46. Rahasia, lagi?

3.9K 188 8
                                    

Bagian empat puluh enam.

Aku tidak pernah tahu siapa kamu, apa latar belakangmu, dan juga yang membuat semua orang tertarik padamu.

-The Cold Princess-

"Moza?"

Gadis itu langsung memasukkan ponselnya ke saku piyama, ia hendak berdiri. Namun satu kalimat yang membuat Alia menahan gerakkannya.

"Alia, ayo pulang!"

Alia terkejut, ia menatap mamanya yang sudah berada di sampingnya. Ia hendak saja berdiri, ingin menghampiri seorang gadis yang berada di rumah Reza.

"Nanti Ma," kata Alia.

"A Beni pulang hari ini, jemput dia di bandara."

Alia tidak mendengarkan ucapan mamanya, dia ingin masuk ke dalam rumah Reza. Tapi sepertinya, rasa penasarannya harus dibuang begitu saja ketika mamanya menarik tangannya membawanya jauh dari area berduka itu.

"Katanya mau ketemu Nolan."

"Alia gak ikut deh, Ma."

Iim melepaskan cekakan tangannya. Iamengernyitkan dahinya. "Kok gitu?"

"Alia mau liat Reva sampe dikuburin, Ma. Mau nemenin Eja juga, kasian dia," ucap Alia.

"Kamu ini, ya sudah kalo gak mau ikut. Tapi sebelum ikut makamin Reva, kamu mandi dulu."

"Oke Mama!"

👑👑👑

Moza masih menatap Reva yang kini sudah terbungkus kain kafan. Matanya memanas begitu saja ketika melihat betapa menderitanya Reva selama gadis itu hidup. Merasa depresi, kesepian, hingga gangguan mental maupun fisiknya yang menerjang tubuh mungilnya setiap detik.

Tuhan menyayangi Reva, Tuhan ingin bertemu Reva secepatnya.

Ia melihat Reza yang masih menangis di pangkuan neneknya. Bahkan ketika jenazah Reva dimasukkan ke dalam keranda, Reza masih tidak mau melihat adiknya.

Moza menghampiri Reza, ia mengelus punggung cowok itu.

"Reva pasti bahagia di sana, dia sudah lelah sama yang di sini. Lo kuat, Za."

Reza tidak bisa menahannya lagi, setiap kalimat yang menenangkan dirinya terdengar, ia malah semakin terasa sakit. Hatinya mencelos, sakit sekali rasanya.

Moza menatap nenek Reza yang tersenyum padanya. "Nenek sayang kamu, Moza. Jaga Reza setelah ini ya, Nenek juga gak akan tahu bagaimana ke depannya. Jangan tinggalin Reza lagi."

Gadis itu menatap keranda yang siap diangkat menuju pemakaman umum. "Ayo Reza, bagaimanapun Reva ingin dilihat sama lo sampai dia berada di peristirahatan terakhir."

Reza dibantu Moza untuk bangkit berdiri, hanya saja kaki Reza terlalu lemas hingga ia tidak mampu menopang berat tubuhnya sendiri. Laki-laki itu terisak lagi.

Moza kemudian duduk di hadapan Reza, duduk di ubin dingin itu. Gadis itu merengkuh tubuh Reza, mengelusnya pelan, menepuknya tulus, hingga setetes air matanya ikut turun melihat keadaan Reza saat ini.

"Mau ikut?" tanya Moza.

Reza mengangguk.

"Kalo lo gak kuat, gak papa, gak usah Za," ucap Moza.

Reza menggeleng. "Gue harus banyak bicara sama Reva sebelum dia benar-benar masuk ke liang lahat."

👑👑👑

"Eja, Tante di sini. Kalau ada apa-apa, minta bantuan sama Tante ya!"

Reza mengangguk, ia hanya duduk sambil memperhatikan adiknya yang sedang diazankan sebelum ditutup dengan tanah kembali.

Sakit sekali melihatnya.

Ia tidak berhenti menangis sedari tadi. Ia masih tidak terima dengan adiknya yang pergi lebih dulu menemui orang tuanya.

Ibu-ibu di sana selalu menenangkan Reza dengan mengelus pundak cowok itu, ataupun mengelus lembut rambutnya.

Saat tanah mulai perlahan dimasukkan kembali, Reza membalikkan tubuhnya. Moza yang berada di sebelahnya langsung memeluk tubuh cowok itu. Moza tahu, betapa mengerikannya ketika melihat Reza melihat Reva yang benar-benar sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup.

"Kakak sayang Reva."

Bisikkan itu terdengar di telinga Moza. Gadis itu mengelus punggung cowok itu, berusaha menenangkannya. Saat sudah selesai memakamkan Reva, Reza mulai berjongkok, memegang nisan adiknya, menciumnya, kemudian menangis kembali.

"Ketemu Mama sama Papa di sana, bilang ke mereka, Kakak di sini kesakitan."

Moza dapat mendengarkan bisikkan Reza. Warga yang membantu proses pemakaman Reva belum ada satupun yang meninggalkan tempat itu. Salah satu ibu-ibu itu menyentuh bahu Reza yang membuat cowok itu menoleh. Ibu itu merentangkan tangannya menyuruh Reza untuk memeluknya. Reza langsung memeluk ibu itu. Hingga satu persatu ibu-ibu di sana mulai memeluk tubuh Reza bersama.

"Eja anak kuat, kita tau, Eja yang paling kuat di sini. Kita semua sayang sama Eja. Eja jangan sedih, ya?"

Reza mengangguk menatap para ibu-ibu itu. Moza tersenyum melihatnya, rupanya banyak yang peduli kepada Reza. Syukurlah, Moza dapat tenang dengan kehidupan Reza seterusnya.

👑👑👑

Iya, Alia melihat semuanya. Itu benar, Moza yang berada di samping Reza. Itu juga benar, Moza yang menenangkan Reza. Dan itu memang benar, Moza yang sedari tadi memeluk tubuh Reza dan menyenangkannya tanpa lelah.

Ada hubungan apa di antara mereka?

"Gue nyuruh lo ke sini mau tanya tentang Reza. Lo tau dia?"

"Lo deket sama dia?"

"Lo pernah tau kalau dia deket sama Moza gak?"

Itu suara Darren yang tiba-tiba saja berdengung di telinga Alia. Ia jadi teringat ketika Darren menanyakan siapa Reza, dan ada hubungan apa antara Reza dengan Moza.

Jadi, Darren sudah lebih dulu mengetahui jika Moza dan Reza terdapat hubungan?

Alia yakin, Darren pasti tahu soal ini. Alia benar-benar yakin, Darren pasti menyembunyikan sesuatu darinya.

Bersambung...

Sedikit, ya? Hehe, maaf🙏

See u di bagian 47☹️

The Cold Princess [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang