Sebelum membaca mari kita vote dulu okay? Soalnya kemarin ada berita, gak vote cerita ini besoknya punya buku yasin pake foto sendiri :v
Bagian satu.
Kamu tidak tahu apa-apa soal hidupku. Cukup diam, ku jamin hidupmu akan damai.
-The Cold Princess-
Kaki sebelah kanannya ia gunakan untuk mengawali melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Gadis dengan wajah flat-nya, mata cokelat indahnya yang tajam, serta tidak ada pergerakan dari bibir gadis itu.
Satu area perpustakaan tiba-tiba langsung menatap ke arah gadis itu. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Moza Ariesha Cassandra, gadis dengan pesonanya yang membuat pria manapun tertarik, gadis dengan prestasi yang tidak usah diragukan lagi, dan gadis yang selalu menjadi bahan pembicaraan.
Mata cokelatnya menerawang ke seluruh ruangan hingga matanya tepat menatap meja pojok langganan tempatnya. Langkah kaki jenjangnya menuju meja tersebut.
Semua murid yang berada di perpustakaan tersebut menatap Moza hingga ia duduk di tempatnya.
"Moza itu cantik, tapi sayang orangnya kayak gitu, pantes gak punya temen juga."
"Iya, bahkan sampai jadi princess sekolah julukannya karena kecantikannya."
"Tapi ya gitu, orangnya judes, jadi males dah."
"Percuma cantik kalo gak tau apa itu etika."
Ucapan barusan memang sudah menjadi makanan sehari-hari Moza. Ia menganggap ucapan tersebut hanya angin lalu, tanpa ia ladeni saja sudah berbicara yang tidak-tidak, bagaimana jika diladeni? Mungkin dunia ini akan hancur saat Moza telah meluapkan kemarahannya.
Moza memasang earphone nya dan menyetel musik dengan volume full, agar ucapan tak bermutu siswi yang sedang menggunjinginya itu tidak terdengar.
Saat ini adalah jam pelajaran, yang kebetulan kelas Moza mendapat giliran belajar di perpustakaan. Namun sayang, rupanya saat ia masuk perpustakaan sudah terisi siswa kelas IPS yang kebetulan juga sama, harus belajar di perpustakaan.
Moza membaca beberapa buku untuk menjawab pertanyaan di buku catatannya. Walau hanya membaca satu sampai lima menit saja, Moza sudah paham, ia mengerjakannya dengan serius hingga konsentrasinya buyar saat mejanya tiba-tiba bergetar.
Moza mendongak, ia melihat cowok tinggi yang mungkin sedang mencari tempat bersembunyi. Mata cowok itu tak sengaja bertemu tatap dengan mata Moza, cukup lama hingga suara teriakan Ibu Nina membuat keduanya memutuskan kontak mata mereka.
"Darren, Radit, ke mana kalian?!" pekik Ibu Nina dari ambang pintu perpustakaan.
Cowok yang berada di hadapan Moza itu langsung celingukan mencari sumber suara Ibu Nina. "Eh jangan bilang-bilang ya kalau gue di sini," bisiknya pada Moza yang sama sekali tidak terdengar oleh Moza.
Moza menaikkan sebelah alisnya, ia tidak dengar ucapan cowok itu. Cowok itu berdecak lalu menarik sebelah earphone Moza dan berbisik, "Jangan bilang gue di sini kalo Ibu Nina tanya."
Moza mengangguk. Lalu dengan segera cowok itu berlari ke belakang Moza dan bersembunyi di bawah meja yang tengah Moza gunakan untuk menulis tugas itu.
Mata Moza menyapu seluruh ruangan, lalu ia tak sengaja melihat Ibu Nina yang sedang bertanya kepada beberapa murid itu. Tentu saja ia tidak mendengarnya, karena ia menggunakan earphone dan volume-nya sangat keras.
Moza menggendikkan bahunya tidak peduli, ia kembali menulis tugas. Hingga ia menyadari bahwa Ibu Nina sudah berdiri tepat di depannya.
"Moza?" panggil Ibu Nina yang membuat Moza membuka earphone-nya setelah melihat pergerakan bibir guru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Roman pour Adolescents{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...