Bagian Empat.
Lebih baik aku tidak mengenal seluruh manusia yang berada di dunia ini ketimbang harus mengenal satu orang seperti dirimu.
-The Cold Princess-
Setelah kejadian hujan beberapa hari lalu,Moza masih terpikirkan tentang lelaki yang meneriakinya saat di hadapan rumah kosong itu, dia adalah sosok masa lalunya yang membuatnya menjadi seperti sekarang, menjadi datar dan enggan mempercayai orang-orang.
Kini, ia tengah menyuapi Nayla adiknya, yang tengah makan. "Coba aaaa lagi?" Moza menyedokan bubur bayi itu lalu menyuapi Nayla yang sepertinya enggan membuka mulut.
Moza menghela napasnya, ia tahu mungkin Nayla sudah merasa kenyang. Ia meletakan mangkuk itu lalu mengangkat tubuh Nayla, ia keluar dari rumah menuju taman komplek.
Di sana banyak anak-anak seusia Nayla yang tengah bermain, oleh karena itu Moza selalu membawa Nayla ke taman agar bisa berinteraksi dengan anak-anak seusianya.
Saat berada di taman, banyak orang tua yang mengawasi anak mereka. Moza menurunkan Nayla dari gendongannya, secepat kilat Nayla berlari menuju para teman-temannya.
Moza memperhatikan Nayla dari jauh, ia enggan mendekati, ia beralih pada bangku taman lalu duduk di sana.
Dulu, saat Moza membawa Nayla ke taman dan ikut menemani Nayla kesana-kemari. Tanpa sengaja ada orang yang bertanya kepadanya mengenai ibunya, menanyakan bahwa Nayla ini sebenarnya anak papahnya atau hasil hubungan gelap ibunya.
Moza menghela napasnya. Ingatan yang sungguh buruk sekali, untungnya saja sekarang Nayla sudah bisa berjalan dan mulai bisa berlari-lari kecil. Sehingga, ia tidak terlalu harus berada di samping Nayla.
"Moza ya?" Sontak, Moza menoleh. Ia melihat wanita setengah baya yang masih kelihatan jelas kecantikannya itu menepuk bahunya.
"Kamu Moza kan? Anaknya Alina?" tanya wanita itu.
Wajah Moza langsung pucat. Ia takut jika ada yang menanyakan soal mamanya lagi.
"Saya Disa, temen Mama kamu." Wanita itu mengulurkan tangannya.
Moza menyambut uluran tangan itu. "Saya Moza, Tante."
Disa segera duduk di samping Moza. "Gimana kabar Mama kamu?"
Moza menoleh, ia tersenyum tipis lalu mengendikkan bahunya tanpa ada niatan menjawab.
Pandangan Moza beralih pada Nayla yang sedang berebut mainan dengan salah satu anak. Segera, Moza bangkit dari duduknya lalu menghampiri Nayla. Ia mengangkat tubuh Nayla agar bisa ia gendong lalu menjauh dari anak itu.
Moza tidak kembali ke bangku tadi, namun Moza beralih untuk pulang. Kebetulan adiknya sudah menangis keras, ia harus menidurkan adiknya atau tangisnya akan semakin kencang.
"Moza? Moza?" panggil seseorang yang membuat Moza menghentikan langkahnya dan menoleh.
Ia melihat Disa yang tengah berjalan mendekatinya. "Kamu mau kemana?"
Tanpa ekspresi, Moza menjawab.
"Pulang."Mata Disa beralih pada Nayla yang sedang menangis kencang. "Ini adik kamu?"
Moza mengangguk. "Saya buru-buru Tante." Lalu Moza pergi meninggalkan Disa yang masih diam.
Wajahnya terlalu datar serta nada bicaranya yang amat ringan. Disa menatap punggung Moza yang menjauh, ia tersenyum lalu berbalik menuju taman kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Teen Fiction{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...