Ada yang kangen Darren sama Moza?
Bagian Tiga puluh tiga.
Salah satu jalan pintas untuk meluapkan emosi adalah dengan melukai diri sendiri.
-The Cold Princess-
Moza benci, sangat benci ketika melihat Alina yang tiba-tiba datang ke rumahnya. Ada apa wanita jalang itu menginjakkan kakinya di rumah ini lagi?
"Moza? Udah pulang kamu? Sekarang kamu ikut Mama, ya?" Alina menarik pergelangan tangan Moza.
Namun gadis itu menepisnya. "Ngapain kamu ke sini?"
Alina menoleh. "Kamu kenapa, sih?"
"Seharusnya saya yang tanya, kenapa kamu ada di sini?" Nada suara Moza masih sama, dingin dan menekan.
"Mama mau ajak kamu tinggal ke rumah Mama, Papa kamu kan udah mau nikah lagi, mending kamu ikut Mama aja. Oh iya, Nayla mana?"
"Kamu siapa sih?" Moza memandang Alina remeh, sebelah sudut bibirnya terangkat menciptakan senyuman iblisnya.
Alina mengerinyitkan dahinya, "Mama ini Mama kamu, Moza."
"Mama? Saya kira saya gak punya Mama, soalnya sejak kecil saya gak pernah tuh diurus sama yang namanya Mama," ucap Moza dengan mata yang menatap Alina bengis.
"Kamu kok kurang ajar? Ini Mama kamu, yang mengandung kamu sembilan bulan, ngelahirin kamu, itu Mama yang ngelakuin!" Alina mulai menaikkan suaranya.
"Lalu setelah itu sudah, bukan? Kamu kembali dengan profesi kamu yang menjadi wanita hiburan. Tidak membesarkan saya, tidak mendidik saya. Maaf, saya tidak punya Mama seperti kamu!"
"Jaga omongan kamu, uang yang selama ini kamu dapatkan itu uang dari hasil kerja Mama!"
Moza berdecih. "Saya tidak pernah memakai uang itu sepeserpun, buat apa saya senang karena banyak uang tapi uang itu dihasilkan dari perbuatan haram?!"
Plak!
Rasa panas langsung menjalar ke pipi sebelah kiri Moza, gadis itu memegang pipinya dan tertunduk hingga helaian rambutnya jatuh menutupi wajahnya. Matanya tiba-tiba memanas, gadis itu mendongakkan kembali wajahnya dengan sekali hentakan hingga rambutnya kembali tersibak. Moza menatap Alina nyalang.
"Ayo tampar lagi, Ma!"
Alina menatap anaknya tajam, sedangkan Moza masih tidak percaya akan kelakuan mamanya itu. Moza belum pernah merasakan dipeluk seorang ibu, dicium, bahkan dibelai rambutpun Moza merasa belum pernah mengalaminya. Yang ia tahu, Alina mengasingkannya hingga Moza menganggap ibunya adalah orang asing juga.
"Mama yang buat aku kayak gini, karena profesi Mama aku jadi kena imbasnya!" teriak Moza. Gadis itu benar-benar hampir frustasi, profesi Alina yang membuat awal ia tidak bisa memiliki teman, karena profesi terkutuk itu pula, salah satu orang menganggapnya sama kodratnya dengan Alina.
"Apa alasan Mama buat jadi wanita malam di sana?! Apa kurangnya Papa di mata Mama? Mama masih kurang puas sama Papa? Papa kaya, Papa punya segalanya, Papa bisa kasih uang ke Mama sebesar Mama nemenin laki-laki bejat minta minum bareng, bahkan Papa bisa kasih uang ke Mama sebesar ketika Mama nemenin laki-laki bejat yang maunya minta main ranjang." Mata Moza menatap Alina tajam.
"Papa cinta sama Mama, Papa sabar ngadepin Mama belasan tahun yang selalu jual diri, Papa sabar ketika Mama hamil anak dari kerjaan bejat Mama, bahkan Papa mau ngurus Nayla yang sebenernya bukan anak kandung dia. PAPA KURANG APA DI MATA MAMA?!" pekik Moza di hadapan wajah Alina juga air mata yang kemudian luruh bersamaan dengan tubuhnya yang tiba-tiba melemas, gadis itu terduduk di lantai teras rumahnya sambil memeluk lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Fiksi Remaja{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...