Bagian Dua puluh tujuh.
Sakit sekali mencintai dirimu, semuanya perih, hanya beberapa saja yang bisa dirasakan tanpa sebuah ringisan.
-The Cold Princess-
Terlambat. Satu kata itu menjelaskan penyebab kepanikan antara Moza dan Darren. Hari senin, upacara dimulai dalam waktu lima menit lagi sedangkan Moza dan Darren baru saja datang ke sekolah.
Lapangan sudah ramai, Darren berlari ke kelasnya untuk meletakan tas lalu kembali berlari ke arah kelas IPA untuk menjemput Moza. Saat cowok itu sudah berdiri di ambang pintu, ia melihat Moza yang sepertinya sedang mencari sesuatu. Darren akhirnya berjalan mendekat ke arah Moza.
"Kenapa?"
"Topi ketinggalan."
Darren menghela napasnya, "Ayo ke koperasi beli yang baru aja."
Moza menoleh dengan tatapan kesal. "Tutup!"
Cowok itu berdecak lalu menarik gadisnya keluar menuju lapangan utama dan berdiri di barisan kelas IPA 2.
"Udah baris di sini," kata Darren lalu melepas topinya. "Ini pakai aja, gue bakal misahin barisan." Setelah mengucapkan kalimat itu, Darren berlari menjauh meninggalkan Moza.
Saat berada di barisan siswa yang tidak lengkap atribut sekolahnya. Darren menatap beberapa siswa yang sama sepertinya, tidak memakai topi. Ia diam saja, tidak memperdulikannya. Namun saat ia fokus menatap para petugas upacara yang sudah siap melaksanakan tugasnya, tiba-tiba saja seseorang datang dan berdiri di sebelahnya.
Darren menoleh, ia terkejut kala seseorang yang berdiri di sebelahnya adalah Moza.
"Lo ngaco." Dua kata itu membuat Darren mengernyitkan dahinya.
"Kenapa lo di sini? Seharusnya lo baris aja si sana," kata Darren.
Moza melepas topinya dan memasangkannya ke kepala Darren. "Balik ke barisan!"
Darren malah melepas topinya dan memasangkannya ke kepala Moza kembali. "Lo yang balik ke barisan, sana!"
Moza berdecak lalu menatap gadis yang berdiri di belakang tubuh Darren. "Lo!" serunya.
Gadis itu diam, Moza dapat melihat bahwa gadis itu adalah seorang siswa kelas 10 IPA. "Topi?"
"Hah?" Gadis itu mengernyitkan dahinya tidak paham apa yang dikatan Moza.
Sedangkan Moza kesal, upacara akan dimulai satu menit lagi. Ia mendekat ke arah gadis itu dan memasangkan topi di kepalanya.
"Balik ke barisan," titahnya.
Gadis itu bingung. "Kakak gimana?"
"Cepet, balik!"
Akhirnya gadis itu mengangguk dan meninggalkan Moza. Darren menatap Moza kesal.
"Kenapa lo kasih topinya ke adik kelas? Gue relain topi gue ke lo biar gue aja yang dihukum, lo gak perlu!" seru Darren.
Moza menoleh, menatap manik mata Darren. "Lo kesiksa, gue nggak. Gue enak, lo susah. Itu salah."
Darren berdecak, cowok itu kembali berbicara. "Kalo lo kasih topinya ke adik kelas itu cuma-cuma, mending gue pake, lari dari barisan ini dan ning--"
"Kita harus sama-sama capek," ucap Moza, memotong ucapan Darren. "Kita akan dihukum lari lapangan setelah upacara."
Darren diam, mendengarkan setiap ucapan Moza.
"Setidaknya gue juga akan merasakan sehari jadi lo, hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Teen Fiction{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...