29. semangat baru

10.2K 438 24
                                    

Memulai semuanya dari nol memang sulit namun terperangkap permainan takdir bukanlah pilihan yang bagus.

Ana PoV

Alhamdulilah kini aku sudah lulus dan mendapatkan nilai yang bagus. Aku bingung apakah aku harus meneruskan kuliah atau membuka usaha. Tapi mamah beri aku suport buat kuliah dan buka usaha.

Kini aku kuliah mengambil jurusan tafsir quran. Memang cita cita ku menjadi seorang pendakwah. Semoga saja ilmu yang kudapatkan akan bermanfaat bagi orang lain. Tak banyak yang tau aku telah menikah kini yang mereka tau aku seorang gadis yang menginjak dewasa. Namun kenyataannya aku seorang janda.

Status bukanlah permasalahan untukku kini aku telah bangkit. Meskipun aku sudah ikhlas aku tetap mendoakan mas Rahman agar kembali padaku entah dalam keadaan hidup ataupun tinggal jenazahnya. Aku ingin melihat untuk terakhir kali wajah yang membuat ku begitu dewasa dan kuat menjalani semua ini. Jujur aku sendiri kadang merasa tak kuat namun Allah beri aku kekuatan.

Sekarang aku membuka sebuah rumah makan dan catering di dekat rumahku. Dan yang membantuku mamah dan bunda. Aku begitu beruntung memiliki dua ibu seperti mereka.

"Assalammualaikum nak".

"Wa'alaikumussalam mamah, mamah kok udah sampek sih katanya masih mau mandi".

"Hehe biarin kan kangen anak mamah". Jawab Ima

"Makan yuk mah ini udah siap semua makanannya". Ajakku

"Mbak bumbu balado nya udah matang tolong dicoba kurang apa". Ucap karyawan Ana.

"Bentar ya mah". Pamitku

"hmm udah pas kok yaudah tolong dipersiapkan bentar lagi kita buka ya". Ucapku.

Yang ku tahu Rahma mengurus perusahaan Rahman. Bunda pun sering kesini untuk sekedar bercerita padaku. Dan adikku setia mendampingi ku di rumahku. Aku memang tak mau pergi dari rumah pemberian suamiku karena aku masih merasakan kehadirannya di rumah itu.

Dan dua sahabatku pun sudah tau soal masalahku ini. Dan mereka menjadi kekuatanku untuk tetap bertahan. Kita berkuliah di jurusan dan tempat yang sama. Mereka juga sering tidur di rumahku menemaniku.

"Halooo sayangku". Ucap Safa dari depan.

"Hihh kalian gak bilang bilang mau kesini kebiasaan deh". Aku kesal sekali mereka selalu tiba tiba nongol.

"Jadi gak suka nih? Yaudah aku pulang ah". Ucap Raya.

"Kebiasaan baperan deh dasar". Ucapku sambil menyubit Raya.

"Sakit an ya Allah kamu kok kejam sih". Rutuk Raya padaku.

"Makannya mana nih". Safa terlihat sangat tak sabaran.

"Mau makan apa emang?". Tawarku

"Apa aja yang penting gratis ahahaha". Raya tertawa.

"Dasar maunya gratisan".

Di dalam hatiku teringat terakhir kali mendengar tawa Rahman yang begitu tulus. Sungguh rindu ingin rasanya ku menangis sekencang kencangnya.

Aku memutuskan ke ruang pribadiku dan sholat dhuha.

Ya Allah ya Rabb kuatkan aku sungguh hatiku tak kuasa menahan rindu ini. Hamba sangat merindukan suami hamba ya Allah jaga dia ya Allah. Jangan kau lukai dia Ya Allah. Pertemukan kami Ya Allah. Kuatkan hati hamba yang lemah ini ya Allah.

Aku pun keluar dan membawa makanan untuk sahabatku ini. Dan ya mamah bantu bantu di dapur.

"Lama banget deh bu bos". Ledek Safa

"Ya sabar mau gratisan kan harus sabar". Jawabku.

"Ahahaha iya iya bu bos". Sambung Raya sambil tertawa.

Kami akan berangkat kuliah bersama. Karena jadwal kami jam 10 pagi.

"Mahh.. ana berangkat dulu ya assalammualaikum". Pamitku

"Iya sayang ati ati waalaikumussalam".

Kami pun berangkat naik mobilku. Dan aku sudah 1 bulan menggunakan cadar dan alhamdulilah aku istiqomah. Kurasa ini pilihan terbaikku. Dan aku merasa nyaman dengan semua ini. Aku fokus pada tujuan ku sekarang ini menjadi wanita sukses dan shalihah.

"Ehh liat Ana gak?". Tanya Rio pada sahabatku dia tak tau kalau sekarang aku memakai cadar.

Aku pun mengode teman temanku agar tak menjawab.

"Maaf sibuk ya cari sendiri aja". Jawab Safa.

Aku hanya menunduk agar Rio tak melihat mataku pasti ia akan mengenaliku.

Kami pun segera memasuki ruangan dan mengikuti kelas hari ini.

Disaat kami pulang aku tak tahu mengapa mobil itu begitu kencang dan membuatku tertabrak. Yang kurasakan badanku sakit semua.

Ketika ku buka mataku kulihat wajah seorang dokter muda yang mengobati wajahku yang tersungkur dan terasa perih.

"Tahan ya mbak. Ini udah selesai kok". Ujarnya padaku.

"Makasih ya dok". Aku pun memakai cadarku kembali.

"Oh ya mbak sebelumnya apakah mbak sudah menikah?". Tanya nya membuatku kaget.

"Sudah dok kenapa ya?".

"Gini ya mbak. Sekarang mbak sedang mengandung namun di usia yang masih terbilang muda kandungan mbak rentan sekali. Apalagi terkena benturan alhamdulilah sekarang baik baik saja. Tolong setiap 2 minggu check up ya mbak".

"Alhamdulilah ya Allah masya Allah karuniamu". Aku menangis haru mendengar bahwa aku sekarang mengandung kedua sahabatku pun memelukku erat.

Kalian ngerasa sedih gak sih? Aku kok mau nangis ya nyeritain perasaan Ana seakan aku yang tersakiti hehe. Oh iya jadi kalau seorang dokter tuh diberi keringanan kalau tujuan nya mengobati tidak dosa memegang seorang wanita aku pernah baca soalnya. Kalau memang aku salah ingetin ya.

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang