NATA : 31

460 66 21
                                    

“kamu yakin mau nolak tawaran mbak retno?” tanya gue pada kara yang sibuk melipat baju agler dan dibalas dengan anggukannya.

“bukan karena aku kan alasannya?” tanya gue lagi tapi kara tetap diam sampai gue berinisiatif mendekat. “yangg.. “ rengek gue.

“aku tau kok, kamu gak kasi aku izin tanpa harus aku tanya. Aku gak mau berantem sama kamu lagi cuma buat ngebahas masalah ini yang. Cukup, gausah di bahas. Aku udah lupa kok” jawabnya tanpa raut marah tapi menjadi pukulan untuk gue.

Apa gue terlalu berlebihan dalam membatasi kara.

“tinggal tiga hari ya?” ujar ibu dengan agler dipangkuannya “kamu sama kara boleh deh pergi lagi. Agler sama ibu aja gapapa” tambahnya kemudian.

“haha agler mana bisa jauh-jauh dari kara bu. Liat aja tuh liat udah memble aja tuh mulutnya lama-lama digendong oma” jawab gue.

“maklumin kara terus ya, nat. Kara emang udah jadi seorang ibu, tapi kelakuannya memang kadang masih seperti anak kecil”

Untuk pertama kalinya ini, gue gak seneng sama sekali dibela oleh ibu. Karena yang gue tau, gue lah yang sekarang bertingkah layaknya anak kecil dibandingkan kara.

Malam nanti, gue dan kara udah harus pindah ke rumah bokap gue dan meninggalkan ibu. Karena lusa gue udah balik ke Melbourne, dan jarak rumah bokap ke bandara lebih dekat dibandingkan rumah kara.

“jagain cucu ibu ya” pinta ibu selagi menitikan airmata dengan agler yang masih digendongannya.

“jangan nangis dong oma, nanti kan agler pulang lagi” timpal gue lalu berpamitan.

Satu bulan ternyata sesingkat itu gue rasakan. Entah karena terlalu dibuat nyaman oleh keadaan atau memang karena jam berputar dua kali lebih cepat dari biasanya. Sejak masalah antara gue dan kara usai kala itu, gue dan dia emang udah biasa aja. Tapi entah kenapa, hati kecil gue selalu bilang jika kara nyatanya kecewa dengan permintaan gue.

“gak kerasa yah, besok kita udah harus pergi lagi aja” ungkap gue memeluk kara dari samping.

"Mbak gie kemarin nelpon aku, nanyain besok kita jadi take off jam berapa. Dia mau jemput katanya di bandara"

"Dia nelpon aku juga, aku udah bilang kok jam penerbangan kita" jawabnya.

Dari semua jawaban kara, jelas gue masih bisa ngerasain hal yang gak beres.

“kalo aku bilang kamu boleh stay disini buat kerjaan kamu, apa kamu bakal seneng yang?”

Kara terkejut dengan penuturan gue sehingga melepas tubuhnya dari pelukan gue.

“kamu serius?” tanyanya antusias.

“kalau emang itu yang bisa bikin kamu seneng, aku gapapa kok balik ke Melbourne sendiri” padahal gue bohong. Mana bisa gue jauh dari anak dan istri gue.

.
.
.

Btw aku mau nanya ..
kalian pengennya cerita ini
lanjut sejauh mana sih guys?

Dijawab ya,
kalo dijawab, besok aku up lagi dehhh♡♡♡♡



Happy reading♥

Deapark.


Marriage Life | Bbyu Vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang