Nyariin ya gak update² sampe jam segini😂 Nah gitu dong kalo ditargetin komennya sampe tembus, kan aku jadi seneng🌝
Target lagi bagian ini tembus komen 150++
Tadinya bagian ini mau aku potong jadi dua, berhubung part nya udah kebanyakan jadiin satu aja.
Btw aku nabur bawang di bagian ini, tapi dikit jadi kalian gak akan nangis h3h3.
Bagian Lima puluh delapan.
Whatever the situation, mom always be good person.
–The Cold Princess-
Moza sudah memperingatkan berkali-kali agar Darren tidak menggunakan kata aku-kamu tapi sepertinya cowok itu tidak mengindahkannya sama sekali. Moza juga sudah tidak peduli, terserah cowok itu saja ingin melakukan apa.
Ini adalah hari keempat Moza setelah tidur tiga hari. Gadis itu sudah tidak terlalu mendapatkan pengobatan fisik, tapi ia mendapatkan pengobatan psikis yang sangat besar. Setiap enam jam sekali, psikiater selalu datang ke ruangannya, bertanya, dan mengajaknya bercanda agar pikiran gadis itu tidak terlalu berat dan juga untuk mencoba menghapus perlahan ingatan-ingatan buruk agar ia tidak berpikir untuk menyakiti diri sendiri lagi.
Kali ini Darren membawa Moza ke taman rumah sakit, gadis itu menolak menggunakan kursi roda padahal pahanya masih memiliki luka. Katanya, "Jangan bikin gue makin keliatan kayak orang sakit."
Oke, turuti saja.
Tangan Darren merangkul bahu Moza menuju salah satu bangku di sana, keduanya terduduk kemudian terdiam. Sesekali Darren membenarkan letak infus juga tiang infus gadis itu agar tidak menggangu. Satu tangan Darren sedari tadi menggenggam tangan Moza, ia seperti enggan kehilangan gadis itu. Darren sudah melakukan hal seperti ini berkali-kali padanya.
"Sekolah gimana?" tanya Moza.
Memang, setelah Moza tersadar, Darren seakan membungkam mulutnya. Cowok itu tidak pernah berbicara tentang sekolah, saat keempat teman cowok itu menjenguk pun seolah sudah mengatakan bahwa tidak boleh membawa nama sekolah dihadapannya.
"Gak gimana-gimana," balas Darren.
Moza menghela napasnya. "Waktu video itu pernah terputar pas SMP, sekolah gempar. Gue gak yakin kalo di SMA baik-baik aja."
Ibu jari Darren bergerak mengelus tangan Moza yang ia genggam. "Jangan ungkit lagi, lupain ya."
"Gimana gue mau lupain? Gue seperti hilang harga diri karena video itu."
Kepala Darren menoleh, ia melihat sisi wajah Moza. Gadis itu masih menatap ke depan tanpa tertarik melirik cowok di sebelahnya.
"Mama kamu sering dateng ke sini sebelum kamu sadar, dia jagain kamu, dia bahkan nangis untuk minta maaf sama kamu. Mama kamu juga tahu kesalahannya, jangan jadiin beban ya," kata Darren.
Angin yang menerpa wajah keduanya membuat salah satu dari mereka merasa ingin tertidur. Kepala Moza tiba-tiba sudah bersandar di bahu Darren, mata gadis itu sudah tertutup. Tangan yang menggenggam tangan Moza Darren lepas kemudian beralih ke atas. Ia merangkul bahu gadis itu dan menepuk-nepuknya pelan menjaga tidur gadisnya tetap nyaman.
👑👑👑
Reza mendongak ketika melihat sekaleng soda menggelinding menghampirinya. Ia melihat Alia yang membawa sekantung belanjaan berdiri tidak jauh darinya.
"Eh, Alia," ucap Reza.
Cowok itu sedari tadi sedang berjongkok di hadapan rumahnya sembari memberi makan kucingnya. Ah, bukan kucingnya, tapi kucing milik almarhumah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Teen Fiction{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...