12. hujan penyimpan kenangan.

15.9K 616 4
                                    

Ting.. Bunyi handphone Ana berbunyi yang menampilkan notif dari Rahman.

Pangeran ku❤ : ayo cepetan aku tunggu di parkiran depan gerbang.

Aku : iya ini masih jalan.

Ana pun tiba di depan gerbang. Ia mencari mobil suaminya di tengah keramaian mobil yang berlalu lalang. Ya seperti itulah kota bandung kota yang sama seperti jakarta.

Tinn tinn.
"Astaghfirullah mas, ngagetin aja".

" habis kamu lama banget sih".

"Tadi kan masih beres beres dulu sabar dulu ".

" yaudah ayo naik".
Ana menaiki mobil dan duduk di depan , Rahman memasangkan safety belt pada Ana.

"Mas kita makan dimana?".

" kamu pengennya dimana ?".

"Aku ikut suami aja".

" baik bidadari surga ku ayo kita cari makan ayam bakar ya".

"Okelah pangeran surgaku".
Mereka berdua terkekeh tertawa bersama.

Kini langit mulai menampakkan kegelisahannya , dengan bunyi petir yang tak begitu keras. Hujan rintik rintik yang semakin lama semakin deras mengingatkan kenangan saat mereka akan menikah.

" mas kamu ingat gak , kita pernah kehujanan dan pulangnya kamu langsung nikahin aku".

"Iya ingat lah. Itu kan 2 minggu lalu".
" kenapa? rindu ya di godain".

"Enggak tuh biasa aja".
Ucap Ana datar.

" kamu tau sayang hujan itu penuh dengan Rizki dan keberkahan tapi kita manusia hanya menganggap sebagai penyimpan kenangan".

"Iya mas, entah kenapa hujan selalu menjadi memori pengingat momen yang berharga".

" berdoalah semoga kita mendapat keberkahan. Siapa tau di kasih anak yang lucu". Ucap Rahman sambil tersenyum .

"Haa? Ap...ap...apa mas?". Ana kaget mendengar Rahman dan menatapnya Rahman hanya tersenyum seakan tidak punya salah. Memang sih gak salah tapi mnurut aku juga gak benar aku kan masih sekolah masak iya udah hamil nanti kalo ambil ijazah.

" calon anak kita umi ku". Ucap Rahman menggoda.

"Apa sih mas, nyebelin deh . aku aja masih mau ujian kok".

" emang kenapa kalo rezekinya sekarang ya ga baik ditunda sayang "

"Terserah deh, ".

" umi ngambek nih". Rahman mencubit pipi Ana sontak Ana kesakitan dan menampilkan bibir manyun.

"Kamu tuh nyebelin sakit taukkk ".

" aduhhh maaf ya sayang". Rahman mencium kening Ana padahal mereka saat ini masih dalam mobil dan merasakan momen di tengah hujan.

"Mas kamu tau ?". Belum sempat melanjutkan kata katanya Rahman menyela istrinya " ya gak tau lah". Sontak saja Ana memanyunkan bibirnya. "Makanya dengerin kebiasaan deh". Rahman tertawa melihat ekspresi kesal istrinya.

" iya iya sayang gimana?".

"Nggak jadi ah udah lupa gak mood".

" gitu aja ngambek yaudah ayok kita beli ayam bakar dibawa pulang aja ya nanti kemaleman kasian bunda nungguin".

"Iya mas aku ngikut aja lah".

" istri yang baik ". Rahman yang berhenti memakirkan mobilnya di pinggir jalan ia langsung mencium kening istrinya. " ini uangnya sayang beli ayam nya 3 ya". Rahman memberikan uang seratus ribuan 2 lembar. "Iya mas".

Cukup lama Rahman menunggu istrinya keluar dari tempat makan itu, ya sekitar 45 menit. Sampai sampai ia tertidur di dalam mobil karena memang ia sangat lelah sekali. Ana yang akan masuk mobil menyadari suaminya tertidur ia pun tersenyum simpul dan membangunkannya.

" mas bangun ayok pulang".

"Astaghfirullah sayang aku tidur ya?". Ana yang mendengar ia pun tertawa. " ya iyalah emang tadi apa? Jalan jalan gitu". Ana menggoda suaminya itu yang membuat Rahman tertawa.

"Udah ayok mas pulang".

" iya iya ".

Tak lama hanya butuh 30 menit untuk sampai di rumah. Tepat jam 16.00 mereka sampai. Ana pun meletakkan ayam bakarnya di tempat makan dan langsung bergegas untuk mandi.

" mas aku mau mandi duluan". Pamit ina saat di kamar. "Aku dulu dek, kamu di bawah aja". Rahman yang mengambil handuk akan memasuki kamar mandi. " eitttsssss gak bisa mas aja di bawah pokoknya aku mau mandi". Rahman pun yang merasa lebih tua mengalah pada istrinya daripada mendengar omelan istrinya.
"Iya iya mas ngalah sama kamu". Rahman pun turun ke bawah untuk mandi.

Di bawah bunda Rahman melihat bungkusan dan mulai mengeluarkan. Ketika di buka itu ayam bakar maka bundanya menata di meja makan dan membuatkan teh hangat karena tau kalau hujan gak berhenti berhenti dan mereka pun sudah pasti kedinginan.

Di kamar ana dan Rahman pun sudah selesai dengan mandi nya mereka melaksanakan sholat asar berjamaah. Tak lupa Ana setelah selesai mulai menguncir rambutnya dan memakai gamis serta jilbab syar i nya yang ada dalam koleksi lemari nya. Rahman pun sudah turun dan ada di meja makan. Tak lama ana pun turun dan mulai ke meja makan. Mereka pun mulai melaksanakan makan bersama.

Pendek nih lagi gak mood :(

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang