34. Yakin

9.4K 346 2
                                    

Ana PoV

Hari ini waktunya aku memeriksa kandunganku yang sudah menginjak 8 bulan. Dan tidak sabar aku menunggu lahirnya anakku ini.

Kini aku bersama dokter Ranti. Partner dokter ferdi atau ya dia calon suamiku. Dokter bilang anakku sehat dan dia akan segera lahir. Begitu mendengar perkataannya menambah semangatku dan kebahagiaanku.

Aku tidak tau bagaimana hidupku nanti tapi yang jelas anakku adalah sumber kebahagiaanku.

"Gimana sehat?". Tanya ferdi padaku.

"Alhamdulilah". Jawabku.

"Mau makan?".

"Hmm.. gausah deh".

"Ikut aku yuk fitting baju".

"Kan nikahnya masih lama?".

"Hanya untuk siap siap saja okey?"

"Hmm.. baiklah".

Kini aku sampai disebuah butik terkenal aku memilih model baju dan kainnya. Kami juga sudah mendatangi wedding organizer untuk pernikahan kami. Mungkin tinggal 3 bulan lagi kami menikah. Dan semua ini kami persiapkan.

Jujur tak ada rasa apa apa hanya hampa saja. Aku tak tau bagaimana rasanya jatuh cinta lagi.

"Gimana?".

"Apanya?" Jawabku bingung.

"Baju dan dekorasi kita".

"Kurasa bagus aku suka".

"Apakah kamu yakin mau menikah denganku?".

"Apa maksudmu?". Jawabku terkejut. "Bahkan kita sudah memesan semua ini kenapa kamu bertanya seperti ini?".

"Tidak..aku takut kau tak akan mencintaiku".

"Kalau itu terjadi apakah kamu akan meninggalkan ku?". Tanyaku ganti.

"Tidak".

"Lalu?".

"Aku ikhlas apa saja takdir ini. Namun pernikahan ini bukan permaianan rasa cinta dan suka milik Allah aku serahkan segalanya pada sang pemilik hati. Akan aku usahakan untuk selalu membuatmu bahagia".

"Hmm.. aku yakin menikah denganmu".

"Terimakasih an".

"Ya mas".

"Bolehkah ku minta sesuatu?". Tanya nya padaku.

"Hmm.. apa?".

"Bisakah kamu belajar menerimaku, aku merasa kamu begitu dingin padaku. Sungguh aku tidak memaksa hanya saja aku ingin sikap hangatmu padaku". Jelasnya padaku, aku memang sudah lama lupa caranya bersikap ramah.

Aku sudah terlalu jauh berubah dari sikapku ini tiada lagi Ana yang ceria. Ana yang cerewet. Yang selalu membuat orang lain tertawa.

"Hmm.. maafkan aku".

"Tak apa. Aku akan urus pernikahan kita dan aku akan sesekali menjengukmu".

"Terimakasih kau baik sekali".

"Tidak, jangan berterimakasih aku hanya melakukan yang terbaik untukmu. Mari pulang kau sudah ditunggu supirmu".

"Baik aku pulang assalammualaikum".

"Waalaikumussalam fii amanilah".

Kini aku sudah sampai dirumahku. Aku membuka pintu dan ternyata adikku sudah ada dirumahku.

"Kakak baru pulang?".

"Iya dek".

"Ihh kakak darimana aja cerita jangan iya iya doang jawabnya".

"Ngurus pernikahan sama kak ferdi".

"Kok kakak pulangnya sama supir sih?".

"Gapapa emang kakak yang nelfon kakak gamau lama lama berduaan".

Ina hanya ber oh ria mendengar penuturan ku. Aku pun pamit membersihkan diri. Dan seperti biasa aktivitasku. Hanya dirumah menatap langit langit kamar.

Aku tak sanggup meninggalkan rumah ini aku begitu menyayangi mas rahman begitupun dengan rumah pemberiannya. Ahh rasanya kembali sakit terbayang wajahnya. Senyum teduh diwajahnya.

"Ya Allah kuatkan aku jangan kau patahkan aku lagi. Sungguh aku terima ikhlas jalan takdirmu ini. Aku tidak akan menyalahkanmu lagi, semua ini adalah kenyataan yang harus ku terima".
Aku menangis sesenggukan sambil memohon pada Allah.

Aku sudah yakin dengan mas Ferdi dia lelaki baik. Bahkan ia menerima semua keadaanku. Ia mampu menyembunyikan perasaannya. Dan aku tak ingin melukai sahabatku yang sudah dengan ikhlas merelakan cintanya.

Sudah ini jalanku. Mungkin saja ia jodohku hanya Allah berikan tidak dengan jalan yang baik. Allah berikan dia dengan jalan aku harus kehilangan segalanya dengan jalan aku harus patah hati dan sakit.

Mas Ferdi
20:00
Jangan lupa minum susu dan tidur

Ana F
Iya, makasih

Mas ferdi
20:10
Lailatul saidah

Aku hanya membaca pesannya ia memang rutin memperhatikanku. Setiap pagi selalu mengirimkan sarapan untukku. Selalu membelikan susu hamil padahal aku bisa membeli sendiri.

Ia selalu membantuku belanja peralatan anakku nantinya. Bahkan ia membelikan beberapa baju untuk anakku nantinya. Ia dengan sabar menemaniku tanpa menyentuhku sama sekali. Bahkan menatapku pun aku melihat ia tidak berani.

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang