menenagkan diri di taman rumah sakit.

Dari jauh aku melihat kedua orang tuaku dan Vishaka keluar dari ruang itu. Aku menghampiri mereka.

"Tian kau masih disini?" Mami melihatku dengan sangat khawatir.

"Ya. Aku dari taman"

"Masuklah Christian kau pasti ingin melihat keadaan Vander. Vishaka juga ada didalam" Mama memberikan senyuman yang terlihat sangat tulus mirip seperti milik Vishaka.

Aku hanya menganggukan kepalaku dan membuka pintu kamar rawat Vander.

Didalam ruang ini aku melihat Vishaka yang duduk dikursi roda didampingi oleh pria itu. Kenapa dia selalu ada disamping Vishaka.

Mereka melihat kearahku. Aku melihat Vishaka terseyum kearahku.

"Cody bisa kau tinggalkan kami sebentar" ya kau harus pergi dari sini, kau sangat mengganggu. Suara hatiku meneriaki pria pengganggu itu. Dia menjadi penghalang aku dan Vishaka saat ini.

"Baiklah sweety aku akan pulang sebentar untuk mengambil baju ganti untuk mu dan Vander" sial dia mencium kening wanitaku. Tidak ada yang boleh mencium Vishaka selain aku.

"Hey" aku berusaha memecahkan keheningan setelah pria itu pergi.

"Hey" Vishaka kembali memperlihatkan senyumannya kepadaku.

"Maaf aku membuat penerbangan Kakak tertunda" dia terlihat sangat bersalah dengan hal itu.

"Tidak masalah" aku berusaha menormalkan nada suaraku.

"Terimakasih" satu tetes kriatal bening keluar dari sudut matanya, hal itu membuat aku merasa bersalah entah karna apa.

"Untuk apa?" sial apa apaan aku ini. Seharusnya aku merangkulnya.

"Karna Kakak mau menolongku dan Vander" suaranya terdengar sangat serak. mungkin sebentar lagi akan ada hujan yang sangat deras dari kedua mata indahnya.

"Namanya Vander. Dia putraku" Vishaka mencoba mengenalkan Vander kepadaku.

"Aku tau" bukan itu yang aku inginkan Vishaka. Aku ingin kau bercerita lebih jauh lagi.

"Apa yang mau Kakak tanyakan?"

"Semua" aku ingin mengetahui semuanya. Siapa Vander? Siapa pria tadi? Kenapa golongan darahku dan Vander sama? Kenapa Vishaka bisa memiliki Vander? Semuanya aku ingin tau semuanya yang berkaitan dengan Vishaka dan Vander.

"Vander putraku, dia putra kandungku, tapi lihat dia tidak mirip denganku sedikitpun. Vander sangat merip dengan Kakak padahal aku yang mengandung adan melahirkannya. Aku melahirkan Vander 8 bulan setelah aku memutustan pergi dari Mansion yang kita tempati" apa apaan ini.

"Apa maksudmu?" Dia membuat aku semakin bingung.

"Aku sedang mengandung saat aku pergi. Malam ketika kakak pulang dengan kondisi yang sangat kacau, saat itu aku sedang menyiapkan suatuh kejutan untukmu dan memberitahu jika aku sedang mengandung, tapi semua yang aku siapkan gagal. Kau tau Kak aku sangat hancur saat itu. Suami yang aku cintai, ayah dari calon anakku telah menghamili wanita yang dia cintai" dia menjeda ceritanya dan mengusap air yang turun dari kedua matanya.

"Aku memutuskan pergi karna aku tau kau mencintainya. Sedangkan aku, kau hanya menyanyangiku, kau tidak pernah mengungkapkan jika kau mencintaiku maka dari itu aku memutuskan pergi darimu. Aku pergi ke Negara lain untuk bekerja dan melahirkan putraku seorang diri. Hanya dia harta berharga yang aku miliki saat itu. Aku bertahan dan bekerja keras saat itu demi anak yang sedang ku kandung. Kelahiran Vander membuat rasa sakit dihatiku sedikit demi sedikit berkurang. Aku tidak lagi memikirkanmu dan menangis setelah Vander lahir. Semua pikiran dan perasaanku tertuju pada Vander, yang aku pikirkan cara untuk membahagiakannya. Vander tumbuh dari bayi lucu menjadi balita yang aktif. Belajar merangkak, duduk, berjalan, berlari, berbicara dan banyak hal" aku melihat Vishaka menarik nafas sejenak. Aku hanya diam mendengar semua ceritanya.

"Vander selalu menanyakan banyak hal, dia selalu ingin tau tentang apapun dan pada akhirnya dia menanyakan seseorang yang perlahan sudah terkubur dalam hatiku. Kau tau Kak apa yang iya tanyakan?" aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.

"Vander bertanya Mom dimana Dad, mengapa Dad tidak tinggal bersama kita, apa aku nakal, apa Dad tidak mencintaiku. Di saat dia selalu menanyakan banyak hal tentangmu aku tau jika Vander sangat membutuhkanmu. Aku menanyakan keadaanmu melalui Grandpa, banyak hal yang aku ketahui tentang mu darinya. Aku berusaha memaafkan mu dan mencoba kembali maka dari itu aku bekerja di perusahaanmu. Berbulan bulan aku bekerja dan pada akhirnya kita bertemu. Hubungan kita menjadi membaik sedikit demi sedikit. Aku memiliki harapan yang sangat besar mengenai hubungan kita saat itu namun kecelakaan itu membuat semuanya memburuk. Aku sengaja tidak memberitaumu karna aku ingin kau bertemu dengan Vander terlebih dahulu. Aku berniat mengenalkanmu dan Vander saat dia berulangtahun yang ke 4. Tapi sayang setelah kau mengetahui keadaanmu dan semuanya berakhir. Aku sudah mencoba agar bisa berbicara dengan mu tapi kau tidak pernah mendengarkannya" Air mataku keluar dengan sendirinya. Dadaku terasa sesak mendengar ceritanya.

"Kau tau Kak tanggal dan bulan kelahiran Vander kapan?" aku kembali menggelengka  kepalaku menjawab pertanyaannya.

"14 Maret. Tanggal dan bulan yang sama dengan tanggal dan bulan dimana kita resmi bercerai" lututku terasa sangat lemas mendengar hal itu aku jatuh terduduk didepan kursi roda Vishaka.

Hancur. Sungguh hancur hatiku. Mungkin jika bisa dilihat hatiku sudah hancur berkeping keping.

"Saat aku pulang dari persidangan itu aku melihat Vander duduk diteras rumah. Dia tersenyum kearahku. Dia bertanya Mom kenapa Mom pulang sendiri? Mom bilang akan membawa Daddy pulang saat aku berulangtahun. Apa Dad masih sibuk? Sakit Kak rasanya aku melihat dan mendengar pertanyaan Vander saat itu" Aku langsung memeluk tubuh Vishaka dengan erat dan mengucapkan beribu kali kata maaf.

"Ku mohon maafkan aku Vishaka. Maaf. Maaf. Maaf" Kami menangis sambil berpelukan.

"Kak" suaranya terdengar bergetar dan serak.

"Ya" aku menjawab panggilannya tampa melepaskan pelukanku.

"A.. Aku hamil" aku langsung melepaskan pelukanku dan melihat kearah matanya untuk mencari kebenaran dari ucapannya.

"Apa kau bilang?" Vishaka meletakan tangan kananku diatas permukaan perutnya yang baru aku sadari terlihat membuncit.

"Kau ingat saat aku telat ketika rapat dan kau memarahiku?"

"Ya"

"Aku telat karna aku dipaksa Vander pergi kerumah sakit. Sudah satu minggu aku tidak enak badan dan saat itu aku tau jika aku sedang mengandung. Usianya 14 minggu saat ini" Entah aku harus senang atau sedih saat mendengar jika Vishaka hamil itu berarti saat aku kecelakaan Vishaka sedang mengandung.

Oh Tuhan apa yang aku lakukan. Aku menelantari anak dan menceraikan istriku yang sedang mengandung.

Rasanya aku ini semua ini hanya mimpi dan terbangun saat hari pernilahan kita berlangsung.

......

Minggu, 31 Maret 2019
Pukul : 22.48

My Protective HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang