Hayu vote komen, yang pembaca gelap aku tebas lehernya.
Target 100+ komen gamaw tau
Bagian Lima puluh tujuh.
Luka lamamu terlalu dalam untuk dipahami, tapi rasa sakitnya terasa sampai saat ini.
-The Cold Princess-
Pukul 22.18
Cuaca kali ini benar-benar tidak mendukung sama sekali, hujan deras datang. Darren terjebak bersama Alina di dalam ruangan Moza, ditambah Nayla yang tidak bisa tidur karena kedinginan. Sedari tadi Darren sibuk memeluk Nayla dengan selimut yang menutupi tubuh kecil itu. Tidak, Nayla tidak rewel, tapi melihat larut malam seperti ini Nayla belum tidur membuat Darren khawatir akan kesehatan bayi itu.
"Bobo dong sayang," bisik Darren.
Sedari tadi juga Nayla enggan turun dari Darren, cowok itu sempat kewalahan ketika ingin ke toilet dan Nayla malah menangis. Sehingga yang terjadi Nayla dibawa hingga dalam toilet.
Oh iya, keempat temannya tidak jadi menjenguk Moza ketika Darren melarangnya. Cowok itu mengatakan jika Moza belum sadar dan ada keluarga Moza agar teman-temannya segera pergi dari rumah sakit. Darren belum siap untuk memperlihatkan Alina yang begitu mirip dengan gadisnya.
Darren duduk di sofa, ia masih melihat Alina yang menggenggam tangan Moza sambil sesekali berbisik pada anaknya. Tadi Alina sempat berbicara padanya, wanita itu berterimakasih karena sudah menjaga Moza. Dan jawaban Darren hanya anggukkan saja.
Jika dilihat secara dekat seperti sekarang, Darren mengerti. Moza sebenarnya tidak terlalu mirip dengan Alina. Oke lah, untuk tinggi badan kemungkinan sama, tapi untuk wajah, bentuk tubuh, dan yang lain sebenarnya beda. Alina lebih berisi, badannya benar-benar body goals seperti tidak terlihat bahwa wanita itu memang sudah pernah menikah. Wajahnya pun memang awet muda sehingga aura Moza dan Alina sama, hanya saja wanita itu menggunakan make up yang sedikit tebal membuat kulitnya tidak sesehat kulit wajah Moza. Bulu mata Moza tidak selentik Alina, alis Alina pun tidak setebal Moza.
Keduanya berbeda.
Tapi jika dilihat dalam jarak jauh dan hanya sekilas, memang, Alina tampak mirip dengan Moza.
Ceklek
Pintu terbuka dan terlihatlah Jordi yang membawa segelas air. Pria itu menatap Darren kemudian berbicara, "Pulang aja Ren, udah malem. Nanti besok kesini lagi gak papa."
Darren tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. "Iya Om, sebentar lagi," balasnya.
Jordi memberikan segelas air itu pada Alina. "Kamu pulang saja, biar Moza sama aku."
Alina tidak mengambil segelas air itu, ia malah menggelengkan kepalanya. "Aku mau menginap di sini, kamu saja yang pulang."
"Kamu mau bawa Nayla?" tanya Jordi kepada wanita di depannya. Alina menoleh menatap sang mantan suami kemudian menatap Nayla yang masih berada di gendongan Darren. Ia bangkit berdiri dan berjalan mendekati Darren sambil merentangkan kedua tangannya.
Saat itu juga Nayla langsung menangis, bayi itu mengeratkan pelukannya pada leher Darren, meronta untuk pelukan yang lebih erat lagi. Alina yang melihat hal itu terdiam, saat ia membawa Nayla ke rumahnya pun, Nayla selalu menangis, padahal ia ibu kandungnya tapi Nayla menolaknya.
Darren menepuk-nepuk punggung bayi itu sambil mengayunkannya. "Cup...cup...cup... jangan nangis sayang."
Alina membalikkan tubuhnya menatap Jordi, wanita itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Keduanya menolak aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess [COMPLETED]
Teen Fiction{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha Cassandra. Gadis berperawakan sempurna, dengan garis kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi idola...