26. Hidup atau Mati ?

12.4K 428 12
                                    

Ana PoV

Kulihat hanya cahaya putih di mataku. Entah aku masih hidup atau tidak. Aku ingin sekali bertemu mas  Rahman sebelum aku meninggalkan nya. Sungguh sedih rasanya.

Aku melihat bayangan saat kami bersama dan rasanya badanku remuk sakit semua. Ingin ku dipeluknya untuk meredam sakit di badanku ini.

"Tidakkkkk mas.. jangan". Aku terbangun melihat ada bunda dan mama. "Aku dimana ma? Mas Rahman dimana bun?".

Tidak ada jawaban mereka hanya mengelus tangan ku dan kepalaku.

"Jawab bun". Kutanya dengan lirih dengan penuh kecemasan.

"Sudah sayang kamu harus sembuh dulu". Ucap bunda menenangkanku.

"Gamau ma... jawab ma huaaa hiks hiks... jawab ma ku mohon". Aku menangis dengan sesenggukan.

"Rahman belum ditemukan sayang kamu yang sabar ya doain terus ya". Jawab mama membuatku mensngis semakin kencang dan tidak tau lagi bagaimana kondisi ku sekarang.

Author PoV

Ana langsung pingsan setelah mendengar jawaban mamanya. Hatinya sakit dan jiwanya terpukul. Bahkan ia tak pernah membayangkan hingga kehilangan orang yang paling dicintainya.

Sedangkan Rahma menangis di rumah sakit karena kehilangan Rahman.

Ana ditemukan di dalam mobil luka parah tangan kaki nya patah tulang. Wajahnya penuh luka dan darah di bebatuan sungai di bawah tebing. Sedangkan Rahman entah kemana tak ada sama sekali.

Orang tua mereka terkejud mendengar kabar buruk anaknya. Kini hanya doa yang mampu menyelamatkan Rahman. Dan entah bagaimana kehidupan Ana setelah ini. Apakah ia kuat menghadapi ujian ini.

Mungkin ini ujian terberat yang harus ia lalui. Baru hitungan bulan menikah dan kini akan menjadi janda. Bahkan sangat mengerikan. Baru saja mencinta tapi sudah kehilangan. Kadang dunia selucu itu. Kita dipermainkan oleh skenario takdir.

***

Rio Pov.

Akhirnya hari yang kutunggu datang juga. Untung saja laki laki itu sudah hilang. Dan Ana kenapa harus luka berat. Aku takut kehilangannya, sekalipun ia mati tak mengapa.

"Jika aku tak mendapatkan Ana tidak ada seorang pun yang bisa mendapatkannya. Lebih baik dia mati saja". Ucapku bahagia di dalam kamar.

"Hahahahhaa". Ini memang hari yang baik untuk merayakan.

Suara handphone ku berbunyi.

"Ya apa?".

"Ana sedang kritis ".

"Biarkan saja yang penting mereka terpisah".

"Apakah kami perlu mencari laki laki itu?".

"Tidak usah tinggalkan jejak kalian dari sana".

Aku sudah tak peduli dengan Ana maupun laki laki itu. Yang terpenting tujuan ku tercapai. Salah siapa ber main main denganku.

****

Dilain sisi kini sudah 3 hari Ana tidak bangun dari koma nya. Setelah mendengar kabar buruk itu ia sangat kacau dan dinyatakan koma. Keluarga begitu sedih karena Rahman belum ketemu Ana pun tak kunjung sadar.

"Bun ikhlasin mas Rahman ya". Ucap Rahma menguatkan bundanya yang sekarang di kantor polisi.

"Kita harus usaha nak". Jawab nya.

"Kita sudah usaha bun. Kita serahkan pada Allah pemilik segalanya, biar Allah yang memberi jawaban". Kata kata Rahma menenangkan bundanya.

"Iya nak astaghfirullah".

Sedangkan kini mama Ana dan adiknya menunggunya di rumah sakit melihat begitu menyedihkan kondisinya. Wajah yang pucat dibantu alat bernafas dan juga infus yang masih menancap di tangannya. Perban yang ada di kepala di tangan dan kakinya.

Sangat menyedihkan rasanya fisiknya hancur hatinya pun hancur. Untung saja ia masih koma. Setidaknya ia tidak akan menangis karena kesedihan ini berlarut larut.

"Mas Rahman.. mas ". Ucap Ana lirih masih memejamkan matanya.

"Kakak... ini aku kan Ina".
"Mah.. kakak bangun". Ucap Ina untuk memanggil mamahnya.

"Sayang ini mama. Buka matamu sayang".

Tidak ada jawaban dari Ana hanya wajah yang menyedihkan darinya.

Sudah dulu ya lagi belum dapat inspirasi hehe

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang