Bagian Limabelas.
Tanpa kalian sadari, orang terdekat adalah orang yang berpeluang besar untuk menjatuhkan kita.
-The Cold Princess-
Hari jum'at adalah hari paling indah bagi Darren, karena selain pulang cepat, ia juga libur untuk bimbingan belajar.
"Woahh, nikmatnya hari jum'at!" Darren merentangkan tangannya saat berjalan keluar kelas.
"Idih, senengnya kek menang mobil di super deal," celetuk Dito.
"Gak sedih lo sehari gak ketemu Moza?" tanya Adnan.
Darren menoleh menatap Adnan. "Sedih nih, saking sedihnya pengen banget terjun dari rooftop."
"Anjir, segitunya," sambar Luis tiba-tiba.
"Eh, Luis, dari mana, tong?" tanya Adnan sembari merangkul bahu cowok itu.
"Abis anterin neng Alia keluar gerbang, selametin dia dari godaan orang-orang," jawab Luis.
"Beneran lo sama Alia?" sambar Dito tiba-tiba.
"Nggak juga, cuma lagi seneng aja deket-deket Alia."
Mereka bertiga terus berbicara mengabaikan Darren yang diam saja.
"Padahal temennya kurang satu, tapi gak dicariin, temen apaan tuh?!" sindir Darren menatap langit yang sedang cerah siang itu.
Ketiga laki-laki itu langsung menoleh ke arah Darren yang sedang menatap langit. "Aduh, baperan amat sih jadi cowok!" Luis merentangkan tangannya bersiap memeluk, namun Darren menghadiahi Luis dengan menangkap wajah tengil cowok itu.
"Peluk-peluk, gue gorok lo!"
"Ih, Darren ganas amat," ucap Adnan lalu mereka berempat tertawa bersama.
Ah, andai semua orang berteman tidak memandang fisik atau harta, mungkin dunia ini akan indah.
👑👑👑
"Jangan mengeluh masjid jauh, ingat di setiap langkah kita itu pahala, jadi kita udah jalan berapa meter dari rumah?" ucap Dito dalam perjalanan pulang setelah melakukan salat jum'at di masjid kompleks Darren.
Luis melepas pecinya, mengambil uang di sana untuk membeli cilok yang sedang ngetem depan masjid. "Aduh, banyak banget dong! Gue masuk surga nih kalo tiap hari salat di masjid." Cowok itu kembali memasang pecinya.
"Tapikan masjid di kompleks lo jaraknya cuma satu meter lebih dari rumah lo, dikit dong dapet pahalanya." Dito ikut mengeluarkan uangnya dari dalam saku bajunya.
"Iya ya, ya udah gue muter komoleks dulu terus mentoknya ke masjid, gimana? Bagus kan?"
"Bagus pala lo." Adnan menggelengkan kepalanya menatap kelakuan Luis, cowok itu merogoh dompet di sakunya mengambil uang untuk membeli cilok.
"Nan, ngutang dong, gue gak bawa duit," bisik Darren di telinga Adnan yang rupanya terdengar oleh Dito maupun Luis.
"Bilangnya keluarga Adinata, keluarga terpandang, beli cilok kok ngutang?" sindir Dito.
Darren menatap Dito tajam. "Mau gue colok mata lo?"
"Ampun, bang!" Dito mengangkat tangannya sambil tertawa.
"Sabaraha meulina, jang?" (Belinya berapa, nak?) tanya pedagang cilok memecah keributan keempat cowok itu.
"Maribu we, kang," (Lima ribu aja, kang) jawab Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
أدب المراهقين{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...