6.suka?

22.1K 859 6
                                    


"Sekarang kita cari makan bunda ku sudah ada di rumah mu, dan orang tua mu berpesan agar aku menjaga calon istriku ini".
Rahman yang berbicara seketika Ana menatap pada nya dan Rahman mengeluarkan senyum manisnya yang membuat Ana malu sekaligus jantungnya berdebar hebat.

"Heyy pak kenapa senang sekali berkata manis?".

"Kenapa memangnya? Kamu senangkan pipi mu merah".

"TIDAK, bapak PeDe sekali aku biasa saja".
Ana memalingkan wajahnya.

"Tidak usah berbohong aku tau kamu menyukaiku kan ?".

"Bapak ini kenapa sebenarnya pesan saja makanan daripada menggoda ku seperti ini".

"Baiklah calon istriku yang pemarah ini".

"Stop.. Pak jangan berkata seperti itu lagi , dosa pak buat anak orang baper!!"

"Oke kamu ngaku kan kalo baper, tenang aja bakal aku nikahin nanti pulang langsung nikahan aja biar aku gak dosa lagi".

"Dasar aneh".
Ana merasa sangat gugup tapi ia berusaha biasa biasa saja.

Rahman pun memesan makanan untuk mereka dan ketika menunggu makanan mereka tetap saja diam diaman. Acara makan mereka pun selesai , mereka pergi ke rumah Ana.

"Ayo naik katanya gak sabar mau di halalin".

"Bapak ini sudah gak waras ya".

"Tapi kamu suka kan?".

"Enggak".

"Bohong".

"Sok tau".

"Emang tau".

"Udah ahh bapak nyebelin".

Mereka pun sampai di rumah Ana.

"Assalammualaikum".
Ucap mereka berdua.

" waalaikumussalam warrahmatullah eh sudah sampai sudah makankan tadi untung udah sampek rumah mamah khawatir hujannya lebat banget".

"Gausah khawatir im, kan ada calon suaminya".

" Oh iya jadi gini kalian nikah nya setelah Ana ujian nasional ya".
Ucap hasan pada mereka berdua.

"Sekarang aja om, tadi katanya Ana pengen cepet di halalin".

" Hah..?? Bapak ini gila ya aku gak ngomong gitu lagian kalo aku nikah sekarang pasti aku di keluarin dari sekolah".

"Gak akan kamu di keluarin, sekarang bunda telfon penggulu kita nikahan sekarang".

" Alhamdulilah ya is kita secepat ini jadi besan".

Akhirnya keluarga mereka memanggil penghulu dan acara ijab qobul mereka hanya seadanya Rahman yang masih memakai jas dan Ana yang memakai kebaya milik mamahnya. Acara mereka hanya dihadiri kedua keluarga saja karena mereka khawatir kalau tetangga nya tau karena Ana bisa terancam di keluarkan dari sekolah.

"Nak, surgamu sudah berpindah di suamimu jangan kamu membantah perintahnya jadilah istri yang sholihah dan ibu yang baik untuk anakmu".
Ucap ayahnya Ana membuat mamahnya dan Ana menangis.

"Kakak, dedek boleh sering main ke rumah kakak kan?".
Tanya adiknya Ana dengan wajah polos.

"Mainlah dek sesukamu ketika kakak udah lulus ya".

"Sayang kamu sudah jadi anakku anggaplah aku ibumu sendiri".
Giliran bundanya Rahman yang berbicara.

"Iya bun".

"Bun ayoh kita pulang dan bawa menantu mu ke istana kita".

"Nak, sejak kapan kamu menjadi penggoda sudah hilang rupanya sikap dinginmu itu".
Semua yang ada di ruangan terkekeh mendengar bunda nya Rahman.

**

Mereka pun pergi ke rumah Rahman, Ana tidak membawa banyak baju ia hanya membawa 2 baju saja karena Rahman melarangnya.

Mereka pun tiba di rumah Rahman yang sederhana namun terlihat sangat mewah.

"Sayang sekarang ini rumahmu".

"Iya bun, aku mau mandi dulu dimana kamarku aku ingin menaruy bajuku".

"Sini aku antarkan".
Rahman yang langsung saja menggandeng Ana naik ke kamarnya.

"Pak, kenapa gandeng gandeng saya sih".

" kita sudah halal dek, aku suamimu, bukankah kau ingat baru satu jam yang lalu aku melangsungkan ijab qobul dan mencium kepala mu".

"Maafkan aku pak".
Ana dengan perasaan bersalah memegang tangan Rahman.

"Sudahlah saya maafkan jangan panggil pak lagi aku sudah suamimu kita tidak sedang di kantor.
Rahman berkata tanpa menatap Ana.

"Iii..ya mas".
Nada bicara Ana yang terlihat sesenggukan membuat Rahman langsung menoleh kearahnya dan memegang wajahnya sambil menatap istrinya tersebut.

"Maafkan aku sayang aku tak bermaksud melukaimu, baru saja belum sehari aku sudah membuatmu sedih."
Rahman yang mengelap air mata istrinya.

"Sudahlah maafkan aku, aku yang belum mampu jadi istri yang baik untukmu".
Ana memegang tangan Rahman sambil menatapnya.

"Sudah ya marahnya jangan lagi ada air mata kesedihan di matamu aku gak akan sanggup untuk merasakan kepedihan itu".

"Sudah gausah drama deh".
Perkataan ana membuat mereka berdua terkekeh tertawa.

"Sudah sana mandi nanti keburu magrib , mas mau ke mushola".

"Aku ikut ya".

"Kamu di rumah saja sholatnya, perempuan lebih dianjurkan untuk sholat di rumah sayang".

"Iya aku nurut mas,".

"Jangan lupa setelah sholat baca Al Quran".

Ana pun sekarang ia mandi dan setelah selesai Rahman pun bergiliran untuk mandi suasana mereka masih terasa canggung tapi Rahman terkadang dengan sifat anehnya ia bisa menggoda istrinya, tapi kadang ia juga bersikap dingin.

"Assalammualaikum".
Rahman yang pulang dari mushola.

" waalaikumussalam warrahmatullah nak".

"Mana Ana bun?".

"Dia di dalam kamar bunda dengar dia lagi baca Al Quran".

"Yaudah Rahman naik dulu bun".

"Iya iya pengantin baru".

Rahman yang menghiraukan perkataan bundanya ia langsung menaiki tangga dan masuk ke kamar, tak ia sangka suara istrinya tersebut terdengar merdu saat membaca surah An Nisa.

"Assalammualaikum"

"Waalaikumussalam warrahmatullah".
Ana mengakhiri mengaji nya tersebut dan menaruh Quran nya sambil melepas mukena nya.

"Besok kamu bareng saya, sekarang saya akan ke ruang kerja kalo ada apa apa bisa panggil saya disana".

"Iya mas".
Ia tak menyangka suaminya itu bisa memiliki sikap dingin, ia merasa sedih dengan sikap suaminya yang tiba tiba cuek, ia memikirkan salahnya apa pada suaminya. Ia hanya berbaring di kasur sambil memikirkan sampai ia tertidur pulas. Ana bangun tepat jam 03.00 tapi ia tak menemukan Rahman di kamar. Ia mencari ke ruang kerja nya Rahman.

"Mas?".

Ana menemukan sesuatu di samping kepala Rahman yang sekarang tersandar di meja dengan tertidur pulas ia merasa sedih.

Hayooo apa yaa ? Jangan jangan

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang