Bagian Tujuhbelas.
Mungkin aku tidak bisa memberikanmu solusi, tapi setidaknya bisa kan kamu bercerita? Supaya beban yang kamu tanggung tidak terlalu berat.
-The Cold Princess-
Darren menggocekkan bola di kakinya, menghalau kaki lawannya agar bola yang ia kendalikan tidak terebut. Menjadi salah satu anggota inti, cowok itu harus tetap jalan mengikuti jadwal ekstrakulikuler setiap hari kamis bersama dengan ketiga sahabatnya.
Kali ini Darren tidak menggunakan kacamata, ia terpaksa menggunakan softlens jika sedang bermain bola. Terlihat konyol memang, apalagi mata cowok itu terlihat membesar karena soflents yang ia pakai sehingga matanya bulat seperti boneka.
Tapi, Darren tetaplah Darren, ia akan mengabaikan semua ucapan orang tentang dirinya, karena ia rasa itu tidak penting sama sekali.
"Oper sini Ren!" teriak Luis.
Darren menggiring bola ke arah Luis dan dengan cepat Luis tendang bola itu dan masuk ke dalam gawang.
"GOOOLLLL!!!"
Di tengah lapangan futsal, Darren beserta tim yang lainnya seleberasi dalam bentuk berpelukan hingga ada saja yang salto dadakan.
Setelahnya mereka beristirahat, Darren mengambil air minum di tasnya dan menghabiskan isinya dalam sekali teguk. Cowok itu berpeluh keringat.
"Ayo kumpul dulu, kumpul dulu!" seru Rahman, pelatih futsal SMA Merah Putih.
"Ada apaan, Pak? Tumben suruh kumpul," tanya Dito sambil mengelap keringatnya.
Pak Rahman berdiri dan menatap seluruh anggota tim futsalnya. "Satu bulan lagi kita akan ada pertandingan persahabatan sama sekolah SMA dari Jakarta, seluruh ekskul bakal dilombakan termasuk futsal dan cerdas cermat pun ada. Jadi di sini Kakak ingin menyampaikan jika kalian harus berlatih lebih giat lagi karena akan melawan tim sekolah kota orang, dan harus lebih semangat lagi karena kita akan jadi tuan rumah."
"Woaahh, seluruh ekskul Pak?" tanya salah satu anggota.
Pak Rahman mengangguk. "Iya, semuanya."
"Wanjir, anak cheers bakal tanding nih, cewek Jakarta pasti bening-bening," ucap Luis yang langsung dibalas desas-desus yang lain.
"Heh, ngapain ngomongin ceweknya?!" timpal Pak Rahman.
"Lumayan Pak, mulus-mulus."
Rahman menggelengkan kepalanya. "Ya udah, kalian lanjut latihan lagi ya."
Semuanya bengkit lalu berhambur ke tengah lapangan fustal untuk kembali berlatih. Darren mengambil bola di tepi lapangan, cowok itu berbalik dan melihat lapangan sebelahnya yang digunakan anggota cheers latihan. Ia dapat melihat bagaimana para anggota itu saling melempar-lemparkan temannya.
Gila, ngalahin jatlag itu pusingnya.
Bola yang tadi ia ambil, ia lemparkan ke dalam lapangan yang langsung diperbutkan teman-temannya. Hendak ia memasuki lapangan, pandangannya teralihkan karena sosok laki-laki yang pernah ia temui dan mengucapkan kata yang tidak senonoh kepadanya itu tengah duduk berdua dengan seniornya yang ia tahu bernama Sheila.
"Oy, Pin!" Tepukan tangan salah satu anggota futsalnya menyadarkannya.
"Eh, lo Fen," balas Darren.
"Liatin siapa?" Cowok bernama lengkap Guntur, si kapten timnya pun mengikuti pandangan Darren. "Sheila?"
Darren mengangguk. "Iya, Fen. Dia punya hubungan apa ya sama tuh anak baru?"
"Lo belum tau, Pin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Novela Juvenil{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...