Tembus 200k readers, aku bakal update seminggu 2 kali🥳 nanti buat hari apa untuk update keduanya, kita buat vote lagi okee
Bagian sebelumnya komennya dikit:( padahal ekspetasi aku bakal tembus 200+ komen lagi☹️ bagian ini harus tembus 200+ komen lagi ya, kalo bisa tembus sampe 300 wkwk
Happy reading ❤️
Bagian Lima puluh empat.
Bisakah kita tetap melanjutkan hubungan?
-The Cold Princess-
Setelah kejadian semalam di pesta Sheila, Darren memang sudah menduga jika keadaan sekolah tidak akan baik-baik saja. Asal kalian tahu, sejak Darren menginjakkan kakinya di halaman sekolah desas-desus pembicaraan nama Moza selalu menggelitiki telinganya.
Jika membicarakannya masih dalam batas normal, Darren akan diam. Tapi jika sudah kelewatan, Darren tak segan melakukan tindakan keras.
Baru saja ia berjalan melewati koridor menuju lorong perbatasan jurusan, suara dari kelas IPA yang terus menusuk telinga Darren membuat cowok itu ingin menampar mulut mereka.
"Gue juga kaget pas tahu kalau itu Moza. Lo bayangin dong, dia, siswa yang sering dibanggakan sekolah ternyata jual diri."
"Bangsatnya lagi, dia begituan sama pacar Kak Shei. Padahal kan Kak Shei calon kakak tirinya."
"Emang sih, ternyata yang diem itu murahan."
"Hahaha, iya, mending kayak kita blak-blakan tapi gak jual murah ke cowok."
Brak!
Tangan Darren gatal ingin memutar mulut pedas sekelompok perempuan yang sedang membicarakan Moza dengan lantang di dalam kelas. Lebih dikejutkan lagi, ketika ia mendengar ucapan-ucapan itu dari kelas sebelas IPA 2 yang notabene nya adalah kelas Moza.
Seluruh siswa di kelas itu menatap Darren yang sudah berdiri di ambang pintu. Siswa-siswi yang berjalan di koridor pun mendadak berhenti saat melihat Darren.
"Siapa yang bangsat? Siapa yang murahan? Siapa yang jual diri?" tanya Darren sambil menatap tajam ke sekelompok perempuan yang tadi membicarakan Moza.
"Lo!" Telunjuk Darren menunjuk sekelompok perempuan itu. "Kalo gak tau apa-apa mending diem aja, jangan sampe gue robek mulut lo."
"Cih!" Darren menoleh ketika mendengar seseorang berdecih. "Pacarnya lonte kok dibelain."
Masih pagi, matahari bahkan belum keluar sepenuhnya, tapi emosi Darren sudah berada di atas. Mendengar kalimat yang diucapkan oleh salah satu teman sekelas Moza yang dengan ringan sekali mengatai jika Moza sehina itu. Rasanya, Darren ingin membakar seluruh siswa di kelas Moza.
Sebelah bibir Darren tertarik menciptakan sebuah senyuman meremehkannya, ia memasuki kelas itu menatap seisi siswa di kelas.
"Otak kalian kenapa, hah?" Darren berkacak pinggang. "Lo semua satu semester bareng sama Moza, lo pernah liat dia pernah dekat sama cowok selain gue?"
Seisi kelas terdiam menatap Darren. Ada benarnya, Moza tidak pernah dekat dengan laki-laki selain Darren kecuali memang si laki-laki yang mendekati Moza.
"Oke, hal sederhana aja." Darren menjeda ucapannya, "Kalian pernah liat Moza dandan berlebihan, lipstik merah, bedak dempul, pakaian ketat. Pernah, gak? Jawab!"
Darren berhasil membuat semua siswa terdiam. Ia menunjuk gadis yang tadi mengatai Moza lonte, "Lo!" Kemudian cowok itu menunjuk sekelompok perempuan yang tadi membicarakan Moza, menunjuk salah satu gadis yang menggunakan bedak dempul, bibir merah, rambut yang diwarnai, juga baju ketatnya. "Lo ngatain Moza lonte, terus dia lo katain apa? Jablay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Teen Fiction{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...