Imam Surgaku

32. Menikah lagi?

Setelah pertemuan kami terakhir kali di villa dekat kebun teh aku memutuskan tak ingin menemuinya karena kurasa dia mempunyai rasa padaku dan sahabatku sendiri menyukai dokter itu.

Aku tak ingin kehilangan sahabatku aku memutuskan untuk pindah ke dokter khusus kandungan. Dan kini sudah hampir 7 bulan perut ku pun sudah membesar. Aku sudah mengambil cuti satu semester. Kini aku hanya sibuk menjalankan bisnisku.

Aku masih ingat kata Safa bahwa ia menyukai dokter Ferdi dan nyatanya ia sama sekali tak di perhatikan bahkan setelah aku tidak pernah ke rumah sakit tempatnya bekerja ia juga tidak pernah menemuiku maupun sahabatku.

"An kayaknya ferdi suka kamu". Ujar Raya.

"Hmm.. kurasa juga begitu". Tambah Safa.

"Entahlah aku tidak peduli bukankah kamu suka dia fa?". Tanyaku.

"Aku sudah ikhlas an dia bukan jodohku Allah tidak mendekatkan kami".

"Waktunya kamu memiliki pendamping an lihatlah kamu akan kesusahan mengurus anakmu sendirian".

"Aku ingin fokus pada anakku saja ya, lagian ada bunda rahma sama mamah aku tidak akan kesusahan".

"Eheemmm... siapa laki laki yang mau menikahi anak bunda?". Aku kaget sekali bunda tiba tiba datang.

"Ehh tante, dokter yang pertama kali sering ana kunjungi itu loh tan dokter ferdi". Jawab raya.

"Nakk.. kamu harus bisa memilih kalau kamu memang ingin mendapatkan pendamping lagi menikahlah tapi jangan lupakan bunda".

"Hikss... gamau bun, ana sayang bunda ana gamau ninggalin bunda". Ucapku sambil terisak.

"Bunda.. ikhlas nak asalkan laki laki itu baik buat kamu".

"Tan besok aku bawa kesini ya dokter ferdi biar kenalan sama tante". Ucap safa.

"Oke nak".

Aku masih memikirkan ini semua sangat sulit membangun cinta apalagi setelah badai besar menerjang hidupku. Mana mungkin aku menikah lagi meninggalkan mas Rahman yang tak diketahui apakah masih hidup atau tiada.

****

Author PoV

Kini Safa menemui dokter Ferdi di ruangannya.

"Dok.. apa dokter bersedia menikah dengan Ana?". Tanyanya to the point.

"Haa?? Maksudmu, bagaimana bisa kamu datang berkata seperti itu?". Dia begitu kaget.

"Saya tau dokter waktu di villa menatap dan mengikuti ana dengan perasaan khawatir lebih dari kepedulian sesama. Saya tau dokter sering mengikuti Ana ketika pulang dari kampus memastikan dia baik baik saja. Saya tau dokter yang melaporkan Rio ketika ia mau menabrak Ana lagi. Dan dokter juga yang menyuruh bidan terpercaya itu menangani Ana".

"Hm.. bagaimana kamu tau?".

"Tidak penting dok. Kalau dokter serius dokter harus temui bunda. Dia adalah ibunda Rahman mertua Ana."

"Kenapa bukan ibunya Ana?".

"Karena sayang bunda nya Rahman sudah seperti mamahnya Ana".

"Baiklah saya akan kesana besok".

"Makasih dok".

Safa pun meninggalkan ruangan dengan perasaan lega. Bukan cemburu namun adalah kebahagian melihat sahabatnya bahagia. Itulah definisi seorang sahabat. Tak pernah merasa sakit melihat sahabatnya bahagia.

Safa menyadari semua setelah selama ini mengikuti dokter ferdi yang tak pernah lepas dari Ana. Cinta nya tak hilang bahkan setelah Ana pergi tanpa pamit. Safa sadar bahwasanya memisahkan apa yang akan disatukan Allah bukanlah hal yang tepat. Maka sebagai gantinya ia mempersatukan mereka.

Dan hari ini tiba hari dimana Ferdi akan melamar Ana.

"Assalammualaikum". Ucap ferdi

"Waalaikumussalam". Jawab Ana, "dokter kesini ngapain?".

"Mau ketemu bunda mu".

"Sebentar ya". Jawab Ana.

Setelah Ana menelfon bunda atau lebih tepatnya ibunya Rahman ia kembali ke kamar membiarkan Ferdi sendirian.

Ferdi pun melihat lihat foto Ana dan Rahman bahwa mereka bahagia sekali terlihat senyum di wajahnya ketika di pantai. Ketika mereka di rumah semua itu dipajang indah di rumah mereka.

"Kamu nak ferdi ya". Ucap nya membuatku kaget.

"Iya tante, bunda nya Ana ya?"

"Iya. Oh ternyata kamu mau melamar anak saya".

"Ia tante. Bolehkah saya menjadikan Ana istri saya?".

"Memangnya kamu mau menerima masa lalu Ana ataupun keadaannya yang sekarang?".

"Insya Allah tante".

"Saya tanyakan ke Ana dulu".